Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Harapku Untukmu

Harapku Untukmu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Padang, 20 Jumadil Awal 1434 H / 1 April 2013

Teruntuk Bidadariku tersayang
di
Taman Syurga Impian Kita

 

Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Bismillaahirrahmaa nirrahiim
Maha suci Allah yang telah menganugerahkan nikmat berupa ‘aqal dan pikiran kepada kita, menjadikan kita lebih mulia daripada makhluk-makhluk Allah yang lainnya.

Shalawat dan salam semoga tercurah buat baginda Rasulullah Muhammad SAW. Sang Nabi teladan umat yang telah mewariskan pusaka hidup berupa Al-Qur’an dan Sunnah buat kita.

Kicauan burung kenari terdengar begitu indahnya. Suara merdunya memberikan keteduhan kepada hati yang rindu. Seakan ia tahu dan peduli dengan hati yang sedang mencari labuhan rasa yang akan menghantarkan kepada surga dunia.

Saudariku. Waktu berlalu begitu cepat tanpa peduli kepada apa dan siapa. Ia akan melindas setiap apa yang ada di depannya, seandainya tidak mampu memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Bidadariku. Kalimat singkat itu telah mendamaikan jiwa yang gundah. Telah menghantam kerinduan yang membuncah. Telah menisbikan hati yang gelisah.

Hari-demi hari kita lalui bersama. Meskipun tidak dibalut keberlimpahan harta dan tidak dinaungi kemegahan istana, namun ku merasa bahagia berada di sampingmu. Tanpa terasa sudah lebih dari dua tahun kita mengarungi bahtera rumah tangga ini. Tanpa terasa juga anak kita yang merupakan anugerah terindah dari Allah SWT sekarang sudah menginjak usia 1,6 tahun. Begitu banyak kejutan dan keceriaan yang ia berikan kepada kita. Seakan hilang semua penat dan lelah bekerja seharian melihat tingkah dan lakunya.

Ku masih teringat masa sekitar 2 tahun lalu, saat dengan mantapnya engkau menerima lamaranku untuk menjadi pendamping hidupmu.  Berawal dari secarik kertas yang berisi biodata sederhanaku beserta foto yang kutitipkan kepada salah seorang teman. Dari situlah engkau mengenalku. Meskipun kita berasal dari kampus yang sama namun kita tidak pernah bertemu sebelumnya.  Aku berbahagia sekali ketika itu, di tengah ketiadaan harta yang melimpah dan jabatan yang mapan engkau mau menerimaku dan bersedia berlayar mengarungi samudera luas bersamaku.

Engkau pernah cerita saat sebelum aku datang mengkhitbahmu, pernah ada seorang lelaki datang kepadamu dan menawarkan kehidupan yang lebih cerah untukmu. Dengan kemapanan secara financial ia datang kepadamu untuk melamarmu. Namun karena Allah telah takdirkan engkau adalah jodohku, maka tidak ada yang dapat menghalangi takdir Allah tersebut meskipun hampir seluruh keluarga besarmu telah menyetujuinya saat itu.

Kekasihku. Sekarang 2 tahun lebih masa itu telah berlalu. Sedikit banyaknya engkau telah mengetahui tentang diriku. Siapa aku, bagaimana aku, seperti akhlaqku. 2 tahun masa terasa begitu cepat berlalu.

Permaisuriku. Aku tidak ingin terlalu banyak berharap kepadamu. Karena aku pun juga belum mampu menjadi seperti apa yang engkau harapkan. Satu harapku yaitu engkau tidak bekerja di luar rumah, sudah engkau penuhi. Dengan begitu engkau bisa fokus mengurus keluarga dan anak- anak kita. Hanya saja pintaku agar engkau mau juga mulai belajar untuk menulis, seperti apa yang aku juga mulai tekuni ini. Mari kita sama-sama belajar, agar kita punya sarana baru untuk berdakwah yaitu dakwah bil qalam (dakwah lewat tulisan). Dan tidak hanya itu, barangkali dari aktivitas baru ini bisa meningkatkan kesejahteraan keluarga kita dari royalti buku yang kita terbitkan maupun dari honor tulisan kita yang dimuat di media.

Kasihku. Barangkali seandainya suatu saat aku lebih dulu dipanggil oleh Allah menghadap keharibaannya, engkau tidak merasa canggung lagi karena sudah punya penghasilan sendiri dari karya-karyamu. Dan seandainya memang Allah takdirkan itu yang terjadi di keluarga kita, yaitu aku dipanggil Allah lebih dulu, aku persilakan engkau untuk mencari pendamping hidup lagi. Carilah laki-laki yang lebih shalih dan berakhlaq lebih baik dari pada aku. Lelaki yang mencintaimu dan menyayangi anak-anak kita sebagaimana aku mencintai mereka. Jangan engkau salah pilih, karena kasihan anak-anak kita nantinya, punya bapak tiri yang tidak sayang kepada mereka.

Namun aku tetap berharap, kita akan tetap bersama sampai kakek nenek nanti, bahkan mudah-mudahan Allah kembali kumpulkan kita di akhirat kelak, Aamiin…

Sebelum kututup surat ini, izinkanlah aku menulis sebuah puisi khusus untukmu:

 

Bidadariku, Hadirmu Ibarat Purnama

Tidak banyak yang paham
Hanya sedikit yang mengerti
Akan tugas beratmu sebagai seorang istri
Sebagai ibu dari anak-anak

Waktu kerjamu bukanlah 8 jam
Bukan pula 12 jam
Akan tetapi 24 jam bahkan lebih
Bukanlah dari pagi sampai sore
Bukan pula dari malam sampai pagi
Akan tetapi dari pagi hingga pagi lagi

Siang engkau lelah bekerja
Tak bisa istirahat barang sekejap
Malam engkau lelah begadang
Menunggui dan menemani bayi kecil kita
Tak menemui kesempatan untuk jeda sejenak
Melepaskan gurat-gurat kelelahan di wajahmu

Wahai bidadariku
Engkau bagai pahlawan di mataku
Setiap gerakmu sangat berarti
Menuntun rumah tangga kita
Menuju sakinah mawaddah wa rahmah

Aku teringat pesan Rasulullah
Nabi kita yang mulia
Istri kalian punya hak atas kalian
Sebagaimana engkau punya hak atas mereka

Ketahuilah
Engkau mengambil wanita
Sebagai amanah dari Allah
Dan engkau halalkan kehormatan mereka

Dengan kitab Allah
Maka selalulah berbuat baik
Terhadap istri-istri kalian

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (4 votes, average: 9.75 out of 5)
Loading...

Tentang

Pegawai Swasta. Anggota Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia.

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization