Menyimak Kicau Merajut Makna

Judul buku : Menyimak Kicau Merajut Makna

Penulis : Salim A. Fillah

Penerbit : Pro-U Media

Cetakan Ke : 2

Tahun Terbit : 2012

Tebal Halaman : 408 halaman

 

Cover buku “Menyimak Kicau Merajut Makna”.

dakwatuna.com – Jawaban terindah pada pemfitnah: “Jika kau benar, semoga Allah mengampuniku. Jika kau keliru, semoga Allah mengampunimu.”

Jawaban terbaik pada penghina dan pencela kehormatan: “Yang kau katakan tadi sebenarnya adalah pujian, sebab aslinya diriku lebih mengerikan.”

Jawaban teragung pada caci maki dan kebusukan: “Bahkan selalu ingin membalas, aku tak kuasa. Sebab aku tak punya kata-kata keji dan nista.”

Terjawablah pujian: “Moga Allah ampuni aib yang tak kau tahu; tak menghukumku sebab sanjungmu; dan jadikanku lebih baik dari semua itu.”

Jawaban termulia pada yang memuji: “Semoga Allah ampuni yang tak kau ketahui, semoga doamu membaikkan diriku dan dirimu.”

Kata-kata indah di atas adalah salah satu “kicauan” Salim A. Fillah. Masih banyak lagi “kicauan” yang penuh pembelajaran, dan semuanya terangkum dalam buku “Menyimak Kicau Merajut Makna”.

“Menyimak Kicau Merajut Makna” adalah judul buku terbaru dari Salim A. Fillah. Buku ini merupakan kumpulan tweet dari akun @salimafillah. Kumpulan “kicauan” yang penuh dengan makna, pantas untuk dijadikan muhasabah diri.

Di dalam buku ini pun dibahas mengenai adab twitter. Tak hanya itu, buku ini juga menjelaskan bagaimana adab berpuji, adab bicara, adab menasihati, dan masih banyak lagi. Selain kumpulan tweet dari akun @salimafillah, disuguhkan pula kultwit spesial Ramadhan.

Kata-katanya begitu memukau. Salim A. Fillah begitu lihai dalam merajut dan merangkai potongan kata-kata dalam tweet-nya menjadi kalimat yang penuh makna. Jika membaca buku ini, maka akan kau temukan pengalaman yang luar biasa. Buku ini adalah sebuah renungan, penuh motivasi, inspirasi, dan juga hikmah. Salim A. Fillah sukses membuat pembacanya “tenggelam” dalam “kicauan”nya. Begitu menyegarkan, memberikan energi yang luar biasa!

Dan, Salim A. Fillah pun membuat pembaca benar-benar menyimak “kicau”nya dan merajut makna bersama, menyelami samudera kata-kata mutiara yang mampu menggugah jiwa.

Seuntai kicauan berserakan, dari hamba Allah yang tertawan dosanya; santri yang tertahan kejahilannya, yang berharap dapat berbagi manfaat dalam faqir dan dha’ifnya. Renungan yang lebih tepat ditelunjukkan pada diri; ditebarkan agar bisa bersama dihayati.

Konten ini telah dimodifikasi pada 12/04/13 | 23:27 23:27

Mahasiswi Pertanian UGM. Merantau dari Tangerang Selatan, Banten. Anak ke 1 dari 3 bersaudara.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...