Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Keluarga / Istri: Bunga yang Tetap Mekar

Istri: Bunga yang Tetap Mekar

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (griyapernikahan.com)
Ilustrasi (griyapernikahan.com)

dakwatuna.com – Istri adalah bunga yang harus tetap mekar di taman hati, hanya dengan cinta kasih dia akan selalu mekar bersemi. Wujudnya tak sekadar mengikuti musim berganti, dia dapat bersinergi dengan terik mentari, angin atau badai sekalipun, asalkan ruang hatinya selalu tersirami dan terpelihara, sehingga mahkotanya akan selalu tegak berdiri mampu menopang bening embun pagi yang senantiasa menggelayuti.

Peran perempuan sebagai istri sekaligus ibu senantiasa terkait. Hak dan kewajibannya harus mampu dipahami agar dia dapat menempatkan diri di setiap tempatnya berdiri. Bahkan perannya sebagai kunci peradaban yang unggul mampu diemban utuh. Istilah peradaban ini dapat diartikan sebagai perbaikan pemikiran, tata krama, dan rasa sehingga menghasilkan pribadi dan generasi-generasi unggul di setiap lapisan zaman yang berganti. Bagaimana seorang perempuan mampu menjadi kunci peradaban, apabila dirinya tak dapat menghargai diri sendiri, tak dapat merubah dirinya kearah yang lebih baik atau tak mau belajar memperbaiki diri, hak dan kewajibannya pun enggan dia pelajari. Simaklah hadits Nabi SAW berikut ini: “Rumahmu mempunyai hak atas dirimu, keluargamu mempunyai hak atas dirimu dan kamu mempunyai hak atas dirimu maka berikanlah kepada para pemiliknya haknya masing-masing.” Hak yang keempat tentu adalah hak Allah SWT. Tempatkan keempat sisi tersebut sebaik mungkin sesuai posisinya, demikian pula dengan segala kewajibannya dengan penuh tanggung jawab.

Teringat Ummul Mu’minin, sosok teladan muslimah, dialah istri Rasulullah Muhammad SAW yaitu Khadijah binti Khuwailid pantas menjadi wanita terbaik dunia. Perjuangan, pengorbanan jiwa dan harta dalam menegakkan risalah telah membuktikan peran pentingnya sebagai istri dan ibu yang memegang kunci peradaban yang unggul. Sosoknya hadir sebagai pedagang wanita yang tangguh, sekaligus sosok istri yang taat dan ibu yang penuh kasih sayang. Taman surga bagi Khadijah pun disampaikan Jibril melalui Rasulullah. Harum taman surga telah tercium selama hidupnya. Rasulullah merasakan kenyamanan dan ketenteraman bersama Khadijah.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: mampukah seorang istri atau ibu menjalani perannya sebaik mungkin, apalagi sebagai kunci peradaban yang unggul? Peran suami mempunyai bagian tersendiri dalam hal membimbing seorang istri untuk memahami peranannya. Apabila sang suami tak pernah membimbing, memberi nasihat-nasihat, meniupkan ruh keagamaan, bahkan menjadi imam dalam shalat lima waktu pun tidak pernah, apalagi sekadar membangunkan untuk shalat malam. Akan sekuat apakah sang istri dalam memahami peranannya? Seorang istri akan selalu mensyukuri jika suami sudah lengkap shalat lima waktunya dan mengaji sesekali, itu sudah cukup bagi istri, begitu sederhananya. Tapi, sekali lagi pertanyaannya: akan sekuat apakah dia? Kodrat istri membutuhkan lebih banyak bimbingan suami. Seperti yang sering kita dengar “arrijaalu qowamuna alannisa” suami adalah pemimpin istri. Lalu, sudahkah para suami membuktikannya?

Sejak awal, kemantapan hati hadir untuk menjadi sepasang kekasih yang selalu ingin sehati dalam suka dan pedih, mewujudkan cita-cita yang telah terpatri untuk diraih dalam keridhaan ilahi. Berdua saling memberi kekuatan, saling melengkapi dengan segala upaya yang dapat direngkuh bersama. Indah bukan ketika pintu hati, bahkan pintu peradaban terkuak akan selalu hadir bunga yang selalu mekar dan mewangi?

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (12 votes, average: 9.50 out of 5)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization