Surat Cinta

Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Pertama kali saya dapat surat cinta adalah ketika saya kelas empat atau lima SD. Entahlah, saya kurang tau persis. Surat cinta dari senior saya, ditulis di atas kertas pink lucu. Isinya tentu saja berupa kata-kata cinta, serta pujian pujian berlebihan yang tampaknya dipelajari oleh senior saya dari tayangan sinetron. Atau mungkin dari drama Korea, tidak, drama Korea belum tenar kala itu. Mendapat surat seperti itu saya malah dengan enteng melaporkannya pada guru. Maklum masih polos.

“Pacaran dilarang sekolah, dan surat ini jelas-jelas mengajak saya untuk pacaran, laporkan Ndri (dulu panggilan saya Andri, bukan Andre)” gumam saya.

Kami dipanggil. Diinterogasi dan dinasihati. Senior saya itu nangis. Sesekali menatap saya dengan tatapan penuh kebencian. Pelajaran hidup pertama yang saya dapat tentang cinta. Begitulah cinta zaman sekarang kebanyakan. Mudah berubah. Barusan cinta, bisa jadi sebentar lagi tak cinta, bahkan benci. Wajar jika gonta ganti pacar. Putus nyambung, putus nyambung, cari pacar lagi.

Bicara soal surat cinta. Sebentar lagi Sang Maha Pemilik Cinta akan memberikan satu dari sangat banyak bukti cinta-Nya pada kita. Banyak? Yoi. Air mengalir, gunung menjulang, burung berkicau, mentari menerangi, angin berhembus. Semuanya Allah ciptakan karena cinta. Tak ada yang komplain.

Jangan dekati zina, tutup aurat, jaga pandangan, jangan minum minuman keras, jangan mencuri. Semuanya Allah atur karena cinta. Mulai banyak yang protes. Allah tau kalau zina akan beresiko hamil, kalau hamil di luar nikah, siapa yang bakalan malu? Makanya Allah larang dekati zina. Allah tau kalau kita maling bakalan di bakar massa jika ketangkep, setidaknya dipukuli massa, makanya Allah larang.

Allah tau mata lelaki memiliki kadar nafsu yang tinggi. Semua berawal dari mata, makanya Allah suruh perempuan memakai jilbab dan berpakaian longgar. Ah betapa cintanya Allah sama kita. Cukup cukup, jadi salah satu bukti cinta Allah yang akan datang bentar lagi itu apaan Ndre? Hooo iya, bulan Ramadhan.

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (Al-Baqarah: 183)

Bayangkan, Allah manggil kita pakai kata wahai (kamu pernah ga manggil ibu kamu dengan wahai? wahai ibunda, wahai ayahanda, wahai kakak, wahai adik, wahai saudaraku, indah nian.
Kalau pacar sih saya yakin kamu pernah manggil dia dengan kata wahai, wahai pujaan hatiku yang sangat cantik bak bidadari yang turun dari kayangan misalnya).

Eh lo jangan bawa bawa pacar Ndre, sudah lo lanjutin aja. Lagian bukti cinta apaan itu. Ngapain coba ada bulan Ramadhan segala? Bikin lemes aja. Puasa sebulan penuh, nggak boleh aneh-aneh, disuruh ngaji sama ortu (padahal biasanya juga nggak pernah ngaji), apalagi kalau malam shalat tarawihnya lama banget! Mana imam di masjid sebelah rumah bacanya panjang dan lambat-lambat lagi, bikin pegel. Akibatnya kerjaan jadi nggak beres, belajar nggak bisa konsen, maunya tidur mulu. Bukti cinta apaan itu.

Heu… Kamu jangan liat luarannya aja dong bro. Lagian kamu lemah banget. Cem lontong. Kuat itu ketika kamu bisa sekuat tenaga ngerjain perintah-perintah-Nya dan ninggalin larangan-larangan-Nya bro. Bagi saya itu makna kuat sesungguhnya.

Kamu ga pacaran karena takut ngedekati zina sementara semua teman kamu pada pacaran, kamu tetap shalat tarawih pegel pegel sementara teman teman kamu asik main petasan di luar masjid, kamu habis sahur ga tidur shalat subuh ke masjid sementara teman teman kamu pada tidur. Itu baru kuat namanya. Kamu baca lagi deh lanjutan tulisan saya ini. :)

Saat itu detik-detik terakhir bulan Sya’ban. Rasulullah ngumpulin semua sahabat di suatu tempat. Jelas, banyak perasaan campur aduk di hati mereka generasi pertama yang mulia itu. Kelelahan tidak menghalangi mereka untuk berkumpul seperti perintah rasul-Nya. Mereka menanti dengan hati berdebar penasaran, “ada apaan nih?”, Mungkin kalau kita ada di sana bakal berkomentar seperti itu.

Orang yang ditunggu-tunggu itu akhirnya mulai berbicara. Suaranya berwibawa penuh cinta, menarik perhatian semua yang ada di situ.

Wahai manusia, bulan yang mulia dan penuh berkah datang menaungi kalian. Suatu bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Bulan yang Allah menetapkan puasa di dalamnya dan qiyamullail sebagai kesunnahan. Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan satu perbuatan baik di dalamnya (melakukan perbuatan sunat), dia bagaikan melakukan satu kewajiban di bulan yang lain. Barang siapa melakukan satu kewajiban di bulan ini maka dia sama dengan orang yang melakukan tujuh puluh kewajiban di bulan yang lain.

Ramadhan adalah bulan kesabaran, sementara pahala kesabaran adalah surga. Ia adalah bulan kedermawanan dan bulan bertambahnya rezeki orang mukmin. Barangsiapa memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa pada bulan ini, maka itu berarti pengampunan terhadap dosa-dosanya dan pembebasan dirinya dari neraka,di tambah ia memperoleh pahala orang yang berpuasa tanpa berkurang sedikitpun (pahala orang yang berpuasa itu)”

Ada beberapa orang di antara mereka yang gelisah. Raut mukanya seakan-akan menyiratkan sesuatu. Akhirnya orang itu bertanya, “ya Rasulullah, tidak semua kita memiliki makanan untuk orang lain yang berpuasa!”, nada pertanyaannya harap-harap cemas.

Manusia mulia itu kemudian menjawab, “Allah memberikan pahala ini kepada siapapun yang memberi buka dengan sebiji kurma atau seteguk air atau sehirup susu”

Rasulullah melanjutkan, “Dialah bulan yang permulaannya adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya merupakan pembebasan dari neraka. Barang siapa memberikan beban yang lebih ringan kepada budaknya pada bulan ini, maka Allah memberikan kepadanya (pahala) dan membebaskannya dari neraka…”

“Pada bulan ini perbanyaklah olehmu empat perkara. Dua perkara kamu dapat mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua lagi kamu membutuhkannya. Dua perkara yang kamu dapat mendatangkan keridhaan Tuhanmu adalah syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah (laa ilaaha illallaah) dan permohonan ampun kepada-Nya (‘istighfar’ = astaghfirullaahal ‘adziim). Adapun dua perkara yang justru kamu sendiri yang membutuhkannya ialah memohon surga dan berlindung dari neraka.

Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berpuasa maka Allah akan memberinya air minum dari telaga surga yang ia tidak akan merasakan haus lagi sesudahnya, hingga ia masuk surga”

Demikianlah, Rasulullah SAW memberikan kabar gembira ini untuk para sahabatnya. Seketika, gegap gempitalah seisi kota yang dihuni orang-orang mulia itu. Masing-masing mulai merancang apa yang akan mereka lakukan di bulan istimewa itu. Berlomba dalam kebaikan.

Masih banyak keutamaan-keutamaan lain di bulan Ramadhan ini sob. Masih nyangkal kalau ini bukti cinta-Nya?

Ga, ga. Ampun… Ayo kita persiapkan dari sekarang.

Konten ini telah dimodifikasi pada 16/04/13 | 09:35 09:35

Seorang pemuda perantau yang sedang belajar untuk belajar.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...