dakwatuna.com – Sontak, itulah yang mungkin dirasakan saat kita melihat hasil dari perhitungan the New Economics Foundation. Sebuah survey mengenai tingkat kebahagiaan hidup rakyat dalam sebuah negara yang kemudian dibuat sebuah pemeringkatan. Survey ini bukan hanya berdasarkan pada GDP (Gross Domestic Products) atau yang dikenal dengan Produksi Total Dalam Negeri dan HDI (Human Development Index) yang berdasarkan pada kekayaan material atau kekayaan, namun tingkat kesehatan dan kebahagiaan rakyat dalam sebuah negara juga diperhatikan. Dalam survey tersebut disebutkan bahwa Indonesia berada di urutan 16 dari 143 negara di dunia. Suatu hal yang patut dibanggakan bagi bangsa Indonesia di tengah kegalauan perekonomian dan carut marut perpolitikan negeri ini. Indonesia berada di atas jauh dibandingkan negara adidaya dan adikuasa USA yang bertengger di peringkat 114. Negara tetangga kita, Malaysia juga masih berada di peringkat 33 sedangkan Thailand masih berada di peringkat 41.
Tentu melihat pemeringkatan Happy Planet Index ini kita akan sedikit tercengang. Indonesia yang seperti kita ketahui dengan segala kompleksitas permasalahan yang ada mampu meraih posisi yang cukup aman (20 besar) dalam konteks negara dengan rakyat ter-bahagia. Permasalahan social perekonomian yang kian lama seolah menggigit bangsa Indonesia. Belum lagi ditambah dengan carut marutnya kondisi perpolitikan dan ranah peradilan dalam negara ini. Namun di tengah segala masalah itu kita bias menghadapi dengan senyum, seperti lagu dalam Dewa 19.
Hadapi Dengan Senyum – Dewa
Hadapi dengan senyuman
Semua yang terjadi biar terjadi
Hadapi dengan tenang jiwa
Semua kan baik-baik saja
Bila ketetapan Tuhan
Sudah ditetapkan, tetaplah sudah
Tak ada yang bisa merubah
Dan takkan bisa berubah
Relakanlah saja ini
Bahwa semua yang terbaik
Terbaik untuk kita semua
Menyerahlah untuk menang
Bangsa Indonesia mungkin memahami betul apa itu arti kesabaran dalam menghadapi sebuah ujian. Ujian dan permasalahan hidup dan bangsa ini, dihadapi dengan segala ketenangan jiwa. Inilah Filosofi dari “Sabar Narima”. Sebuah prinsip hidup dengan mengedepankan qanaah, menerima segala yang telah ditetapkan dengan hati bahagia. Namun perlu diingat, menerima dalam konteks ini bukan berarti pasrah dengan segala yang ada. Menerima dalam konteks ini adalah langkah kedua setelah kita berusaha dan berdoa dengan seoptimal mungkin. Setelah itu kita meyakini ini sebagai hasil yang memang harus kita terima. Sikap inilah yang menyebabkan Bangsa Indonesia tidak terlalu “ambisius” dan “sepaneng” dalam menghadapi masalah. Karena mereka yakin setiap permasalahan pasti ada solusinya. Setiap virus pasti ada antivirusnya dan setiap penyakit pasti ada obatnya. Inilah esensi dari “Innama`al `usri yusro”, setiap kesulitan bersama kemudahan (Al Insyirah).
Redaktur: Lurita Putri Permatasari
Beri Nilai: