Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Jaga Kehormatan dengan Meninggalkan “Budaya” Pacaran

Jaga Kehormatan dengan Meninggalkan “Budaya” Pacaran

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

udhJudul Buku: Udah Putusin Aja!
Penulis: Felix Y. Siauw
Penerbit: Mizania
Cet/Tahun: III,  April 2013.
Tebal: vii + 225 halaman.
ISBN: 978-602-9397-99-4

dakwatuna.com – Pacaran memang sudah membudaya dikalangan remaja sekarang. Tanpa rasa malu mereka memperlihatkan kemesraan di khalayak ramai. Bergandengan tangan hingga berpelukan seolah hal biasa bagi sepasang kekasih yang dilanda cinta. Bagaimana kalau sedang berduaan di tempat tertutup?

Akibatnya, banyak sekali kita dengar para remaja putri yang hamil di luar nikah. Miris memang, tetapi itulah kenyataannya. Kebebasan yang kebablasan. Sehingga remaja-remaja itu kehilangan masa depannya, menikah dini dan dikeluarkan dari sekolah.

Memang maksiat pacaran ini akibatnya sangat mengerikan, khususnya bagi kaum perempuan. Masa depan mereka hancur karena kebebasan mereka dalam berpacaran dengan lawan jenis. Bagi lelaki mungkin akibatnya tak terlalu nampak, berbeda dengan perempuan. Saat hendak menikah, perempuan dilihat dari masa lalunya sedangkan lelaki dilihat dari masa depannya. Jadi siapa yang rugi?

Lewat buku ini, penulis mencoba memberikan solusi dengan  mengupas tentang maksiat pacaran di dalam Islam dan bagaimana cara menghindarinya, dengan gaya bahasa ringan, renyah, dan meremaja. Buku ini seolah menjadi “kitab” bagi remaja kini yang sepertinya kekurangan bacaan yang cocok buat dunia anak muda.

Buku ini menjadi yang terlaris sepanjang sejarah penyelenggaraan Islamic Book Fair beberapa waktu lalu, dan hingga kini sudah memasuki cetakan ke tiga semenjak terbit februari lalu.

Buku ini dibuka dengan sebuah email dari seorang gadis kepada penulis, yang intinya menceritakan kegalauan hatinya karena mulai ditinggalkan oleh sang pria, sedangkan ia sudah menyerahkan “mahkota”nya pada sang pacar.

Kejadian-kejadian serupa lainnya juga banyak menimpa remaja-remaja putri kita, tetapi hanya terlisan, dan jutaan lainnya tak pernah terungkap. Sungguh sebuah kenyataan yang pahit bila sudah melakukan perbuatan hina tersebut lalu dicampakkan begitu saja tanpa adanya komitmen ke jenjang pernikahan.

Penulis menganalogikan pacaran adalah semacam rest area atau tempat mampir sesaat saja sedangkan pernikahan dianalogikan sebagai tempat perhentian alias rumah. Mampir di rest area orang tidak perlu komitmen, orang hanya makan, buang hajat, lalu pergi. Tetapi, untuk membuat beli atau pun membuat rumah diperlukan komitmen yang kuat. Itulah mengapa lelaki lebih rindu rumah dari pada tempat mampir. Pertanyaannya, apakah para gadis lebih suka jadi tempat singgah atau rumah perhentian? (hal. 18).

Sebagai manusia biasa memiliki cinta bukanlah sebuah kesalahan, sebab cinta adalah anugerah dari sang pencipta. Justru cintalah yang memanusiakan manusia, mewarnai kehidupan dan menerbitkan harapan.

Islam tidak pernah mengharamkan cinta, Islam mengarahkan cinta agar berjalan pada koridor yang semestinya. Islam mengatur bagaimana menunaikan cinta pada orang tua, cinta kepada saudara seiman, kepada sesama manusia, juga cinta kepada lawan jenis. Bila berbicara cinta dengan lawan jenis, satu-satunya jalan adalah pernikahan bukan dengan pacaran, yang dengan semuanya cinta jadi halal dan penuh keberkahan. (hal. 22).

Sayangnya, banyak remaja sudah terjebak dengan gaya pacaran masyarakat Barat yang umumnya lebih bebas mengekspresikan cinta. Akhirnya cinta tidak lagi menjadi sesuatu yang sakral dan romantis. Pada kenyataannya, mereka menyamakan cinta dengan hubungan badan alias seks. Padahal, nilai cinta jauh lebih luhur dan suci.

Sebenarnya, aturan Islam sederhana. Bila cinta datangi walinya dan menikah. Islam dengan tegas mengharamkan interaksi lelaki dan wanita yang bukan mahram tanpa ikatan pernikahan. Cinta yang halal jauh lebih indah dari pada cinta yang haram.

Buku ini bisa menjadi solusi dan referensi bacaan bagi mereka dan para remaja yang ingin menjemput jodoh dan masa depan yang lebih cerah. Kombinasi lucu, tegas, cerdas, dan bernas, terangkai apik dalam setiap kalimat, dengan gaya bahasa remaja dan terkadang gaul sehingga kita tidak akan bosan melahap buku ini hingga habis. Dan, kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran lewat buku ini tanpa merasa digurui.

Selamat membaca.

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Penulis kelahiran Abung di bulan Juni 1985 ini belajar menulis secara otodidak. Mulai menulis sejak tahun 2010, dan tulisan pertamanya muncul di Annida Online pada tahun yang sama. Dan kini ratusan karya telah dimuat diberbagai media lokal dan nasional, cetak hingga online. Antara lain: Annida Online, Banjarmasin Post, Serambi Ummah, Surabaya Post, Tabloid Cempaka, Republika, Majalah Story, Majalah Potret (Aceh), Sabili, Koran Jakarta, Kompas Online, Okezone, Rimanews, Wawasan News, dan Koran Bhirawa. Penulis juga telah menerbitkan beberapa buah buku: Merah di Gaza (SK Publishing, 2010), Cerita 3 Pulau (GMS Publishing, 2011), Sungguh, Aku mencintaimu karena Allah ( Qultum Media, 2011), E-book Antologi 15 Cerpen Pilihan Annida Online 2011 (Annida Online, 2011).

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization