Jejak-jejak Warna Pelangi

Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com

Dedicated to Tiara

Saudariku,
Hari ini matahariku bersinar cerah,
Meski mata-mata yang aku jumpai menyiratkan gundah,

Ya, memang tanah yang aku injak sedang memunguti berkah yang ditaburkan oleh langit
Meninggalkan lumpur di jejak-jejak kaki
Namun mataku tetap menyorotkan warna-warna indah pelangi

Dari tulusnya senyummu, halusnya perkataanmu, mulianya tindakanmu
Meski mungkin hatimu sering terkoyak oleh lisanku
Atau tubuhmu yang mencicipi sakit dari tidak terjaganya tanganku

Namun semua itu tidak mencegahmu dari tersenyum berseri ketika aku menyongsongmu
Tidak pula menghalangimu untuk mendahulukanku dalam segala
Tidak pula menghentikanmu dari menunaikan hak

Untaian doa-doa untukku dalam salammu
Dan dalam panjangnya sujudmu
Serta ketika bersinku

Juga atas waktu yang engkau luangkan untuk menjengukku ketika sakitku
Semua itu, wahai saudariku
Telah mengukirkan pelangi di relung jiwaku

Wahai saudariku,
Tahukah engkau, bahwa langitku penuh bintang
Yang engkau gantungkan

Ketika siang, malam dan waktu yang panjang
Kata demi kata mengikat kaki-kaki kita dalam lembaran-lembaran tebal perjuangan hidup
Ketika mimpi demi mimpi telah berani kita pancangkan

Lalu kita bergandengan tangan, bahu membahu
Dan waktu demi waktu melipat cinta dan kasih dalam notasi-notasi
genderang semangat dan ukhuwah

Wahai saudariku,
Setapak ini bercabang-cabang tanpa kita tahu akhir singgahnya
Api yang menyala-nyalakah? Atau sungai-sungai yang mengalir jernihkah?

Dan onak dan duri bertebaran sepanjang liku
Dan kenikmatan semu membuai tanpa kita tahu
Maka doa menjadi perekat kesatuan langkah kita menuju rumah

Yang menjadi penutup helaan nafas
Dan keringat-keringat yang mengalir deras
Serta lelah yang mengiringi hidup yang keras

Maka denganmu,
Menghapuskan kata aku, atau kamu
Karena “kita” lebih kuat ketika bersama

Dan aku akan selalu mengingat
Man Jada Wa Jada yang sama-sama kita jahitkan
Di jiwa-jiwa kita

Wahai saudariku,
Warna-warna yang engkau tinggalkan tiada pupus
Namun, luka-luka yang aku goreskan tiada putus

Uhibbuki Fillah

Konten ini telah dimodifikasi pada 18/03/13 | 08:30 08:30

Anggota Komunitas Tirai Masa FIB UI. Seorang penyair dan pemimpi. Sedang sibuk melayani dan menulisi lembaran-lembaran kosong hidup.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...