Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / Puluhan Tahun Konflik: Arab Rela Jadi Korban, Israel Tak Cukup Rela Jadi Penjahat

Puluhan Tahun Konflik: Arab Rela Jadi Korban, Israel Tak Cukup Rela Jadi Penjahat

Ilyas Shahab

palestina (1)dakwatuna.com – Dalam istilah lain, situasi Arab (termasuk Palestina) dan Israel lebih tepat diungkapkan dengan “korban pembunuhan rela dan pembunuh tidak rela”.

Itulah kesimpulan panjang bertahun-tahun ke belakang. Hal itulah yang disampaikan oleh delegasi Liga Arab di ibukota Amerika. Liga Arab memberikan kepada Israel melalui kementerian luar negeri Amerika sebuah hadiah politik yang tidak ternilai harganya, yakni; konsesi dan kompromi dari Palestina “bersejarah” dengan menerima pembagian yang sudah ditetapkan oleh PBB terkait tanah jajahan tahun 1948 dan sebagian wilayah utama dari bagian yang dijajah tahun 1967. Untuk wilayah jajahan tahun 1967, Israel berhasil menancapkan kuku-kuku penjajahannya dengan membangun pemukiman (di Tepi Barat) dan Al-Quds, desa-desa Arab yang dikelilingi oleh tembok rasial. Semua itu diberikan oleh Liga Arab dengan imbalan murahan yakni dengan memberikan kepada warga Palestina ganti rugi tanah tanpa ada kejelasan batasan dan jenis tanah tersebut.

Tawaran yang diberikan Liga Arab di Amerika ini pun tanpa diikat dengan nilai sejarah; misalnya, Israel harus menerima dan mengakui hak kembali semua pengungsi Palestina ke tanah yang mereka diusir dari sana tahun 1948. Meski begitu, Israel justru mengejek tawaran Liga Arab ini. Dengan kata lain, Israel tidak menerima tawaran ini sebab penjajah ingin lebih dari itu. Kenapa?

Di akhir tahun 1970-an, negara Arab Raya atau Mesir meski disebut menang dalam perang tahun 1973 ia (Mesir) siap membayar kekalahan tahun 1967 dengan menarik diri dari isu Palestina (tidak ikut campur urusan Palestina). Dengan kompensasi Israel harus mengembalikan wilayah jajahan Sinai meski tanpa kedaulatan militer di sana.

Setelah itu, PLO membuka kompromi beruntun sampai melakukan perubahan mendasar dalam piagam nasional Palestina sampai melepaskan semua wilayah Palestina yang dijajah Israel tahun 1948 dan menerima “negara unyil” di wilayah Palestina yang dijajah tahun 1967.

Namun itu semua tidak cukup memuaskan ketamakan Zionis Yahudi mencaplok seluruh wilayah Palestina bersejarah. Padahal Israel sudah diberikan kewenangan penuh dalam bidang ekonomi dan keamanan di Palestina.

Fase antara 1990-an hingga abad 20 adalah fase pembuktian bahwa ketamakan Zionis akan terwujud penuh hanya dengan penantian bagi menurunnya situasi Palestina dan Arab sampai mereka benar-benar menyerah.

Antara ketamakan Zionis Yahudi dengan kompromi jelas berbeda jauh. Zionis Yahudi menunggu mencaplok seluruh wilayah Tepi Barat hingga perbatasan Yordania dengan terus membangun pemukiman Yahudi sepanjang tahun dan menguasai penuh – pada akhirnya – wilayah perbatasan Tepi Barat dengan Yordania. Sementara wilayah lembah penuh berada di bawah kekuasaan militer Amerika. Di samping itu pencaplokan Jerusalem (Al-Quds) akan disempurnakan dengan menguasai wilayah Jerusalem Timur dan Barat dan diubah menjadi ibukota satu Israel. Hingga Israel akan memaksa Arab mengakui yahudisme negara ‘Israel’ dengan menghapus penuh kemungkinan hak kembali pengungsi Palestina.

Keberhasilan Israel dalam mewujudkan ketamakan-ketamakan nya, tanpa ada reaksi serius dari Arab dan Palestina, bahkan manut dengan ‘Israel’, justru memberikan pelajaran kepada ‘Israel’ agar tidak terjebak dalam kompromi yang diberikan Arab. Sebab jika menurut kepada tawaran kompromi Arab, ketamakan-ketamakan itu akan terbatasi oleh Palestina dan Arab. (bsyr)

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Opick: Jangan Berhenti Bantu Rakyat Palestina!

Figure
Organization