Topic
Home / Suara Redaksi / Editorial / Aliansi Strategis untuk Perubahan Mendasar Sebuah Negara

Aliansi Strategis untuk Perubahan Mendasar Sebuah Negara

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Proses dan hasil referendum RUUD Mesir yang diumumkan KPU Mesir, Selasa (25/12),  telah menunjukkan kepada kita bahwa proses perubahan strategis yang menyentuh norma dan nilai-nilai kebaikan universal harus tetap didukung oleh orang-orang atau kelompok idealis.

Proses perubahan strategis terkadang mendapat hambatan dari orang-orang atau sekelompok pragmatis yang juga terlibat dalam proses perubahan, reformasi atau revolusi masyarakat, di saat menggulingkan rezim diktator. Semua komponen masyarakat dapat bertemu pada agenda penggulingan rezim diktator, tetapi ketika fasenya telah masuk pada agenda perubahan yang strategis, yaitu meletakkan dasar pijakan dalam mewujudkan cita-cita umat, seleksi alam akan terjadi. Mereka yang mempunyai kepentingan duniawi atau kelompok pragmatis, akan menjadi sandungan bagi kelompok idealis yang ingin menegakkan kepentingan bersama, yaitu kemaslahatan umat dan bangsa.

Seperti kita ketahui bahwa Arab Spring yang terjadi di dunia Arab seolah menjadi air bah yang siap menghancurkan benda apa saja yang menghadangnya. Revolusi rakyat di Mesir adalah salah satu gelombang besar itu. Revolusi yang menjadi awal perubahan politik lokal, regional dan internasional dunia Islam. Perubahan itu ditandai dengan tumbangnya rezim Mubarak yang telah berkuasa lebih dari 30 tahun.

Keterlibatan seluruh masyarakat pada awal revolusi Mesir dari berbagai kelompok, baik kelompok Islam, nasionalis dan bahkan kelompok Kristen Koptic telah menebar ketakutan penguasa saat itu. Hanya dalam beberapa pekan, gerakan revolusi rakyat Mesir berhasil menumbangkan rezim Mubarak. Rakyat telah memetik hasil yang diinginkannya selama ini melalui Revolusi rakyat Mesir.

Proses awal kebangkitan politik rakyat Mesir ini menjadi sebuah bukti bagaimana seharusnya melakukan perubahan dari kondisi ekstrim menuju perubahan besar sebagai awal sebuah reformasi. Keinginan dan cita-cita untuk menumbangkan kezhaliman rezim yang ada telah menjadi energi pemersatu seluruh kekuatan masyarakat dengan segala kelompok dan alirannya. Meski energi ini tidak cukup untuk menuntaskan seluruh agenda perubahan sebuah negara, tapi sebagai langkah awal perubahan, aliansi taktis ini sangatlah diperlukan.

Berpacu dengan waktu, maka aliansi masyarakat yang telah berhasil menumbangkan kezhaliman harus terus bersatu untuk menuntaskan proses perubahan pada berbagai sektor kehidupan dan utamanya pada landasan dan kerangka politik pemerintahan yang menaungi perubahan besar pada fase berikutnya.

Pemilu Mesir pasca Revolusi merupakan awal pertarungan kepentingan internal seluruh kelompok yang sama-sama terlibat Revolusi yang diperparah lagi dengan masuknya beberapa antek rezim lama dalam perpolitikan pasca Revolusi meski arusnya sangat lemah. Kejadian serupa juga telah terjadi di Indonesia di tahun 1998, ketika terjadi Gerakan Reformasi menumbangkan rezim Soeharto.

Kemenangan Muhammad Mursi menjadi Presiden Mesir seolah menegaskan bahwa pilar utama gerakan Revolusi rakyat Mesir adalah kelompok Islam. Inilah awal konsolidasi aliansi strategis bagi perubahan. Itulah modal besar bagi kubu Islam dalam percaturan politik, regional maupun internasional.

Peran politiknya pada pembelaan rakyat Palestina ketika Israel menyerbu Gaza, Palestina sangatlah besar. Pengaruh besar inilah yang kemudian menggerakkan Negara pembela Israel yang memusuhi Islam untuk menjegalnya dari dalam.

Hingga akhirnya Muhammad Mursi menyetujui untuk menggelar referendum untuk proses pengesahan RUUD Mesir yang baru. Hanya masyarakat yang Islami sajalah yang pastinya akan mendukung RUUD dan hasilnya sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa 63,8% rakyat Mesir menyetujui RUUD Mesir.

Pada akhirnya aliansi strategis yang bertemu pada kesamaan visi dan misi-lah yang menjadi pendukung utama gerakan perubahan dasar bagi perubahan sebuah negara. Yang menjadi catatan adalah gerakan dakwah di Mesir ternyata telah mampu menjadikan 63% lebih rakyatnya menjadi kelompok islami yang bangga dan cinta dengan Islam dan syariatnya dan pilihan mereka tidak dapat diubah dengan sodoran sekian ratus Pound Mesir.

Untuk kita, sudah sejauh manakah para aktivis dakwah berdakwah untuk merubah dan menjadikan masyarakat menjadi masyarakat yang idealis dan tidak lagi pragmatis? Ukurannya sangatlah mudah, apakah uang bisa mempengaruhi pilihan politiknya? Sebuah tantangan yang besar tentunya.

Redaktur: Samin Barkah, Lc. M.E

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (6 votes, average: 9.00 out of 5)
Loading...
Lelaki Betawi yang pernah merantau. S1 Lulusan Universitas Al-Azhar, Mesir dan S2 pada Ekonomi Syariah di IEF Trisakti, Jakarta. Bekerja, berjuang dan berkorban untuk hidup dan kehidupan.

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization