Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Kisah Pendidikan Islam Dalam Surat Al-Luqman Ayat 12-19

Kisah Pendidikan Islam Dalam Surat Al-Luqman Ayat 12-19

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi - Anak belajar membaca huruf jawi (studiofrost.com)
Ilustrasi – Anak belajar membaca huruf jawi (studiofrost.com)

dakwatuna.com – Pendidikan secara umum ialah setiap sesuatu yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan jasmani, akal, dan akhlak seseorang sejak dilahirkan hingga dia mati. Pendidikan dengan pengertian ini meliputi semua sarana, baik disengaja seperti pendidikan di lingkungan keluarga (rumah), pendidikan sekolah, atau yang tidak disengaja seperti pendidikan yang datang kebetulan dari pengaruh lingkungan sosial kemasyarakatan dalam pergaulan kesehatan atau yang bersifat alamiah dan lain-lain. Pendidikan dalam Islam adalah sumber kekuatan yang harus dimiliki oleh setiap umat manusia agar mereka tidak tersesat terhadap apa yang mereka tidak ketahui dalam bidang agama, apalagi saat ini banyak sekali firqah-firqah yang ikut menyemarakkan jalannya jama’atul muslimin.

Pendidikan Islam yang digambarkan Al Qur’an dengan berbagai contoh harusnya sudah bisa menjawab berbagai permasalahan pendidikan yang menjangkiti umat pada zaman ini, seperti pendidikan akhlaq dan ibadah. Luqman adalah nama hamba yang Allah jadikan namanya menjadi nama di salah satu surat di Al-Qur’an karena sifat beliau yang amat bijak dan takwa yang dimilikinya serta bagaimana beliau mendidik anaknya agar menjadi pribadi muslim yang setia kepada Allah. Dalam suatu riwayat, Luqman adalah cicit Azar, ayahnya Nabi Ibrahim as. Luqman hidup selama 1000 tahun, ia sezaman bahkan gurunya Nabi Daud. Sebelum Nabi Daud diangkat menjadi Nabi, Luqman sudah menjadi mufti saat itu, tempat konsultasi dan bertanya Nabi Daud as. Luqman dijuluki sebagai Ahlul hikmah, mungkin kita sudah sering mendengar hikmah, namun pada kenyataannya kita sering meleset akan arti hikmah tersebut. Hikmah adalah kemampuan memecahkan masalah dan mampu mencari solusi yang terbaik dari suatu masalah, sehingga hasil dari hikmah itu adalah kemaslahatan bagi orang tersebut. Adapun syarat seseorang dapat memiliki kemampuan untuk memiliki hikmah yang baik adalah kuatnya ibadah kepada Allah serta ilmu yang tinggi, ini terbukti Luqman menjadi guru dari seorang Nabi Daud.

Keutamaan Luqman adalah beliau menggabungkan hikmah dan syukur menjadi karakter pendidik yang unggul. Karakter di mana ketika seorang hamba yang pandai berhikmah maka dia akan menjadi pribadi yang tenang akan setiap masalah karena tinggi ilmu yang dimiliki sehingga mudah saja memikirkan jalan keluar yang terbaik, bukan karena melupakannya. Syukur merupakan perilaku yang senantiasa meningkatkan kapasitas diri ketika nikmat di beri atasnya dan akan terus meningkatkan kapasitasnya dalam segi ibadah maupun muamalah ketika nikmat itu di tambah oleh Allah.

Luqman dalam pendidikan anak-anaknya mengutamakan pendidikan aqidah, di mana itulah penyelamat anak-anaknya ketika suatu tidak dapat menolongnya selain pertolongan Allah dikarenakan sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya yang bertaqwa. Allah sangatlah pencemburu terhadap hamba-hamba-Nya apabila seorang manusia berbuat zhalim seperti syirik, yaitu menempatkan sifat ketuhanan Allah bukan pada tempatnya, manusia menyembah kepada selain Allah. Jangankan berbuat syirik, kita menunda-nunda waktu shalat pun kita sudah menduakan Allah. Seperti pesan Luqman terhadap anak-anaknya dalam surat Luqman ayat 13, “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”.

Pendidikan akhlak pun tak luput dari pengajaran Luqman terhadap anak-anaknya, seperti dalam surat Luqman ayat 14, yaitu “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. Pada ayat ini Allah mengisahkan pembelajaran oleh Luqman terhadap anak-anaknya tentang keutamaan berbaktinya seorang anak karena kesusahan ayah dan ibunya saat anak masih dalam kandungan, terlebih ibu yang susah yang bertambah-tambah dan kita diwajibkan bersyukur kepada Allah dan kedua orang tua dengan berbakti kepada keduanya. Berbakti kepada orang tua termasuk meminta izin terhadap apa yang ingin kita lakukan dalam skala makro, seperti ingin menikah, bekerja, maupun pindah ke tempat baru.

Adapun pada ayat setelahnya yaitu Luqman ayat 15 , “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Poin yang terpenting di ayat ini adalah jika orang tua mengajak kepada kemaksiatan maka tidak boleh mengikuti, namun kita tetap berkewajiban bergaul dengan baik terhadap orang tua. Contoh terbaik untuk menggambarkan aplikasi ayat ini adalah kisah nabi Ibrahim ketika menasihati ayahnya yang pembuat patung untuk disembah oleh masyarakatnya, beliau tidak mengikuti langkah ayahnya dan tetap memberi nasihat dan berdiskusi dengan ayahnya mengenai perbuatan maksiat yang ayahnya lakukan. Mungkin kita sering bertanya, kenapa masih banyak anak yang perilakunya tidak baik,

Pendidikan konsekuensi terhadap tindakan pun menjadi penting agar tidak sembarangan dalam melakukan suatu tindakan, dalam surat Luqman ayat 16, yaitu “(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. Dalam ayat ini terdapat konsep keimanan pada hari akhir. Dari konsep tersebut butuh dua pemahaman untuk menjalankannya dengan baik. Pertama adalah Ihsan, yaitu sikap muraqabatullah di mana manusia itu berada, maka Allah akan mengetahui apa yang dia lakukan maupun niat yang ada dalam hatinya. Kedua adalah tanggung jawab Ilahiyah, di mana seseorang harus bertanggung jawab akan tindakannya selama di dunia di hadapan Allah kelak.

Menjadi shalih/shalihah bukanlah hal yang biasa jika dia saja yang menjadi shalih/shalihah tanpa merubah lingkungan sekitarnya. Terdapat dalam surat Luqman ayat 17, “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. Kewajiban ini merupakan konsep tanggung jawab secara konstitusi antara Allah dengan hamba-Nya yang bertaqwa. Konsep pertama yaitu, seorang hamba yang bertaqwa senantiasa melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, namun melakukan ini pada zaman sekarang butuh berjamaah karena selain godaan banyak tapi juga fitnah akan deras mengalir ke orang yang melakukan nahi munkar. Contoh nahi munkar yang paling kongkret adalah FPI, mereka berani mencegah kemunkaran dengan tangan, di mana saat itu polisi dan pemerintah yang beridentitas muslim tidak berani mencegah yang munkar di depan mata. Kedua adalah sabar atas keadaan yang menimpa dirinya, rasa sabar inilah yang membuat manusia semakin tegar dalam menghadapi cobaan dalam mengimplementasikan ilmu yang dimiliki.

Bagian terakhir dalam pendidikan akhlak yang diajarkan Luqman kepada kita terdapat dalam ayat ke 18 dan 19, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. Sikap sombong di sini adalah merendahkan orang lain dan tidak mau mendengarkan kebenaran, alangkah kasihan orang tersebut karena Allah akan mengazabnya dengan siksa yang pedih karena yang patut sombong hanya Allah SWT.

“Perilaku seorang muslim yaitu apabila ia berkata maka kata-kata yang keluar adalah kata-kata yang baik lagi menyejukkan dan apabila bertindak maka tindakannya tepat pada sasaran dan tidak terburu-buru”.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (11 votes, average: 9.73 out of 5)
Loading...
Asal kota Jakarta, Mahasiswa Psikologi UGM, koordinator Badan Pendamping Lembaga Dakwah Fakultas UGM, Santri Asrama PPSDMS, Tertarik akan kegiatan dakwah kampus.

Lihat Juga

Anggota DPR AS: Trump Picu Kebencian pada Islam di Amerika

Figure
Organization