Bersyukur dalam Kesibukan

Ilustrasi (Erina Prima)

dakwatuna.com – Segala hal tentang shalat, tilawah, berdoa, merintih, dan apapun yang mengikat tentang-Mu ya Rabb, semua menjadi melekat, terasa dan merasuk ke dalam jiwa.

Saat segala kepenatan yang berwarna menghiasi keseharian kita, kepadatan pikir yang mencoba merekonstruksikan satu per satu hingga tersusun rapih. Cukup menjadikan segala kekuatan dari-Nya menjadi energi yang dahsyat. Karena menjadi seorang hamba yang lemah saja sudah cukup angkuh berani menopang beban di bahu-bahu yang rapuh.

Jika waktu telah menggariskan urutan amalan yang kita kerjakan setiap detiknya, bersyukurlah. Saat mata mulai layu untuk menatap pekerjaan di depan mata, tangguhlah. Bahkan saat hati terindikasi untuk sebentar lagi merintih lemah, kuatkanlah. Justru itu yang membuka canal-canal energi baru bagi kehidupan kita. Untuk hidup di masa depan yang lebih jauh tantangannya dari hanya sekadar tangga dasar yang kita lakukan sekarang.

Tak usah pusing berpikir tempo hibernasi dalam hidup. Karena segala charger itu telah di atur dalam nuansa resapan ruh yang terpatri. Bagi kami, hanya cukup bergerak, beramal dan berpeluh sepayah mungkin, seoptimal raga berkonsentrasi, selagi dalam koridor syar’i.

Merindulah dalam sibuk, kesibukan yang produktif. Hingga merasa shalat menjadi kebutuhan yang tak dapat diduakan, sampai tilawah senantiasa merasuk dalam sanubari, bahkan sampai hati sungguh amat merindu untuk merintih, merapat dan hanya sanggup bergantung pada kekuatan hakiki dari Ar Rahim.

Konten ini telah dimodifikasi pada 24/04/13 | 04:06 04:06

Program Studi Ilmu Keperawatan UGM 2010. Satri Pesantren Mahasiswi Darush Shalihat Yogyakarta. Kepala Departemen Media UKM Gama Cendekia UGM.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...