Topic
Home / Berita / Opini / Rekonstruksi Pemuda Sebagai Pilar Peradaban

Rekonstruksi Pemuda Sebagai Pilar Peradaban

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Fahmi Zainal)

dakwatuna.com – Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, Rabb yang Maha Agung, yang telah memberikan curahan Rahmat cinta kasihNYA kepada semua manusia. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, manusia biasa kemudian menjadi luar biasa ketika di tarbiyah langsung oleh Allah SWT, dialah Muhammad bin Abdullah anak kandung dari Aminah.

Pemuda, satu kata yang terlalu banyak untuk di jelaskan dan di analisis mengenai ini. Pemuda sebagai pewaris peradaban penerus tonggak-tonggak sejarah perjuangan pahlawan pemuda yang dulu di kenal dengan keberaniannya membela kepentingan masyarakat umum dari penguasa, nampaknya sekarang sudah mulai kehilangan arahnya. Kalau kita flash back ke belakang bagaimana pemuda ataupun kalangan terpelajar yang merintis perjuangan kemerdekaan Indonesia ini dengan jerih payah dan kerja keras. Coba kita tengok sekarang berapa banyak pemuda yang peduli dan tanggap dengan lingkungannya, pemuda sekarang sedang mengalami keadaan yang namanya degradasi moral dan akhlak, lebih suka berada di zona nyaman bahkan cenderung hedonisme, mereka tidak peduli dengan lingkungannya. Kejadian seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja kalau tidak mau Negara tercinta ini terus terpuruk.

Pemuda menjadi tulang punggung bangsa ini, mau di bawa ke mana bangsa ini jika pemudanya saja tidak peduli dengan bangsanya. Ada ungkapan yang familiar di sekitar kita bahwa masa sebuah bangsa ditentukan oleh pemudanya. Artinya, ketika kita ingin melihat nasib sebuah bangsa 10 tahun, 20 tahun, bahkan 100 tahun yang akan datang, maka lihatlah pemudanya saat ini.

Ironis sekali melihat fenomena pemuda yang terjadi di zaman yang modern ini. Sebuah fenomena yang sangat kontras antara pemuda zaman dahulu dengan pemuda zaman sekarang. Menyedihkan memang, di mana aktivitas pemuda yang tidak menemukan jati dirinya terjebak dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, krisis identitas, dan miskin cita-cita. Apa sebenarnya yang salah? Sistemnyakah atau SDM-nya yang tidak kredibel? Tentunya ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua.

Pemuda yang sejatinya dilahirkan sebagai kaum intelektual muda, berada di garda terdepan membela hak-hak rakyat dan sebagai oposisi sejati pemerintah, seharusnya dengan cepat sadar kalau bangsa ini membutuhkan mereka dengan kekompakan mereka agar Negara ini tidak semakin terpuruk.

Dalam sejarah perjuangan, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa. Sejarah mencatat bahwa pemuda dan mahasiswa merupakan elemen yang tak terpisahkan dari perjalanan peradaban sebuah bangsa baik terkait dengan idealisme, kepeloporan, pemikiran kritis, konsistensi semangat perubahan dan pergerakannya. Marilah kawan sebagai pemuda kita bangkitkan kembali kepedulian kita, jangan hanya egois dengan diri sendiri tapi lihat dan peduli dengan lingkungan sekitarmu. Sungguh sangat memalukan kalau seandainya pemuda hanya peduli dengan dirinya, mau dibawa ke mana bangsa ini??? Sekarang saja sudah seperti. Ayo cepatlah sadar kawan, janganlah menunggu orang lain untuk bergerak, tapi gerakkanlah hatimu, kemudian tanganmu dan selanjutnya perbuatanmu. Ibda binafsik kawan

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya mahasiswa sebagai elemen pemuda selalu mempunyai peran penting sebagai agen perubahan dan mahasiswa sering dianggap sebagai sosok yang dapat berpikir kritis, realistis, dan dialektis.

Ada beberapa cara untuk melakukan perubahan, di antaranya adalah pertama, dengan mengubah individu sehingga kemudian akan mempengaruhi tatanan sosial, kelompok, atau organisasi. Kedua, dengan mengubah kelompok sehingga perubahan suasana dalam kelompok akan memengaruhi individu (sebagai contoh orang yang sehari-harinya biasa saja, di dalam acara darurat pun akan terimbas untuk ikut melakukan amal-amal kebaikan). Ketiga, menekankan pada perubahan struktur sosial yang kemudian akan menyebar ke seluruh bagian masyarakat. Kita bisa dan perlu melakukan ketiganya secara simultan. Hanya saja perlu ditekankan bahwa perubahan yang langgeng adalah yang berasal dari pemahaman individu.

Sudah saatnya para pemuda, para agen perubahan bangkit dari keterpurukan, bangun dari tidur panjang, sadar akan identitas dirinya bahwa dia adalah agen perubahan yang akan menentukan nasib suatu bangsa pada tahun-tahun yang datang.

Hidup Pemuda Peradaban.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswa UNJ. Sekarang aktif di BEM FE UNJ.

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization