Topic
Home / Pemuda / Puisi dan Syair / Senandung Rindu

Senandung Rindu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Hidayat Nur Wahid dan almarhum ibunda. (inet)

dakwatuna.com
Ibu, dengarkanlah senandung rindu
Khusus kupersembahkan hanya untukmu
Curhatan penuh cinta dari suara hatiku
Ibu, mohon maafkan anakmu
Jika mungkin tak terdengar begitu merdu

Ibu, banyak kenangan indah tentangmu
Engkau mengandungku sembilan bulan lalu
Beban berat diriku yang ada di rahimmu
Tak dirasa sakit, tak dirasa jemu
Tak kenal lelah, tak pernah ragu membawaku
Tak sedetik pun engkau tinggalkan aku, anakmu

Ibu, dengarkanlah senandung rindu
Khusus kupersembahkan hanya untukmu
Nyanyian jiwa penuh penghayatan dariku
Ibu, mohon maafkan anakmu
Jika mungkin tak terdengar begitu syahdu

Sakitnya rasa setelah melahirkanku
Langsung hilang begitu saja bagai ditiup sang bayu
Lantas engkau tersenyum melihat buah hati pertamamu
Mendengar tangisanku adalah kebahagiaan terbesarmu

Ibu, dengarkanlah senandung rindu
Khusus kupersembahkan hanya untukmu
Untaian kasih sayang tak kenal waktu
Ibu, mohon maafkan anakmu
Jika mungkin tak terdengar begitu menyatu

Engkau begitu telaten mengajariku bermacam ilmu

Belajar menulis abjad di buku tulis bersampul biru

Ketika aku mulai terlihat bosan belajar bersamamu
Engkau menghiburku, menceritakan dongeng kesukaanku

Ibu, dengarkanlah senandung rindu
Khusus kupersembahkan hanya untukmu
Serpihan santun penuh kata merayu
Ibu, mohon maafkan anakmu
Jika mungkin tak terdengar begitu sesuatu

Kini aku t’lah dewasa, menjadi pribadi yang baru
Kuraih asa dan cita-citaku, demi baktiku padamu
‘Kan kuukir prestasi dengan semangat menggebu
Terima kasih ibu, atas cinta tak bertepi dan menyatu
Sekali lagi kumohon dengan sangat padamu
Ibu, dengarkanlah senandung rindu

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (8 votes, average: 9.75 out of 5)
Loading...
Nama lengkap penulis adalah Bayu Rhamadani Wicaksono. Bondan Al-Bakasiy adalah nama pena dari penulis yang biasa disapa Bayu ini. Penulis menempuh pendidikan SD sampai dengan SMA di Tambun-Bekasi. Kemudian dilanjutkan dengan kuliah 4 tahun di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS), kampus mungil penuh motivasi dan inspirasi. Alhamdulillah saat ini penulis telah bekerja di instansi Badan Pusat Statistik (BPS).

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization