Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Tersesat dan Berkelana di Negeri Penyihir

Tersesat dan Berkelana di Negeri Penyihir

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

The Wonderful Wizard of OzJudul: The Wonderful Wizard of Oz

Penulis: L. Frank Baum

Penerbit: Tangga Pustaka

Cetakan: Pertama , 2013

Tebal: IV + 224 Halaman

ISBN: 979-083-081-5

dakwatuna.com – “Sesuram dan sekelabu apa pun rumah kami, kami yang terbuat dari daging dan darah lebih suka tinggal di sana dari pada di negeri lain, sekalipun negeri itu teramat elok. Tidak ada tempat seperti rumah” sebuah mutiara kata menawan yang tertuang dalam novel ini begitu indah dan menawan. Seburuk apapun tempat tinggal yang kita miliki, tempat tersebut bak sebuah istana yang tak henti-hentinya melambaikan kerinduannya ketika seseorang terpisah jauh darinya, sebagaimana kisah Dorothy yang merindukan kampung halamannya.

Dorothy adalah seorang gadis kecil yang terpisah dari paman dan bibinya akibat hembusan angin topan pergesekan dari angin utara dan selatan. Angin topan tersebut telah membawa Dorothy dan rumah kecilnya yang berbentuk persegi bak sebuah bulu yang ringan yang tertiup angin dan terangkat berkilo-kilometer jauhnya. Hingga akhirnya angin topan tersebut mendaratkannya secara lembut ditengah suatu wilayah berkeindahan nan menakjubkan.

Dorothy yang di saat itu masih labil dan belum sadar bahwa dirinya saat itu terpisah jauh dari daerah asalnya, dia hanya menikmati pemandangan aneh dan indah itu dengan asyiknya. Si gadis kecil tersebut merasakan keganjilan ketika melihat datanganya sekelompok orang paling aneh yang belum pernah dia dilihat sebelumnya. Suatu hal menambah keanehan Dorothy adalah penampilan mereka, yang mengenakan topi bulat lancip setinggi tiga puluhan sentimeter, dengan pinggiran yang dihiasi penuh lonceng-lonceng kecil yang bergemerincing lembut saat mereka bergerak.

Keempat orang tersebut adalah seorang Munchkin yang kini mendekati rumah tempat si gadis kecil tersebut, tapi kemudian mereka berhenti dan saling berbisik nampak ketakutan untuk mendekat. Namun si wanita kecil nan tua tersebut memberanikan dirinya untuk mendekati Dorothy, membungkuk rendah dan berkata dengan suara manis sembari berkata “selamat datang, Penyihir Mulia, di negeri para Munchkin. Kami sangat berterima kasih kepadamu karena telah membunuh Penyihir Jahat dari Timur, sehingga membebaskan kami dari perbudakan.”(Hal 7-9)

Dorothy yang hanya si gadis kecil berwatak polos tidak berbahaya, yang telah diterbangkan angin topan sejauh beberapa kilometer dari rumah asalnya, dan tidak pernah membunuh apa pun sepanjang hidupnya merasa heran ketika mendapat sambutan seperti itu.

Setelah terjadi perbincangan yang cukup lama di antara mereka. Dorothy tersadar bahwa secara tidak sengaja rumahnyalah yang telah membunuh si Penyihir Jahat yang selama ini berkuasa dan memperbudak mereka. Sehingga maksud keempat orang tersebut menghampirinya tidak lain hanya ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepadanya.

Seakan sebuah kejadian yang garis takdirnya telah ditentukan secara sempurna oleh Tuhan. Yang telah menuntun dan menggiring Dorothy sampai ketempat para munchkin dan membebaskan mereka dari malapetaka perbudakan yang selama ini selalu mengekang kebahagiaan mereka akibat perbuatan si Penyihir Jahat dari Timur.

Tetapi, meski suasana yang ada di sana begitu indah dan baru bagi Dorothy, dia tetap merindukan pamannya Henry dan bibinya Em yang berada di Kansas daerah asal Dorothy. Baginya mereka berdua berjasa besar dalam kehidupannya, karena merekalah yang selama ini mengasuh dan menyayanginya. Sebelumnya Dorothy hanyalah seorang anak yatim piatu yang datang kerumah mereka, Bibi Em begitu bahagia dan terkejut ketika pertama kali Dorothy datang dengan tawa cerianya.

Akibat hembusan angin topan peristiwa itu, paman Henry dan bibi Em kehilangan dirinya. Dorothy sadar bahwa dirinya ingin kembali menemui paman dan bibinya, para Munchkin pun menyadari kesedihannya. Dorothi mulai terisak karena merasa kesepian di antara orang-orang aneh tersebut. Air matanya kini membuat para Munchkin yang baik hati turut berduka. Sementara itu si wanita kecil tua menanggalkan topinya dan meletakkan ujung lancipnya di ujung hidungnya, sambil menghitung “satu-dua-tiga” dengan suara khidmat. Seketika itu topi tersebut berubah menjadi batu tulis, dan diatasnya bertuliskan huruf besar mengisaratkan sebuah perintah agar gadis kecil itu pergi ke kota zamrud untuk menemui Oz si Penyihir Agung jika ingin kembali bertemu dengan paman dan bibinya.

Tanpa ada keraguan sedikitpun yang ditampakkan Dorothy, dia pun menerimanya. Meski dia tau bahwa akan ada berbagai macam rintangan dalam perjalanan menuju kota Zamrud. Dengan berbekal ciuman si wanita kecil tua yang menjadi tanda bulat bercahaya di dahinya dan sepatu perak bekas dari si Penyihir Jahat dari Timur yang secara tak sengaja telah terbunuh olehnya yang kelak akan bermanfaat baginya, dia pun memulai perjalanannya.

Dari sinilah kisah Dorothy berkelana di negeri para Penyihir dimulai. Dalam perjalanannya, secara bertahap dia bertemu dengan teman-teman baru yang memiliki keinginan masing-masing untuk menemui Oz si Penyihir Agung dari kota Zamrud. Seperti Bayung sebuah orang-orangan sawah yang sangat menginginkan otak, Penebang Kaleng yang terbuat dari bongkahan besi dan kaleng yang sangat merindukan hati, serta Singa Pengecut yang tergila-gila ingin memiliki keberanian dalam dirinya. Dengan ketiga temannya Dorothy saling bahu-membahu dalam mencapai keinginannya masing-masing

Akankah Dorothy dan kawan-kawannya mampu merintangi berbagai macam perseteruan dengan Penyihir Jahat dan bertempur dengan makhluk-makhluk ganjil dalam perjalanannya? Bagaimana akhir kisah mereka? Bisakah Oz si Penyihir Agung mengabulkan permintaan mereka semua? Novel ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Sebuah kisah yang menarik untuk dinikmati pembaca. Dengan alur ceritanya  yang tertata dengan rapi diimbangi dengan gaya bahasa yang tidak terlalu rumit, akan mempermudah pembaca dalam menangkap alur ceritanya. Sehingga bisa dipastikan tidak akan menimbulkan kesan jenuh yang sering kali dihadapi pembaca. Selamat menikmati novel ini!

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 1.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Pegiat Farabi Institut, anggota CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang

Lihat Juga

Muhasabah, Kebaikan untuk Negeri

Figure
Organization