Topic
Home / Pemuda / Essay / Salah Soal

Salah Soal

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Suatu pagi di sebuah sekolah dasar,

Ilustrasi (padang-today.com)
Ilustrasi (padang-today.com)

dakwatuna.com – “Oke anak-anak… seperti yang kemarin Ibu sampaikan, hari ini kita ujian Matematika ya. Silakan disimpan buku-bukunya ke dalam tas. Di atas meja hanya boleh ada alat tulis dan kertas kosong untuk coret-coretan. Kalian sudah siap kan? :)”, ucap seorang Guru Matematika dengan senyum khasnya.

‘Oke Buuu… siap donkkkk’, ucap anak-anak serentak.

Ujian pun di mulai. Ibu guru memberikan waktu 90 menit untuk siswa mengerjakan soal pilihan Matematika ini.

Di tengah-tengah ujian, tiba-tiba seorang anak mengacungkan tangan, dilanjut dengan pertanyaannya “Ibuuuu, soal nomor 10 kok ga ada jawabannya, ya?”

Belum sempat sang Ibu Guru melihat ulang soal ujian tersebut, anak lainnya sudah ada yang mengacungkan tangan kembali dengan pertanyaan yang nyaris sama.

“Nomor 15 juga gak ada jawabannya, Bu…”

Akhirnya Ibu guru mengangkat kertas soal, membacanya sekilas, tersenyum, dan memberikan “kabar gembira” ke anak-anak:

“Oh iyaa ya, nomor 10 dan 15 itu gak ada jawaban yang cocok, hm, jadi baiklah, dua soal itu berarti menjadi soal bonus untuk kalian :)”

Seluruh anak sekelas merasa gembira, sampai tak sedikit yang terdengar teriakan “Yes”-nya.

**

Kawan, mungkin dulu ketika sekolah, kita juga pernah beberapa kali merasakan pengalaman seperti itu ya. Bisa jadi reaksi kita tak jauh berbeda dengan anak-anak di atas. Merasa gembira seperti baru saja mendapatkan sesuatu yang istimewa. Sebab jika Guru salah memberikan soal pilihan, dengan tidak ada jawaban yang tepat. Itu berarti nilai bonus untuk kita. Cara berpikir anak-anak memang sederhana. :)

Kawan, mungkin saat ini kita sudah jauh lebih dewasa dibanding waktu pengalaman-pengalaman itu hadir pada diri kita. Sesekali, cobalah ajak diri kita berpikir, merenung walau sebentar. Ingatkah bahwa pemberi soal matematika-IPA-IPS-ataupun berbagai mata pelajaran lainnya hanyalah manusia? Maka sangat mungkin ada kesalahan dalam soal tersebut dengan ketiadaan jawaban.

Sekarang kita akan semakin tersadar bahwa Sang Pemberi Soal sejatinya hanyalah Ia.

Rabbmu, Rabbku, Rabb kita semua.

Maka tidak akan pernah ada kesalahan dalam pemberian soal dariNya untuk kita. Apapun bentuk soal dariNya yang kita terima. Entah itu ujian masalah, musibah, kuliah, amanah, dakwah, ukhuwah, atau apapun itu.

Tidak akan pernah ada salah soal, kawan.

Kesalahannya justru pada cara pandang kita menganggap (per)soal(an) itu.

Kesalahannya justru karena kita menganggap bahwa Rabb kita memberikan sesuatu yang “salah alamat” kepada diri kita.

Tidak akan pernah ada yang salah, selama dariNya.

Bukankah Dia Maha Tahu, sedangkan kita lebih banyak sok tahu.

Bukankah memang selalu Dia Yang Menguatkan, kita yang hanya punya kelemahan.

Bukankah Dia yang memberikan (per)soal(an), sekaligus Dia pula yang memberikan kunci jawaban?

Bukankah kita memang hanya peminta? Dan hanya Dia yang Maha Pemberi?

Maka mengapa masih ragu untuk meminta kunci jawaban langsung dariNya untuk setiap (per)soal(an) yang Dia berikan pada kita?

Dan “bukankah Dia memberi ujian yang sesuai dengan kemampuan kita? Kita hanya belum mengerahkan semua kemampuan kita untuk tetap setia padaNya”*

Laa yukallifullahu nafsan illaa wus’ahaa. :)

Catatan Kaki:

* quote dari seorang sahabat

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (10 votes, average: 9.50 out of 5)
Loading...
-SMAN 22 Jakarta - Universitas Negeri Jakarta 2008- I'm muslimah. Suka langit-baca-dan nulis. Penikmat Malam, Coklat, Kopi, dan Brownies. ---- always fight with faith. Belong to You, My Allah... Me on Twiter : @alizzahro

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization