dakwatuna.com
Jalan ini memang panjang bahkan tak berujung…
Semakin kupandang semakin jauh ujungnya…
Inginku berlari sekencang-kencangnya untuk menyudahi perjalanan ini, tapi tak kunjung sampai
Sampai berdarah-darah kakiku, dihantam batu dan kerikil yang tajam…
Sakit sekali bu…
Jalan ini memang tak ramai…
Tak seramai tempat-tempat yang disukai kaum muda sepertiku…
Aku pun, tak mengerti mengapa aku sampai ke jalan ini
Inginku menangis sejadi-jadinya atas keterasinganku meski di keramaian…
Sampai letih raga ini mengajak mereka bersama beriringan dijalan ini…
tapi tak jua bu…
Jalan ini penuh onak dan duri
Langkah ku seringkali terjungkal, terjatuh, bahkan tertusuk duri tajam itu
Tapi, tangan-tangan itu mengajakku bangkit meski kami tertatih-tatih berjalan
Seringkali bahuku terguncang karena tangis lelahku…
Ingin ku sudahi langkahku, inginku akhiri semua ini…
Tapi bu….
Tarbiyah telah mengajarkanku untuk kuat…
Ibuku…
Izinkan aku bersimpuh di kakimu, menciumi tangan keriputmu…
Karena baru kusadar amanah itu berat sekali bu…
Sampai rapuh pundak-pundak ini memikulnya
Izinkan ku menangis sejadi-jadinya menyesali semua kealpaanku
Bahwa amanahmu melahirkan dan membesarkanku itu pun tak kalah berat…
Sampai mengubah bentuk fisikmu yang anggun menjadi rapuh
Apalagi yang mau kukeluhkan adalah sebuah kealpaan yang fatal bu…
Bahwa sebelum amanah ini menghampiriku
Kau pun lebih dahulu dihampirinya…
Mendidikku mengenal Tuhanku, mengajarkanku untuk cinta kepada RasulNya
Menjadi anak yang shalihah agar kelak berkumpul bersama di SyurgaNya
Apalah lagi yang mau kukeluhkan…
aku malu bu…
Karena dia pun tau sebatas mana kemampuanku memikul amanah ini…
Karena dia pun sudah menjanjikan siapa yang menolong agamaNya pasti dia menolong kita…
Ibu…
maafkan aku atas alpa ku
cukuplah sudah aku bermanja di pangkuanmu dahulu…
dan sekarang aku tak mau jadi aktivis manja..
Redaktur: Lurita Putri Permatasari
Beri Nilai: