Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
malam itu langit menangis sejadi-jadinya
menumpahkan segala keluh kesahnya
menuruni atap yang rapuh termakan usia
menyelinap ke kamar-kamar rumah tua
lalu perlahan namun pasti
ia genangi lantai dan ubin-ubin
inci demi inci
jengkal demi jengkal
meter demi meter
dan,
penuhlah!
meluaplah!
ah…
setelah itu tak lagi langit yang menangis
karena kitapun tersedu-sedu
Redaktur: Lurita Putri Permatasari
Beri Nilai: