Topic
Home / Berita / Internasional / Afrika / Menlu Dalam Kabinet Baru Mesir Tidak Harus Nasionalis

Menlu Dalam Kabinet Baru Mesir Tidak Harus Nasionalis

Nabil Fahmi, Menlu Pemerintahan Hasil Kudeta Mesir
Nabil Fahmi, Menlu Pemerintahan Hasil Kudeta Mesir

dakwatuna.com – Mesir.  Kabinet baru Mesir hasil kudeta militer selain berisikan orang-orang berusia di atas 60 tahun, ternyata diisi juga oleh orang yang tidak mau membela negaranya ketika negara membutuhkan.

Dalam kabinet hasil kudeta, Nabil Fahmi ditunjuk menjadi menteri luar negeri. Seorang wartawan mendapatkan data bahwa beliau telah kabur dari wajib militer sebelum perang Oktober 1973.

Dalam artikelnya di harian Al-Ahram, beliau menulis, “Bom yang telah lama tersimpan bisa saja meledak pada pembentukan kabinet yang baru. Karena menlu dalam kabinet ini mempunyai catatan yang sangat kelam, tidak bisa mewakili Mesir baik sebelum atau sesudah revolusi.

Pada tahun 1973, Nabil menggunakan pengaruh ayahnya Ismail Fahmi yang merupakan menteri pariwisata saat itu untuk melarikan diri dari kewajiban militer. Saat itu sedang diserukan mobilisasi dan persiapan menghadapi Perang Oktober. Dia kabur, padahal seluruh anak negeri bersuka-rela mengorbankan jiwanya untuk Mesir.”

Penemuan ini disandarkan kepada Jenderal Sa’duddin Syadzili, kepala staf angkatan perang yang termasuk salah satu kunci kemenangan Mesir saat itu. Dalam catatan biografi nya beliau sebutkan,

“Salah seorang anak menteri Ismail Fahmi adalah seorang tentara. Suatu hari saya mendapat surat yang mengusulkan anak tentara itu di bebas-tugaskan untuk bergabung dalam dinas intelijen. Saya pun menolak usulan tersebut. Hingga ada yang mengatakan kepada saya bahwa tentara itu anak menteri. Saat itu saya katakan, “Walaupun di anak Sadar (presiden Mesir kala itu), saya pun akan menolaknya karena menyalahi undang-undang.”

Beliau melanjutkan, setelah beliau menolaknya, surat permohonan membebas-tugaskan anak menteri tersebut diajukan kepada atasan saya yang kemudian menyetujuinya.

Akhirnya, sejarah mencatat bahwa ketika putera-putera bangsa berjuang di kanal Suez dengan meneriakkan “Allahu Akbar”, di sisi dunia lain ada orang yang hanya bersorak sore di jalanan kota New York. Ironis. Rupanya menjadi anggota kabinet tidak mesti harus nasionalis. (msa/sbb/dkw)

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization