Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ketika Lingkaran Itu tak Lagi Berbekas

Ketika Lingkaran Itu tak Lagi Berbekas

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Berada di lingkaran halaqah untuk menuntut ilmu dan belajar mengamalkan Islam secara kaaffah dalam rangka mencari ridha Allah ini merupakan sebuah kado indah dan kenikmatan dari Allah yang sudah sepantasnya dan seharusnya kita syukuri serta dijaga sepanjang masa. Mari sejenak kita mengingat kembali mozaik kehidupan di episode sebelum kita mengenal dan menjadi bagian dari lingkaran kebaikan ini. Betapa bersyukurnya kita jika mengingat sejenak kehidupan kita sebelumnya.

Diperkenankan untuk menjadi bagian tak terpisahkan dari lingkaran warna-warni yang siap menebar celupan Allah di setiap derap langkah dan di setiap hembusan nafas yang ada. Kemudian juga diberikan kesempatan untuk merasakan indahnya dan ketenangan dalam menapaki perjuangan dalam kebersamaan di atas jalan Allah. Duh indahnya jika semuanya ini kita jalani hanya karena Allah hingga tak pernah ada kata kecewa jika semuanya murni dilakukan hanya karena Allah dan dalam rangka mengejar ridha Allah. Saya sebut lingkaran kebaikan ini sebagai lingkaran warna warni karena di dalam lingkaran inilah seluruh warna bersatu padu membentuk warna yang begitu serasi dan harmoni hingga terlihat semakin indah dalam mewarnai kehidupan, bahkan lebih indah dari warna masing-masing sebelum dipadukan. Karena kesemua warna itulah yang saling mewarnai, saling memberi arti, saling menguatkan antara yang satu dan yang lainnya, juga saling menjaga dan memberikan kekuatan agar selalu tetap bersama, dalam satu barisan yang sama pula, selamanya.

Hal yang wajar jika sesekali mungkin di antara kita pernah ada yang merasakan lingkaran itu tak lagi berbekas, tak lagi memberi pengaruh dalam kehidupan kita, tak lagi memberikan kekuatan yang mengobarkan semangat kita dalam berjuang di jalan-Nya, tak lagi menguatkan diri dan hati dalam menyusuri jalan panjang yang penuh onak dan duri ini, tak lagi menyisakan ketenangan dan kebahagiaan bergandeng tangan bersama dalam barisan yang rapi nan kokoh layaknya sebuah bangunan, tak lagi meninggalkan kenikmatan dalam manisnya iman dan Islam yang dulu pernah dirasakan, tak lagi menghujamkan kebahagiaan dan keikhlasan dalam beramal, juga tak lagi menyelipkan rasa rindu bertemu dengan seluruh pemilik warna di dalam lingkaran itu.

Sungguh, kebosanan dan kejenuhan itu mungkin saja dialami oleh siapapun, tak luput para ulama dan fuqaha sekalipun, karena memang keimanan itu bersifat fluktuatif tergantung sang penjaga ruh dalam menjaganya, dan diri kita sendirilah yang menjadi penjaga utamanya. Namun yang menjadi permasalahan adalah jika kita tak segera mengevaluasi mengapa hal itu bisa terjadi dan tak segera mencari solusi atas masalah tersebut hingga berlanjut menjadi menggerogoti tubuh dan semakin kronis selayaknya tumor ganas yang bermetastasis, menjalar ke seluruh bagian tubuh, hingga sang pemilik jiwa tak lagi memiliki “nyawa” dan “ruh”, na’udzubillah.

Mari sejenak kita renungkan,

Sudahkah kita memberikan yang terbaik di dalam lingkaran kita?

Sudahkah kita benar-benar telah mengawali kehadiran dalam lingkaran kita dengan niatan yang tulus ikhlas karena Allah, ataukah masih karena yang lain?

Sudahkah kita telah betul-betul menghadirkan hati dan pikiran kita dalam lingkaran kita?

Sudahkah kita memberikan komitmen terbaik kita dalam lingkaran kita?

Dan sudahkah kita memberikan persiapan terbaik untuk hadir dalam lingkaran kita?

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 9.00 out of 5)
Loading...
Mahasiswi Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan UI Angkatan 2010 | Kaderisasi Salam UI 2014 | DPM UI 2013 | BPM FIK UI 2012 | FPPI FIK UI 2011 | BEM FIK UI 2011 | Lembaga Dakwah Sahabat Asrama UI 2010

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization