dakwatuna.com – Mataram. Ketua Majelis Ulama (MUI) Nusa Tenggara Barat Syaiful Muslim mengingatkan agar pasien yang beragama Islam tidak lupa menanyakan ke dokter, apakah obat yang diberikan halal atau tidak.
“Memang produk obat dan kosmetik yang dilengkapi label halal sudah ada, namun jumlahnya sedikit. Padahal konsumennya banyak yang beragama Islam,” kata Syaiful di Mataram, Jumat (22/3).
Dia mengatakan, salah seorang keluarga pasien mengaku anaknya disuntik enam kali suntikan. Pada saat penyuntikan kelima, barulah dia bertanya kepada dokter mengenai obat yang digunakan. Rupanya ada unsur bahan tidak halal di dalamnya.
Seharusnya, tukas dia, sejak awal masalah itu ditanyakan. “Masalah tersebut pun dilaporkan kepada kami (MUI). Kita tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi masalah tersebut, seharusnya pasien atau keluarganya aktif menanyakan kepada dokter mengenai kehalalan obat yang digunakan,” kilahnya.
Meski begitu, kata Syaiful, pengaduan dari keluarga pasien tersebut sudah disampaikan ke Dinas Kesehatan NTB dan meminta agar semua dokter yang praktik diingatkan agar membuat resep atau menginjeksi pasien dengan obat yang dijamin halal.
Ketua MUI NTB juga mengimbau seluruh dokter yang memberi resep, agar memberitahukan kepada pasien yang beragama Islam atau keluarganya mengenai bahan obat itu. Apakah mengandung unsur yang halal atau tidak.
Belum lama ini Lembaga Pengkajian Pangan Obat dan Kosmetika Majelis MUI (LP POM MUI ) mencurigai beredarnya produk obat dan kosmetik yang tidak halal.
MUI menduga ada banyak bahan tidak halal yang masuk dalam obat-obatan atau kosmetika. Selama ini banyak pihak berlindung di balik kedaruratan sehingga seakan-akan membolehkan bahan-bahan haram itu digunakan sebagai obat atau kosmetika. (ang/tjk)
Redaktur: Saiful Bahri
Beri Nilai: