Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Ramadhan Terakhir Ludwig

Ramadhan Terakhir Ludwig

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Judul               : Ramadhan Terakhir Ludwig

Penulis             : Mahab Adib-Abdillah

Penerbit           : Diva Press

Cetakan           : Ke-1, Maret 2013

Halaman          : 349 Hal

Cover buku "Ramadhan Terakhir Ludwig".
Cover buku “Ramadhan Terakhir Ludwig”.

dakwatuna.com – Rey, bernama lengkap Kirayla Ayunda Hasnawati. Seorang perempuan yang berprofesi sebagai seorang fotografer profesional di salah satu majalah potret Nasional di ibukota. Sebagai salah satu di antara 100 fotografer terbaik, Rey bekerja secara professional. Profesinya itu menuntut dia bertugas ke beberapa luar pulau di Indonesia. Sejak mulai kerja di kantor tersebut Rey sudah ditugaskan ke Pulau Komodo, Bali, Kalimantan dll.

Suatu hari saat bertugas di salah satu Taman nasional komodo, Rey meminta tolong kepada seorang turis asing untuk memfoto Rey bersama teman-temannya. Sampai mereka mewawancarai bule tersebut tentang kisah perjalanannya yang menakjubkan. Dari menumpang bus malam dari Denpasar ke Bima, lalu dari Bima ke Labuan Bajo, hingga sampai bertemu mereka di pulau komodo. Tak disangka pria bule yang dipanggil Moza itu mulai akrab dengan Rey.   Kedekatan itu berlanjut pada beberapa kejadian di mana Rey semakin intens bertemu dengan Moza di beberapa tempat. Dengan sadar ada sebuah perasaan berbeda yang larut di hati Rey terhadap Moza. Akhirnya terjadi sebuah hubungan yang berujung pada keputusan untuk menikah.

Hubungan mereka sebenarnya tidak disetujui oleh Ibu Rey. Mengingat almarhum ayahandanya seorang ulama, maka ibunya menginginkan orang yang mengerti agama pula. Hal itu semakin membuat Rey pesimis akan penerimaan keluarganya terhadap Moza yang notabene seorang bule non muslim.  Untungnya, Moza tertarik dengan Islam dan menjadi seorang mualaf.

Bertahun menjalin keluarga mereka di karunia seorang anak bernama Ludwig. Pekerjaan sebagai Fotografer masih dijalani Rey. Terlebih fotografi merupakan passionnya. Tugas ke luar pulau masih Rey jalani dengan baik. Hingga suatu saat rey ditugaskan ke pulau Kalimantan. Dari sanalah runtutan kejadian yang tak diduga mulai terjadi. Ludwig yang tersesat, Moza yang masih meninggal saat kecelakaan di pesawat bersama Ishac, bossnya Rey. Dan ada pula hak yang tak terduga ada di akhir novel ini.

Novel ini memberikan inspirasi bahwa sedekat apapun, secinta apapun terhadap seseorang, pada akhirnya kita akan kehilangannya. Selain itu, novel ini mengenalkan beberapa kawasan wisata yang ada di Indonesia yang (mungkin) belum kita tahu. Beberapa daerah kepulauan lain dikenalkan di dalam novel ini.

Sebagai pembaca awam, sayangnya kedekatan antara Ludwig dan Rey sebagai ibunya kandungnya kurang terasa dekat. Akan lebih terasa dekat seandainya ada dialog atau kehangatan-kehangatan momen tertentu antara Rey dan Ludwig ditampilkan. Misalkan, kejenakaan Ludwig saat masih kecil ataupun hal yang tidak bisa dilupakan dari Ludwig.  Sehingga,  saat kehilangan Ludwig pembaca turut merasakan emosi bagaimana kehilangan seorang anak. Terlepas dari kekurangan tersebut, novel ini memberikan spirit untuk selalu percaya bahwa semuanya, baik atau buruk, sudah diatur sedemikian rupa.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Bergiat di komunitas taraje. Komunitas belajar menulis, fotografi dan film. Pernah bergabung dengan Majalah Kampus �Smart-Magazine� Dan buletin Kampus �Cekas�. memenangkan juara II Lomba Cerpen Se-kota Bandung dengan tema �Pendidikan karakter�. Sampai saat ini masih menyegarkan blog pribadinya dengan beberapa tulisan sederhana.

Lihat Juga

Sambut Ramadhan dengan Belajar Quran Bersama BisaQuran

Figure
Organization