Topic
Home / Narasi Islam / Politik / Taujih Anis Matta kepada Kader PKS se-Jawa Barat

Taujih Anis Matta kepada Kader PKS se-Jawa Barat

Presiden PKS, Anis Matta. (inet)
Presiden PKS, Anis Matta. (inet)

dakwatuna.com – Alhamdulillah, akhirnya selesai juga transkrip taujih Anis Matta yang disampaikan pada Ahad (3/2) di Bandung pada acara Konsolidasi Kader dan Struktur PKS Jawa Barat. Berikut transkrip taujih Presiden PKS ini:

(tahmid dan selamat)

Ikhwah dan akhwat sekalian yang saya cintai, saudara-saudaraku semuanya.

Kalimat pertama yang ingin saya katakan kepada wilayah pertama yang saya kunjungi adalah saya mencintai Antum semuanya, uhibbukum fillah dan itu adalah cinta tertinggi yang saya miliki kepada Antum sekalian. Saya juga ingin menyampaikan salam cinta dari pemimpin kita, ketua Majelis Syura, KH. Hilmi Aminuddin kepada Antum semuanya.

Saya juga ingin menyampaikan salam cinta dari saudara kita, ust Luthfi Hasan Ishaaq.

Salam cinta inilah yang menyatukan kita semuanya. Dan atas nama cintalah kita akan terus-menerus bergerak dan tidak akan pernah berhenti.

Ikhwah sekalian, tadi malam saya hampir tidak bisa tidur karena saya benar-benar gelisah memikirkan apakah yang harus saya katakan kepada suadaraku di Jawa Barat yang sedang berada dalam medan tempur yang tidak kecil justru di saat kita mengalami cobaan besar.

Saya bertanya kepada diri saya sendiri, kalimat apakah yang ingin didengarkan oleh saudara-saudaraku di sana. Apakah yang mereka rasakan saat ini dan apa yang mereka ingin dengarkan dan apa yang bisa kusampaikan kepada mereka.

Saya shalat dan setelah shalat saya duduk termenung dalam waktu yang lama sampai istri saya menyuruh saya untuk tidur. Tapi saya belum bisa tidur hingga saya menemukan satu kata warisan sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang mampu mewakili perasaan saya dan perasaan Antum semuanya, yaitu sebuah bait puisi dari Chairil Anwar:

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

(“Aku” Chairil Anwar)

Ikhwah fillah, jika diumpamakan kita adalah anak kecil yang jatuh ke dalam sumur, disiarkan secara live oleh berbagai media dan ditonton oleh seluruh manusia, jangan memikirkan apa yang ada dalam benak orang yang menonton kita. Berpikirlah untuk berusaha naik.. look inside, jangan merasa malu, jangan merasa bersalah, jangan merasa tidak berdaya. Karena musuh terbesar kita adalah perasaan tidak berdaya itu.

Itulah mengapa Nabi SAW mengajarkan pada kita doa di tiap pagi, “Allahumma inni a ‘udzubika minal ‘ajzi wal kasl…..

Jika kita terus berusaha untuk keluar sumur, maka yakinlah orang-orang yang semula menonton itu tidak akan lagi berpikir mengapa Antum berada dalam sumur, tetapi mereka akan bergabung bersama Antum untuk mengeluarkan Antum dari sana. Kita harus tunjukkan pada bangsa ini bahwa kita adalah partai yang cepat belajar, bisa segera sadar jika ada kesalahan, juga pintar dalam recovery.

Dalam perang Uhud 70 sahabat syahid, bukan karena kehebatan musuh, tetapi karena keteledoran pasukan pemanah. Tetapi Rasul tidak menegur mereka saat mereka melakukan kesalahan. Tiga hari setelah itu, Nabi kirim pasukan ke qabilah-qabilah di sekitar Madinah yang sudah menunjukkan gejala melepas diri dari Madinah karena mereka berpikir Madinah sudah lemah, sudah habis. Tapi Nabi tidak mau memberi ruang dan waktu bagi mereka untuk berpikir melepaskan diri.

Satu-satunya cara untuk menghilangkan musibah dalam pikiran kita adalah dengan melupakannya. Kita tidak punya waktu untuk dikasihani. Jangan sampai energi kita habis hanya untuk menyesali diri.. Salurkan energi kita untuk perbaharui diri, sekaranglah waktunya kita naik….

Sekali lagi saya ulang: Sekaranglah waktunya kita naik….

Sekaranglah waktunya kita naik….

Sekaranglah waktunya kita naik….

Sekaranglah waktunya kita naik….

Sekaranglah waktunya kita naik….

Sekaranglah waktunya kita naik….

Sekaranglah waktunya kita naik….

Sekaranglah waktunya kita naik….

Sekaranglah waktunya kita naik….

Sekaranglah waktunya kita naik….

Sekaranglah waktunya kita naik….

Sekaranglah waktunya kita naik….

Sekaranglah waktunya kita naik….

Sekaranglah waktunya kita naik….

Wassalamu ‘alaikum warhmatullahi wabarakatuh

(dijawab dan diiringi gemuruh takbir berkali-kali: Allahu akbar!!!)

Redaktur: Samin Barkah, Lc. M.E

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (51 votes, average: 9.59 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

PKS Gencar Bantu Korban Gempa dan Tsunami Sulteng

Figure
Organization