Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Pelajaran Hidup dari Ikan Salmon

Pelajaran Hidup dari Ikan Salmon

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi – Ikan Salmon. (inet)

dakwatuna.com – Sekitar dua minggu yang lalu, ketika sedang berdiskusi menentukan tema untuk acara di kampus. Ada salah seorang teman yang mengusulkan tema nya berhubungan dengan ikan salmon. Pertama kali mendengar, rasanya aneh kalau tema acaranya berhubungan dengan ikan. Apalagi ikan salmon. “Asa teu nyambung” pikir saya. Tetapi ternyata ada filosofi hidup yang bisa diambil dari ikan salmon. Terutama dengan siklus hidup ikan yang terkenal bergizi dan mahal ini.

Meskipun pada akhirnya, ide tentang salmon itu tidak jadi tema acaranya. Tetapi saya tertarik untuk sekadar mencari tahu tentang ikan salmon ini. Apalagi setelah membaca status FB salah satu teman, kurang lebih seperti ini filosofi hidup manusia ibarat ikan, ketika bertinggal di air yang mengalir nan deras, pertumbuhannya lebih cepat. So, ciptakan kondisi yang menuntut kita untuk selalu bekerja” (Yoga Yulianto).

Ikan salmon sebenarnya adalah ikan biasa saja. Tetapi siklus hidup yang mereka jalani menjadikan ikan ini menjadi luar biasa. Bayangkan saja ikan ini lahir di air tawar dengan kondisi yang yatim piatu. Tidak ada induk yang membimbingnya dan harus mencari makan sendiri. Ketika makanan anak salmon itu sudah habis (plankton) dia akan keluar dan berenang menuju lautan untuk mencari makan. Di air lautan inilah salmon bertumbuh kembang hingga usia dewasa dan siap untuk bereproduksi (4-7 tahun).

Pada tahun-tahun pertama hidup di lautan, salmon sangatlah rentan untuk bertahan hidup. Mereka mengalami ancaman yang sangat kritis dari para pemangsanya. Seperti anjing laut, beruang, burung juga manusia yang sama-sama menjadi ancaman bagi kelangsungan hidupnya. Sehingga tidak banyak dari mereka yang bisa bertahan hingga dewasa.

Ada keunikan lain dari salmon ini, di mana ketika mereka sudah dewasa dan siap bereproduksi. Mereka akan mencari kembali tempat di mana menetas dulu, yaitu di perairan tawar. Dan ajaibnya (Subhanallah…) mereka bisa menemukan jalan menuju tempat mereka menetas. Padahal secara logika manusia, sulit untuk mengingat jalan pulang. Apalagi dengan kondisi bertahun-tahun hidup di lautan. Tetapi itulah kekuasaan dari Sang Maha Pencipta.

Kemudian untuk bisa mencapai tempat dahulu mereka menetas dan menelurkan telurnya. Mereka harus menerjang arus sungai yang deras. Perjalanannya tidak sebentar dan memerlukan perjuangan untuk mencapai tempat tujuan. Bayangkan saja selain ancaman dari para predator, selama perjalanan salmon berpuasa. Mereka tidak makan selama perjalanan. Mereka hanya mengandalkan cadangan lemak di tubuhnya. Sehingga berat badan mereka hilang sampai sepertiganya.

Hingga mencapai tempat tujuan, dengan kondisi lemah salmon mengali lubang di dasar sungai untuk dijadikan sarang dengan ekornya. Salmon betina menelurkan telur (3.000-8.000 butir) kemudian dibuahi oleh sperma dari salmon jantan. Ketika sudah dibuahi mereka diam saja dan menunggu telur-telurnya. Namun sayangnya mereka tidak bisa bertahan hidup sampai telur-telurnya menetas. Karena kondisinya lemah (tidak makan). Bangkai mereka akan dimakan oleh para predator atau terurai (dengan bantuan bakteri) menjadi pupuk alami. Pupuk alami ini adalah makanan dari plankton yang notabene makanan pertama dari salmon kecil. Sehingga dengan kata lain, induk salmon mengorbankan diri untuk menjadi makanan anak-anaknya. Subhanallah…. Luar biasa….

Begitulah kira-kira siklus hidup dari si ikan mahal ini. Dari siklus tersebut ada beberapa hikmah yang bisa kita ambil. Hikmahnya antara lain adalah kemandirian, perjuangan, dan pengorbanan. Ketiga hikmah ini akan bermuara pada pencarian tempat kembali kita sebagai seorang manusia. Seperti pencarian yang dilakukan salmon untuk kembali pada tempatnya berasal.

Memang dalam konteks kehidupan manusia. Nilai dari hikmah-hikmah tersebut sangatlah luar biasa jika diterapkan pada kehidupan manusia. Manusia akan menjadi berarti, bermanfaat juga dikenang sebagai seorang yang besar. Penerapan nilai tersebut semisal kemandirian dalam kehidupan. Seorang anak didik hidupnya dengan kemandirian (tidak menggantungkan kepada orang lain) tentu akan berbeda dengan anak yang selalu dimanja. Pada pertumbuhannya dia akan memaknai bahwa hidup ini adalah perjuangan. Bahwa hidup itu tidak ada waktu untuk bergantung tangga. Dalam kesehariannya pun tidak akan melewatkan waktu untuk sesuatu yang tidak penting. Ketika dihadapkan dengan permasalahan, dia tidak akan lari tetapi akan menghadapinya. Sehingga sikap dewasa perlahan akan muncul pada dirinya.

Sikap dewasa inilah yang akan mengakibatkan seseorang menjadi peka terhadap sekitarnya. Kepekaan sosial ini mendorong dirinya untuk berkontribusi dan memberikan kebermanfaatan bagi sekitarnya. Dalam merealisasikan kepekaannya, tidak jarang dia berkorban harta, pemikiran, jiwa dan raga untuk sekitarnya.

Dengan sendirinya, orang-orang yang merasakan kebermanfaatan itu akan mengengang sendiri, jika banyak orang yang merasakan kebermanfaatannya, maka akan banyak pula yang mengenangnya. Sehingga dia akan menjadi seorang yang besar.

Tetapi apalah artinya semua itu (seorang yang besar) jika tidak dilandasi dengan keimanan terhadap yang Maha Pengatur. Sesungguhnya dia akan kembali kepada Sang Penciptanya. Untuk itulah hikmah-hikmah dari pelajaran ikan salmon itu bermuara pada tempat ia kembali. Tuhan Sang Maha Pencipta Allah SWT.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (17 votes, average: 9.65 out of 5)
Loading...
Mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Aktifis Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia, Kader Keluarga Mahasiswa Islam Libaasuttaqwa STTT.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization