Semua Itu Karena Dia Cinta Kita

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Tahukah mengapa pemuda adalah agen perubahan? Dunia muda biasanya identik dengan mencoba sesuatu yang baru. Kebanyakan pemuda akan terpacu untuk mengembangkan dirinya menjadi sesuatu yang sudah diangan-angankan sebelumnya. Menulis daftar cita-cita setinggi – tingginya, mengikuti berbagai pelatihan, masuk ke organisasi, mengikuti perlombaan hingga melakukan apa yang role model lakukan. Kebanyakan kita, sebagai pemuda, akan berusaha melakukan apa saja asalkan itu baik.

Tetapi sebagian dari kita terkadang melupakan satu bagian yang terpenting. Memang kita diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, seperti yang Allah firmankan dalam Kitabullah

“Maka berlomba-lombalah kalian kepada amalan-amalan kebaikan” (Al-Baqarah: 148)

Tetapi, tetap ingatlah kita hanya dituntut untuk berusaha, usaha lagi, usaha terus, dan terus usaha. Sedangkan akhirnya itu keputusan yang di atas. Inilah yang sering kita lupa. Contoh kecilnya saja, ketika kita sedang mengikuti perlombaan fahmil Qur’an (lomba cerdas cermat beregu). Kita telah belajar siang-malam begitu juga dengan teman satu tim. Setelah usaha dirasa cukup, hari yang menentukan pun dimulai. Setelah melewati tahap demi tahap, akhirnya sampai juga di tahap final. Pada tahap yang menentukan ini, tiba-tiba saja teman kita melakukan kesalahan dalam menjawab atau sejenisnya yang berakibat fatal yaitu kalah dan tidak bisa melanjutkan ke lomba tingkat provinsi. Setelah kejadian itu, terkadang kita merasa begitu gagal, padahal sedikit lagi kemenangan akan didapat. Nah di titik ini, kekecewaan akan memuncak, beragam kata-kata keluhan mulai keluar dari mulut, sampai-sampai orang-orang di sekitar kita mungkin juga akan disalahkan. Padahal apakah itu memang murni sebuah KEGAGALAN. Apakah memang Dia Yang Maha Mengetahui tidak peduli pada usaha kita?

Percayalah, kegagalan itu bukan murni sebuah kegagalan. Kenapa? Karena Dialah Yang Maha Mengetahui Qadha dan Qadar kita. Bukankah kita disuruh beriman kepada Qadha dan Qadar? Ternyata dibalik kegagalan itu ada suatu peluang pencapaian lain. Beberapa minggu setelah kekalahan ini, pengumuman hari dilaksanakannya lomba tingkat provinsi pun keluar. Setiap pemenang lomba di tingkat sebelumnya wajib ikut lomba tingkat provinsi. Lomba ini diselenggarakan pada tanggal X Bulan Y. dan Subhanallah, ternyata hari lomba tersebut tepat bersamaan dengan hari lomba Olimpiade Keilmuan. Padahal Olimpiade Keilmuan ini sudah sangat kita tunggu-tunggu, persiapan sudah jauh lebih matang dari lomba sebelumnya.

Nah, di sinilah fungsinya kita beriman kepada Qadha dan Qadar. Kita harus menyerahkan segala keputusan kepada Dia Penguasa Langit dan Bumi. Jika saja kita memenangkan lomba Cerdas Cermat tersebut, bukankah usaha dan persiapan kita untuk Olimpiade Keilmuan akan sia-sia? Di sinilah letak kekuasaan dari Allah SWT. Allah telah menegaskan hal ini dalam firmannya

“Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuai padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu” (Al-Baqarah: 216)

Inilah yang harus digaris-bawahi, rukun Iman yang 6 tidaklah ada tanpa makna yang mendalam. Adalah terbaik bagi kita jika kita mengetahui teori dan bisa mempraktekkannya daripada mengetahui segudang teori saja. Dan saya pikir, kita semua pernah atau bahkan sering mengalami kejadian di atas atau sejenisnya baik itu gagal dalam perlombaan, gagal masuk ke dalam suatu organisasi, gagal mendapat beasiswa atau gagal-gagal lainnya. Dengan tetap Husnuzhon, usaha lagi, usaha terus, dan terus usaha maka pantaslah pepatah agent of change disematkan kepada kita, para pemuda.

Konten ini telah dimodifikasi pada 09/04/13 | 04:51 04:51

Mahasiswa Teknik Industri Universitas Gadjah Mada angkatan 2011. Anak ke-2 dari dua bersaudara. Saat ini merupakan peserta program PPSDMS angkatan VI Yogyakarta. Motto, be the best or be the first.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...