dakwatuna.com – Kairo. Orasi Dr. Shafwat Hijazi, salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin dari podium Rab’ah Al-Adawiya yang membakar semangat Siang Jumat ini menegaskan;
Kita tak akan meninggalkan tempat ini, hingga Presiden yang sah, Dr. Mursi kembali atau pilihannya kita mati.
Ada yang bertanya, bagaimana jika militer sama sekali tidak memenuhi tuntutan kita? Kita katakan, pernyataan seperti ini sama sekali tidak ada dalam kamus perjuangan kita. Kita siap terus berdiam hingga ‘Iedul Fitri, insya Allah.
Bahkan ada ikhwah menyarankan agar kita hadirkan oven-oven besar untuk membuat kue Hari Raya di Rab’ah ini.
Kita tak akan mundur meninggalkan Rab’ah dan konsentrasi massa lainnya. Media perlawanan kita adalah perdamaian dan kita bersikukuh dengan jalan damai. Kita tak akan mengangkat senjata melawan militer Mesir, walaupun militer membunuhi kita. Ketika mereka berani membunuhi kita, insya Allah kita akan menjadi hamba Allah yang terbunuh. Kita tidak akan menjadi hamba Allah yang membunuh!
Sebenarnya kita bisa saja menggunakan model perlawanan yang ekstrim. Sebagaimana kita pun bisa saja memanfaatkan mogok sipil besar-besaran, atau kita lakukan pengepungan terhadap lembaga-lembaga milik negara. Namun sekali lagi, kita tak ingin mengganggu fasilitas publik atau pelayanan publik yang mengganggu kelancaran orang banyak.
Kami akan terus dan tidak akan berhenti menyuarakan tuntutan-tuntutan kami:
-Kembalinya presiden Dr. Muhammad Mursi menjalankan agenda kepresidenannya
-Melaksanakan pemilu legislatif secepatnya sebagai perwujudan aspirasi rakyat
-Membentuk komite amandeman beberapa pasal undang-undang
-Mengaktifkan kembali Majelis Shoura (MPR)
-Membentuk Komite Rekonsiliasi Nasional
Menyikapi jutaan pendemo, militer Mesir masih tak bergeming. Militer malah mengerahkan wamil dan para militer yang berpakaian sipil untuk mengisi bundaran Tahrir yang lengang ditinggalkan oleh gerakan Tamarrud anti Mursi. Banyak yang memprediksi akan diciptakan kekacauan, chaos, dan perang sipil yang dibuat militer. Tujuannya supaya militer memiliki justifikasi atas kudeta yang dilakukan.
Sebab ternyata, koalisi anti Mursi sudah pecah. Malah pihak Koptik enggan meratifikasi konstitusi baru yang dikeluarkan militer. Alasan nya hanya satu, masih mencantumkan Islam sebagai agama resmi negara. Nampak, militer semakin ditinggalkan para pendukung kudeta. Karena semua hanya sepakat satu hal: melengserkan Mursi dan Ikhwanul Muslimin. Tapi mereka kembali berpisah dengan ego masing-masing. (nb/sinai)
Redaktur: Saiful Bahri
Beri Nilai: