Topic
Home / Pemuda / Essay / Menghadapi Ramadhan

Menghadapi Ramadhan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Marhaban yaa Ramadhan, selamat datang wahai ramadhan. Selamat datang wahai penghulu bulan. Bulan yang disucikan dan diistimewakan Allah. Bulan dimana kaum muslimin menempa diri, meningkatkan amal shalih dan menggapai puncak kemenangan. Ramadhan memang istimewa. Pada bulan ini wahyu pertama kali diturunkan dan pada bulan inilah kaum

muslimin memperbanyak amal shalih, menyucikan jiwa yang ternodai dari kotoran dan dosa, agar kembali pada fitrahnya suci laksana bayi yang baru lahir, indah bagai kupu-kupu yang baru keluar dari kepompongnya.

Rasululloh dan para sahabatnya biasa menyapa bulan seribu bulan ini dengan suka cita, semoga kita pun demikian. Karena Allah menjanjikan syurga bagi siapapun yang menyambut datangnya ramadhan dengan gembira. “ Barang siapa yang bergembira dengan datangnya Ramadhan maka baginya syurga-Ku”. Bergembirannya saja sudah mendapatkan syurga, bagaimana tidak? Bagi Allah orang tidak akan gembira akan datangnya ramadhan kalau bukan karena keimanannya.

Pada bulan ini Allah telah mempersiapkan berbagai keutamaan yang tidak dimiliki bulan-bulan lainnya. Allah menjanjikan akan melipat gandakan pahala. Pintu ampunan pun dibuka selebar-lebarnya. Walaupun kita berlumuran dosa, sesungguhnya ampunan Allah lebih besar daripada lumuran dosa-dosa kita. Kalau kita merasa jauh dengan ampunan Allah, maka ramadhanlah saat yang paling tepat untuk mendapatkan kasih sayang-Nya. Di bulan ramadhan Allah juga menganjurkan kita untuk sering bermunajat memohon ampunan dan mendekat pada Allah.

Ketika ramadhan datang, tak sedikit yang menyambutnya dengan biasa-biasa saja. Bahkan dengan decakan ketidaksangkaan ramadhan tiba dan hanya berkomentar, “Lho, sudah ramadhan lagi…!!!” Dua sikap yang tercetus dari kaum muslimin adalah sebuah gambaran nyata keadaan kaum muslimin. Kaum muslimin yang menyambut ramadhan dengan penuh kegembiraan adalah sebagian umat islam yang sudah memahami islam dengan sebaik-baiknya, termasuk mungkin dalam aplikasinya. Sedang kaum muslim yang terkaget-kaget atau bahkan sedih dengan kehadiran ramadhan, ini menggambarkan kondisi kaum muslimin yang sedang sakit ruhaninya. Keislamanya mungkin hanya di KTP-nya saja. Jadi jangan heran jikalau mereka mengungkapkan perasaannya mengenai kehadiran ramadhan dengan ungkapan “lho udah ramadhan lagi…!!!“.

Bandingkan dengan para sahabat Rasululloh dan salafus shalih (orang-orang shalih dahulu). Mereka menyambut kehadiran ramadhan 6 bulan sebelumnya. Mereka panjatkan doa agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan yang lebih baik dari seribu bulan itu. Ketika memasuki bulan rajab, mereka berdoa “Allahumma bariklana fi Rajab Wa Sya`ban Wa Balighna Ramadhan”. Pasca ramadhan, merekapun memanjatkan doa agar Allah menerima amal shalih mereka selama ramadhan.

Sebagai orang beriman, tentu kita harus bersikap seperti kaum muslim yang pertama yaitu yang menyongsong ramadhan dengan penuh kegembiraan. Hal ini karena ini merupakan sikap yang dicontohkan para sahabat, salafus shalih, tabiin dan seluruh kaum mukminin. Sebuah sikap yang bergembira ketika ramadhan datang, dan bersedih dikala ramadhan akan berakhir. Perasaan senang dan sedih merupakan refleksi dari keimanan seseorang dan sikap ini merupakan ciri orang yang bertaqwa. Taqwa inilah yang merupakan tujuan akhir yang hendak dicapai oleh seorang mukminin yang menunaikan ibadah shaum.

Orang yang tidak bergembira dengan kehadiran ramadhan boleh jadi karena tidak berniat menjadi orang yang bertaqwa. Namun, satu hal yang harus kita perhatikan, sikap gembira dan sedih yang muncul ketika ramadhan hadir dan pergi belum tentu bisa dijadikan sebagai indikator bahwa ia beriman saja. Sebab para pebisnis non muslim pun sangat bergembira dengan kehadiran ramadhan berarti meningkatnya omset penjualan usahannya. Bagi mereka, ramadhan adalah waktu yang tepat untuk mengisi pundi-pundi keuangannya.

Ramadhan memang bulan berkah bagi siapa saja untuk itu, “berbisnislah” dengan Allah, niscaya Allah akan memberikan keuntungan yang berlipat-lipat di dunia dan akherat kelak. Subhanalloh begitu banyak dan begitu besar keutamaan yang Allah siapkan bagi kita semua. Apakah kita tertantang untuk meraihnya? pasti. Siapa yang tidak tergoda akan jamuan Allah? Tugas kita sekarang bagaimana caranya agar tiap detik-detik ramadhan terisi dengan amal kebaikan.

Mudah-mudahan ramadhan ini ramadhan yang terbaik bagi kita, sehingga derajat taqwa layak kita sandang dan tentunya semoga kita masih bisa dipertemukan dengan-bulan-bulan ramadhan selanjutnya. Aamiin.

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 7.00 out of 5)
Loading...
Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Korea Selatan Periode 2017-2018. Ketua Indonesian Muslim Student Society in Korea Periode 2016-2017. Lulusan master di Computer Science and Engineering Seoul National University, pernah menjadi Researcher Assistant di Sungkyunkwan University, Korea. Suka traveling, menulis, coding, dan blogging. Memiliki semboyan, beraksilah niscaya Allah akan mereaksikan ikhtiarmu!

Lihat Juga

Sambut Ramadhan dengan Belajar Quran Bersama BisaQuran

Figure
Organization