dakwatuna.com – Salmiya, tepat di hari jum’at berkah… Rasanya lelah itu telah terbasuh tanpa sisa, langkah kaki penat dengan perjalanan 12 jam dari Jakarta-KL-Kuwait memboyong tiga jundi nan super aktif ini tidak sesulit yang dibayangkan orang-orang.
Bola mata iba dan penuh duga tak sebanding dengan jutaan pandangan kagum dan pesona, oh Allah!
Kepindahan dari tanah Eropa ke negeri teluk bukanlah hal mudah, pengeluaran dana buat terjemahan dokumen-dokumen dalam bahasa Arab, serta legalisasinya ditambah banyaknya pungli di tanah air—amat menempa kesabaran hati. Pemeriksaan kesehatan juga berurusan dengan klinik-klinik khusus (yang bercampur dengan lembaga-lembaga travel umroh serta PJTKI). Sehingga berbeda jika kita berada di luar Indonesia (seperti saat di Poland), kita bisa memanfaatkan asuransi kesehatan untuk pemeriksaan tersebut. Kerumitan dan prosedur bertele-tele itu saya share di blog pribadi.
Bunda, terima kasih do’a sobat semua…
Sepasang mata penuh kerinduan membuat pertahananku runtuh, embun itu hadir di bola mata tepat ketika tangannya menyentuh keningku,
Perjalanan ini selalu beriring cinta, dan aku selalu menyaksikan betapa besar kekuatan cinta! Betapa anggun benang-benang rajutan skenario terindah dari Sang Maha Cinta, Subhanalloh….
Selalu ada kemudahan, Fa inna ma’al ‘usri yusra Inna ma’al ‘usri yusra, tiap urusan yang sulit, kenyataannya bisa diselesaikan dengan lancar, berkat kuasa Allah. Sisters di Krakow turut sedih mendengar kabarku dan anak-anak yang masih terpisah dengan abu Azzam. “Kalau tau ribetnya prosedur visa disana, kenapa tidak menunggu di Krakow sehingga anak-anak tetap menyelesaikan sekolahnya, sist?” Tanya seorang sister via email. Masuk ke tanah Poland 2009 lalu, kami bisa datang langsung sekeluarga, tanpa perlu check up di tanah air. Bahkan sehari datang ke Poland, kami langsung bisa mengatur jadwal pemeriksaan kesehatan, urusan bank dan proses resident-card (seperti KTP kalau di Indonesia).
“Karena anak-anak sudah kangen sama grandparents, sist… apalagi sedang libur musim dingin. Dan ternyata musim dingin kali ini sama seperti tiga tahun lalu, hingga awal april Krakow masih berselimut salju, riskan jika saya mengurusi prosedur visa dari Krakow ke Warszawa di musim salju, membawa tiga jundi yang super aktif pula, hehehehe…” Membayangkan keluar kota dengan balutan mantel tebal bersama tiga jundi yang kangen pada bapaknya, sehingga pola tingkah mereka tak dapat diprediksi lagi membuat saudariku tersenyum-senyum sambil menggelengkan kepala sendiri, kali ini ia bercakap via skype. “Masya Allah, I see sister… how strong mommy! I’m sorry that I can’t help you, but you know, I miss you and your boys so much! All of us in Krakow miss your family….” lanjutnya.
Tanda pelukan dari jauh kusematkan, “Oh, sister… you’ve already help me. Give duas, always… Keep duas for my family, it means a lot, dear…” Betapa besar kekuatan do’a. Bahkan di luar logika. Kami lanjutkan percakapan, ada sister Fathin yang berasal dari Malaysia, dia aktif dalam kerja dakwah di sela praktek dan kegiatan perkuliahannya sebagai calon dokter.
Fathin mengatakan bahwa kegiatan belajar membaca al-Qur’an berjalan lancar, Alhamdulillah. Apalagi ada sister Anetta Aisha yang sangat proaktif, setiap jum’at cuti dari kantor demi bertemu saudari lainnya di masjid. Mereka sisters yang gigih dan menampakkan kecintaan terhadap islam. Sister Anetta Aisha adalah sister yang mengantarkan kami sekeluarga ke bandara di awal pagi pada hari terakhir di Krakow. Ia berkata, “Actually honey, I feel so lonely… after that, I feel very happy because I have you and your family here in Krakow. But I will be happy if you are happy. Go with your smile, dear! I know, our destination is same…. Take care…. Please take care the children well, kochane…” banjir mata kami, basah pipi kami, dan orang-orang di bandara sibuk memotret adegan dramatis itu.
“I will be active in Islamic centre, I’m muslimah, of course, I must take care our masjid…” lanjutnya, berjanji sepenuh hati. Dan ternyata hal itu terbukti, ia yang dulunya mendalami bab-bab kehidupan sebagai biarawati, sekarang berada di jalan keselamatan dan loyal pada kecintaan terhadap al-Islam, subhanalloh! Setiap mengetik email, air mataku tumpah. Anetta Aisha pun berkata demikian. Tidak seorang pun yang dipercayainya untuk berbagi cerita perjuangan di kala hatinya condong pada islam, hingga pertemuan denganku. Alangkah indahnya ukhuwah islamiyah, sosok muslimah Indonesia bisa menjadi keluarga dekat bagi muslimah di tanah eropa, ikatan erat yang dikencangkan oleh tali (agama) Allah.
“Kami ikut datang ke masjid pada malam magrib-an itu, sist…” ternyata lelah dapat diobati dengan peluk ukhuwah dan belajar bersama di masjid. Sister Fathin mengirimkan secarik foto mereka saat melanjutkan belajar membaca al-Qur’an. Sebulan sekali, brothers di masjid Krakow mengadakan qiyamullail bersama, dan hal ini tetap berjalan lancar, Alhamdulillah. Menyambut sapaan dan cerita mereka adalah hal yang membuat kesedihanku terhapus, pikiran kalut (karena berpisah beberapa bulan dengan suami) serta pengurusan family visa bagai tak lagi merupakan beban. Ringan kepala dan hati, sehingga langkah kaki pun kian semangat menapaki hari.
Beberapa sisters yang baru menyelesaikan perkuliahan telah pulang kembali ke negara asal, di antaranya Rayana dari Belarus dan Anna dari Rusia. Thanzila pun telah berada kembali di UK, dan mengirimkan kabar gembira prihal kehamilannya. Kasia dan Kinga juga melanjutkan sekolah di UK. Subhanalloh, saling do’a adalah kekuatan kami dalam memelihara persaudaraan ini. On-line di layanan skype atau email tentu tidak bisa 24 jam, namun do’a dan dzikrulloh dapat dilakukan tiap detik, sungguh terasa efek cinta karena Allah ta’ala.
Allah, duhai Robbul’izzati, semoga jiwa-jiwa kami tetap berpadu mesra dalam mendekap iman, mengecap nikmat islam, dan kian bersyukur atas segala anugerahMu, aamin. Mudahkanlah segala aktivitas saudara-saudariku, yaa Allah.
“We are very happy to see your picture, finally all of you are together in Kuwait…” ujar sisters ketika kusampaikan kabar bahwa pada tanggal 19 april lalu, kami sudah berkumpul di tempat yang baru. “Because Allah…. Kalian semua berdo’a, dan Allah kabulkan do’a kita, semua problema memang mendewasakan diri…” ucapku.
Akulah bukti cinta, terima kasih duhai ILahi, terima kasih ayah dan bunda, terima kasih do’a sobat semua…
In Salmiya, Sepasang mata penuh kerinduan membuat pertahananku runtuh, embun itu hadir di bola mata tepat ketika tangannya menyentuh keningku…
Perjalanan ini selalu beriring cinta, dan aku selalu menyaksikan betapa besar kekuatan cinta! Betapa anggun benang-benang rajutan skenario terindah dari Sang Maha Cinta, Subhanalloh walhamdulillah…. Di tengah ragam fitnah terhadap ummat, kaum muslimin tetap tak dapat berubah: bahwa Islam adalah agama keselamatan dunia akhirat, Islam adalah pilihan sempurna bagi setiap anak Adam alaihissalam yang masih berada dalam pencarian terhadap Tuhan karena setiap aktivitas hidup ada dalam rambu Islam, dan bermuara kepada cinta kepadaNya, Sang Pemilik Semesta. Wallahu’alam bisshowab.
Salam ukhuwah!
Redaktur: Aisyah
Beri Nilai: