Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Menantikanmu di Batas Waktu

Menantikanmu di Batas Waktu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
(inet)

dakwatuna.com – “Assalamu’alaykum wr wb… ukhti… ditunggu yaa di mushalla Al Falah ^_^”

Mmm… Rasanya sudah 15 menit lalu ku kirim sms itu. Yang artinya telah 15 menit sudah mereka, para mutarabbiyahku, terlambat dari waktu yang kami telah sepakati. Aku tak menunggu sendiri memang. Ditemani mata-mata heran yang melihat manusia asing dengan pakaian tak serupa. Ya. Semua di sini dengan kostum putih-putih, seragam kuliah mahasiswa kesehatan. Sementara aku dengan gamis merah hati ku. Ku balas senyum untuk tiap tatapan mereka, entah itu tatapan bersahabat atau heran sekalipun. “Anggap saja sedekah, Ghina…” lirih ku ucapkan untuk diri.

Buku baru yang baru saja ku terima kemarin sore masih setia menemani ku dengan kisah heroik para muslimah penuh perjuangan dan pengorbanan. Bukan buku yang cukup tebal dengan bahasan serius perlu pemahaman. Jadi kurasa cukup ampuh membunuh waktu menunggu ku. Buku kiriman teman di seberang sana. Teman yang ku kenal lewat dunia maya. Ahhh… Ukhuwah benar-benar tak mengenal wilayah.

Bip bip bip…

Akhirnya hapeku berbunyi. 1 pesan diterima. Ku buka dan kubaca.

 “Wa’alaikumsalam wr wb.. .’afwan mbak, ana masih ada kuliah praktek. Jadi datang nya telat.”

Ku balas dengan helaan nafas panjang,

“iya ukhti. Gpp. Mbak tunggu ya… ^_^”

Lalu hening lagi.

Di sekitar pun hening. Hanya terlihat satu dua mahasiswa atau dosen yang baru tiba. Mungkin perkuliahan sudah dimulai kembali. Kusudahi bacaanku. Ku putuskan untuk mengingat lagi materi yang akan dibahas hari ini. Juga ku coba ulangi hafalan potongan ayat-ayat yang akan menjadi pengukuh bahasan.

Bip bip bip…

Kulirik hape. Satu pesan dari mutarabbiyah ku yang lain.

www…’af1 mbk, ana sakit perut. belum bisa datang hari ini…

“innalillaahi…syafakillaah ya ukhtiy, moga segera ilang sakitnya. Udah minum obat? Coba minum perasan air daun jambu biji…klo terasa pahit tambahkan sedikit garam…”

Bip bip bip

Sms ku langsung dibalasnya,

“iya mbak, syukron.”

“Dua orang berhalangan… mmm” bathin ku. “Masih ada 5 orang lagi, Ghina… bersabarlah sedikit lagi.” Kusemangati diriku.

Bip bip bip…

“Mbaaakkk…af1 g bisa datang.”

Bip bip bip

“w3 mbak, masih praktikum. Af1”

Bip bip bip…

“wa’alaykumsalamwrwb ukhtiy, ‘afwan jiddan. Ana izin dulu hari ini. Masih ada urusan. Mohon pengertiannya”

Bip bip bip…

“maaf g bisa datang…”

Ya Rabbi… jujur ku mulai kesal. Tak seharusnya mereka izin ketika waktu perjanjian telah dimulai. “Harusnya mereka izin setidaknya satu jam sebelum waktu pertemuan, huh”, sungut ku yang kulanjutkan istighfar, “Astaghfirullah… tetap husnuuzhan, Ghinaaaa…”

30 menit pun berlalu. Dan aku masih sendiri. “Tunggu lima menit lagi” azzam ku. Di menit ke-35, ku putuskan untuk meninggalkan mushalla. Ada baiknya bersilaturahim ke rumah ukhti Cory, pikirku. Sudah lumayan lama tak berkunjung. Tak hilang kerinduan hanya dengan sapaan di telepon. Kubereskan buku-buku dan mushaf ku. Bercermin sebentar di kaca mushalla merapikan jilbab yang mulai miring sana sini. Lalu bersiap pergi.

“Mbak…’afwan telat…hosh hosh hosh…” ku terpaku melihat mutarabbiyah ku dengan nafas tersengal-sengal di pintu masuk mushalla. Keringat berkejaran di wajahnya. “Sudah lama mbak?”

“Belum kok, dik. Mbak juga baru datang.” Kusalami dan ku peluk ia.

“Jangan cium ya mbak, ehehe bau ni keringatan…”

“Wangi kog, dik. Wangi taman surga.”

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (14 votes, average: 9.29 out of 5)
Loading...

Tentang

Penulis adalah Guru kelahiran Curup - Bengkulu, 21 Februari 1988. Saat ini penulis tercatat sebagai guru tetap di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Padang Ulak Tanding- Bengkulu. Penulis mengampuh mata diklat bahasa Inggris.

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization