Topic
Home / Pemuda / Essay / Mungkinkah Kita Menjadi Penyebabnya?

Mungkinkah Kita Menjadi Penyebabnya?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

f0ldqzL6_bKJ1Yg3qErd_v3fCtYAI3FhIWTx_8aZs5sdakwatuna.com – Awalnya saya kaget membaca kalimat di atas. Tetapi tak mau dinyana, memang begitulah kenyataannya. Orang yang selama ini menjadi panutan, yang mengajak untuk mengenal Allah, mengenal Rasulullah, mengenal Islam lebih dekat ternyata kini telah berubah.

Saya selaku pemula di jalan ini, begitu kecewa tatkala saya mendapati beberapa orang yang saya kenal, yang dulu menjadi teladan bagi saya, kini sudah menunjukkan perubahan, terutama dalam hal pakaian. Awalnya saya hanya melihat kenyataan itu dari dunia maya. Tidak bermaksud untuk ‘kepo’ tetapi foto-foto yang ada di jejaring sosial itu seolah menceritakan perubahan tersebut. Mereka yang dulu aktivis kampus, kini setelah lulus kuliah dan memasuki dunia pasca kampus tak mampu lagi mempertahankan apa yang dulu mereka dakwahi, terutama dari segi pakaian. Bahkan terkadang, aktivis militan itu kini tak lagi terlihat militansi nya dalam mempertahankan pakaian syar’i.

Saya sebenarnya ingin menanyakan perihal perubahan tersebut, tetapi takut menyinggung perasaan. Hingga suatu waktu secara tidak langsung saya berkesempatan mewawancarai si “tersangka perubahan”. Awalnya pembicaraan kami tidak menyinggung hal tersebut, tetapi tiba-tiba ia berkata.. ”Saya dulu seperti kamu” Tanpa pikir dua kali, saya pun langsung menanyakan alasannya.

Kemudian cerita pun mengalir… Zaman kuliah ia bilang, ia diajak oleh seorang sahabat untuk menggunakan pakaian syar’i. Dan terlebih karena hidayah Allah, ia pun mulai mengenakannya. Hingga setelah lulus kuliah, ia tak lagi menggunakan jilbab lebar. Kemudian beliau menceritakan awal kenapa perubahan itu terjadi.

Menurut dia, ihwal hal itu terjadi ketika di akhir masa studi kampus, ia menyimpan kekecewaan kepada seorang akhwat jilbab lebar. “Tak sepantasnya seorang jilbaber berperilaku seperti ….” ujarnya. “Padahal ia dulu yang mengajak saya”. Astaghfirullah… Perilaku yang tak pantas itu tak hanya terjadi pada seorang akhwat jilbab lebar, tetapi akhwat yang lain juga. Dan itulah awal terjadinya perubahan tersebut.

Dari cerita yang ia tuturkan, saya mengambil kesimpulan, bahwa kita bisa menjadi penyebab futurnya orang lain dari keistiqomahan.  Terkait alasan dari cerita yang saya dapatkan, mungkin ada yang mengatakan “wah.. niat ia waktu hijrah dulu, ga karena Allah tuh, buktinya ketika ada orang yang dulu ia anggap teladan kini sudah berubah..ia ikutan berubah juga”. Terlepas dari alasan tersebut, saya tetap berkesimpulan bahwa kita bisa menjadi penyebab futurnya orang lain.

Oleh sebab itu, siapapun kita, entah kita digelari oleh orang aktifis kampus, aktifis dakwah atau aktifis yang lain, maka mari kita jaga sikap kita, jaga penampilan kita, pakaian kita, sebab karena hal seperti ini, mungkin akan ada orang yang baru belajar mengenal islam, tak lagi mau belajar agama.

So, ketika melihat si ‘tersangka perubahan’ jangan dulu tanyakan kenapa ia berubah, tapi tanya dulu diri kita, apakah kita mengambil bagian dari perubahan itu?

Wallahu’alam bishowab.

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (7 votes, average: 9.43 out of 5)
Loading...

Tentang

Seorang Dosen muda disalah satu perguruan tinggi swasta di Kota Bukittinggi. Aktivitas saat ini selain bekerja juga seorang mahasiswa pasca sarjana di perguruan tinggi negeri di Kota Depok. Mempunyai hobi membaca dan mempunyai impian menjadi seorang penulis.

Lihat Juga

Keikhlasan Dalan Kerja Dakwah

Figure
Organization