Topic
Home / Pemuda / Essay / Hidup untuk Menghidupkan

Hidup untuk Menghidupkan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Hidupdakwatuna.com – Madinah dalam keadaan panas. Bukan hanya cuaca dan terik matahari yang menyengat, menusuk ke kulit, namun hati yang amat mendidih ketika  kaum muhajirin mendapat kabar bahwa seluruh harta dan kekayaan yang mereka miliki di Makkah direbut, bahkan dihancurkan. Hamzah datang kepada Nabi di Masjid Nabawi, melaporkan segalanya yang terjadi, dan menaruh setitik harapan –merebut kembali hak-hak yang telah terdzalimi. Nabi belum bisa menjawab, belum datang firman Allah yang mengizinkan kaum muhajirin dan kaum muslimin seluruhnya untuk mengadakan “gerakan” perlawanan” yang akan menentang rezim Makkah yang ketika saat itu sedang mencengkram Arab.

Suasana semakin memanas…

Sampai suatu hari bilal mengumandangkan adzan untuk memanggil seluruh kaum muslimin menuju markas Negara, Masjid Nabawi. Semua orang datang dan melangkah dengan pasti menuju Rasulullah .Semua bertanya-tanya…  ini bukan waktu untuk shalat? pasti akan ada sesuatu yang sangat penting untuk diumumkan .Rasulullah naik ke atas mimbar dan membacakan firman Allah yang baru beliau terima lewat perantara Jibril

“Dengan menyebut Nama Allah yang Maha pengasih dan Maha penyayang, Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan mesjid-mesjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”

Sontak Hamzah memimpin takbir keras yang menggema di seluruh Madinah, menggelora, dahsyat menerkam sunyi. Sebuah “gerakan untuk menebarkan Kebenaran” telah datang. Saat-saat paling mengesankan bagi kaum muslimin untuk menyuarakan perlawanan atas penindasan baru saja memasuki babak awal- yang kemudian berlanjut hingga sampai berabad-abad sesudahnya, sampai Islam datang di bumi Persia, menginjakkan kaki para Mujahid di Negeri Andalusia, hingga menaklukkan Kota Konstantinopel ,jantung Romawi Timur!

Dari sini, semuanya kita mulai, saya tidak akan membahas tentang sejarah –sejarah yang sulit kita hafalkan tanggal dan tahunnya, tidak juga ilmu politik yang penuh dengan tanda Tanya, saya tidak menulis tentang tulisan  puitis atau  karangan cerpenis, bukan pula sebuah analisis ,apalagi tesis. Saya hanya sekedar mengingatkan secuil kata berharga, sepele, namun hampir semua hati melupakannya, hampir semua jiwa merantaskannya, dan…

TERBUANG BEGITU SAJA!

Dan itu adalah BERGERAK! mungkin anda akan tertawa, mengapa saya membahas tentang bergerak, padahal semua makhluk bergerak, padahal semua manusia melakukan “gerak”…

Benar bukan?

Namun kita melupakan secuil esensi dan nilai yang terkandung dari kata ini, dan secuil ini ibarat lubang jarum yang sangat kecil dalam pandangan kita. Tapi beginilah nilainya, tanpa lubang jarum, maka sampai kapanpun sejarah tertulis, benang tidak akan menyatu dengan jarum untuk menjahit dan menambal pakaian. Kita menyepelekan bergerak, namuan karena inilah kita bisa hidup, dengan inilah kita bisa bernafas, dengan inilah kita bahkan bisa membela diri kita… segala amal ibadah adalah bergerak, tak ada yang diam!!!

Sejenak mungkin bisa kita renungkan, bergerak adalah suatu lambang bahwa kita hidup, melambangkan bahwa kita punya pengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Dan, gelora dakwah pun tidak akan membumi sampai bergeraknya jiwa-jiwa muharrik, sampai para mujahid melangkahkan kakinya, berlari sekencang mungkin menuju sebuah peradaban suci. Di sinilah fenomena yang akan kita coba telaah lebih dalam.

JIWA ITU MATI TANPA BERGERAK

Pernahkan kita melihat sebuah mobil berjalan tanpa roda yang bergerak? Pernahkah kita mendengar berita tentang seseorang yang hidup puluhan tahun tanpa jantung yang bergerak? Sampai pada suatu pertanyaan berskala besar, mungkinkah para sahabat, para mujahid bisa sampai menaklukkan negeri-negeri raksasa jika mereka hanya diam di masjid dan beribadah di dalam rumah?

Jawabannya sudah pasti: TIDAK!

Yang jadi masalah, banyak kita lihat , bahkan kita rasakan sendiri, kita mempunyai kemauan kuat, kita punya potensi yang sangat dahsyat untuk mengubah negeri, kita mempunyai ambisi teguh untuk meruntuhkan tirani, namun apa daya, belum se senti pun kaki ini bergerak untuk mewujudkan apa yang kita pikirkan, belum setetespun keringat yang jatuh karena kita memerjuangkan pemikiran kita. Ini telah banyak menjangkiti kaum muda, para calon penggubah peradaban, calon penggenggam kursi kekuasaan Negara di masa depan. Kita ingin bergerak, kita ingin mengadakan perubahan, namun itu baru terjadi di lingkup dunia khayal yang berputar-putar di benak kita.

Tak ada peradaban tanpa gerakan, tak akan ada sejarah tanpa gerakan, tak ada peperangan tanpa gerakan. Kita tahu, para sahabat sepeninggal Rasulullah tidak diam terpaku, atau hanya menangis sesenggukan mengenang kehebatan Nabi Muhammad, kebijaksanaannya….bukan! setelah itu Abu Bakar memimpin sebuah gerakan besar para mujahid untuk menaklukkan negeri utara, ada Syam yang dikuasai Romawi, ada Persia yang dikuasai dinasti Sasanid. Bayangkan jika para sahabat hanya diam di Arab, mana mungkin Islam bisa mengepakkan sayap di Timur dan barat?

Dan.. gerakan itu adalah perjuangan. Kita tidak akan bisa mengubah ummat ini menuju kebaikan tanpa gerakan untuk mengubah pula. Di sini gerakan memainkan peran penting dalam menggerakkan roda roda kebangkitan islam. Jangan bayangkan bergerak untuk dakwah itu mudah, setelah kita berusaha mengapresiasikan yang kita pikirkan dalam bentuk gerakan, maka akan kita temui gerakan-gerakan lain yang bertujuan menghambat laju gerakan kita. Jangan kau pikir yang bergerak hanya orang-orang shalih… musuh –musuh Islam juga mengadakan gerakan hebat untuk menghancurkan gerakan kita –dari luar ataupun dalam-.

Dan bagaimana kelanjutan gerakan ini…? Bagaimana mempertahankan keutuhan gerakan kita?

Setiap bangunan tidak didirikan dari satu pilar kawan… pasti banyak pilar-pilar penyangga atap yang akan semakin mengokohkan bangunan itu, sehingga angin beliungpun tak akan kuat merobohkannya walau berhembus ribuan kali. Inilah esensi utamanya!

Bergerak, sudah… namun mengajak orang bergerak sudah belum?

Untuk mencapai puncak dakwah, Rasulullah tidak bergerak sendiri, ada Khadijah di belakangnya pada masa awal-awal gerakan dakwah beliau, kemudian ada para Muhajirin yang semakin membuat kokoh kerangka gerakan yang telah dirancang detail oleh sang Arsitek peradaban itu –Nabi Muhammad-,mengapa harus bersama, mengapa tidak bisa sendiri? Karena…

“Kebaikan yang tidak terorganisir, akan kalah dengan kebathilan yang terorganisir”

Musuh-musuh islam menguasai jagat media, militer, fashion, ekonomi, dan segala bidang yang penting dalam kehidupan. Sementara kita sendiri…. Mau berbuat apa? Tak ada kata lain kecuali menggandeng yang lain untuk ikut terlibat dalam gerakan memutar roda dakwah. Semua akan terancang dengan detail, terorganisir. Jika kita berdakwah sendiri , kadang kita tak punya suatu kelebihan yang kita butuhkan dalam menjalani dakwah, kita jago politik, namun kita belum bisa ngurus uang, kita bisa berbicara sampai berjam-jam ,namun untuk menulis gagasan dan pemikiran dalam sebuah artikel, kita gelagapan, tak menulis walau sehuruf pun! Itulah nilainya, itulah maksud yang saya utarakan di sini…sekarang tinggal anda sendiri sahabat…

“Mau bergerak, atau tidak?”

“Bergerak itu hidup dan menghidupkan”

 

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (7 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir | Alumni SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Magelang | Alumni Ponpes Husnul Khotimah Kuningan

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization