Topic
Home / Dasar-Dasar Islam / Tazkiyatun Nufus / Harapan Itu Akan Terus Ada

Harapan Itu Akan Terus Ada

Ilustrasi (flickr.com/nurashman)

dakwatuna.com – Bismillahirrahmaanirrahim.
Segala puji Allah yang telah mengaruniakan kepada kita bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya Allah turunkan banyak kebaikan.  Bulan   yang di dalamnya diturunkan al Qur’an, bulan yang awalnya rahmah, pertengahannya maghfirah, dan akhirnya adalah itqun minnar (dibebaskan dari api neraka). Ramadhan juga bulan yang di dalamnya ada lailatul qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan, malam di mana di dalamnya   para malaikat turun untuk menyelesaikan semua urusan.  Beruntunglah orang-orang beriman, yang secara khusus diundang oleh   Allah   untuk memasuki bulan Ramadhan, layaknya diundang ke sebuah istana yang di dalamnya disuguhi dengan berbagai hidangan dan hiasan lezat. Dan sungguh merugilah orang yang telah memasukinya, tetapi dia tidak mengambil hidangan-hidangan lezat yang telah disediakan oleh Allah swt.

Banyak hal menarik dan lezat yang   menjadi harapan orang-orang beriman di bulan Ramadhan.  Di antara harapan-harapan tersebut adalah:

1. Rahmah atau kasih sayang

Rahmah atau kasih sayang Allah di bulan ramadhan, melimpah ruah dalam berbagai bentuk.  Orang-orang beriman, di bulan ramadhan di janjikan oleh Allah swt, lewat lisan Rasulullah, bahwa

“Amalan wajib dilipat gandakan pahalanya sampai 70 kali, dan amalan sunah dibalas/diganjar dengan amalan surga”.

Begitu  banyak  amal-amal  kebaikan  yang  bisa kita  lakukan, untuk mengisi  bulan ramadhan, di antaranya  shalat tarawih  dan shalat sunah yang lain, berinfak, membantu/berbagi  kepada sesama,  mengajarkan ilmu kepada sesama, tilawah Al-Quran, berdakwah , berkhidmah kepada keluarga, mendidik anak  dan sebagainya. Kasih sayang Allah di bulan Ramadhan juga nampak dengan ditambahkannya rezki bagi orang-orang beriman, di bulan ramadhan.

Semangat untuk memberi dan berbagi, secara langsung telah menggerakkan roda ekonomi lebih kencang. Perputaran barang dan jasa sedemikian dinamis, karena orang-orang di motivasi untuk berbagi.  Bahan-bahan  pangan mentah  laris manis di bulan ramadhan, disiapkan oleh keluarga-keluarga Muslim ,sebagai  persiapan ifthar/buka puasa, dan untuk sahur, juga disiapkan untuk bisa berbagi bukaan terhadap sesama shoimin,  karena  adanya motivasi bagi  barangsiapa yang  memberikan makanan bukaan bagi orang lain, dijanjikan  untuk mendapatkan pahala shaum dari orang  yang diberikan makanan tanpa  mengurangi  pahala yang bersangkutan.

Toko pakaian  dan  peralatan rumah tangga  juga  di bulan ramadhan  ramai dikunjungi  pembeli,  hal  ini dimotivasi  oleh semangat  menyambut  fitrah  dengan pakaian  indah, rumah nyaman dan bersih. Demikian juga dengan sektor jasa, mulai dari tukang jahit, percetakan, transportasi, komunikasi dan sebagainya, semuanya terimbas menjadi ramai dan tentunya berkah, dengan kehadiran Ramadhan. Pedagang musiman baik makanan atau pakaian pun banyak bermunculan di bulan ramadhan.  Jadi boleh dibilang seluruh sektor perdagangan dan jasa meraup keuntungan dan berkah di bulan ramadhan. Ini hanya beberapa contoh kongkret kasih sayang   Allah, tentunya kasih sayang yang lain masih banyak.

2. Maghfirah atau ampunan Allah SWT

Harapan kedua bagi seorang mukmin ketika memasuki bulan ramadhan mendapatkan ampunan dari Allah swt. Di akhir ramadhan, seorang mukmin akan dijanjikan untuk bersih dari dosa, sebagai mana seorang bayi yang baru lahir, iedul fitri, kembali kepada fitrah.

“Barangsiapa yang shaum di bulan ramadhan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. 

Untuk mendapatkan ampunan Allah swt.  Maka Allah menyeru kita untuk “bersegera’ dan tidak menunda-menunda dalam melakukan kebaikan.   Inilah isyarat yang Allah sampaikan dalam firmanNya di surat Ali Imran 133:

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Jangan menunda melakukan kebaikan dan amal shalih. Karena kita tidak tahu kapan umur kita sampai. Jangan menunda melakukan kebaikan dan amal shalih, karena waktu kita yang tersedia hanya sedikit, sementara kewajiban kita jauh lebih banyak “al wajibat aktsaru minal auqat“. Jangan menunda melakukan kebaikan dan amal shalih, karena kesempatan berikutnya atau esok hari mungkin amanah dan tugas jauh lebih banyak. Jangan menunda melakukan kebaikan dan amal shalih, mumpung badan kita masih sehat.

Orang  yang bersegera dalam  melakukan kebaikan,  maka  berarti dia telah  mensyukuri  nikmat  karunia Allah, maka  sesuai  janji Allah, akan ditambah  nikmatNya, akan diberikan kembali  kesempatan untuk  berbuat kebaikan dan beramal shalih. Allah akan melimpahkan amanah-amanah kebaikan berikutnya.  Jadi bagi seorang mukmin, bicara tentang iedul fitri (kembali kepada fitrah), diampuni dosa-dosa nya, harus sudah ada sejak memasuki ramadhan. Iedul fitri   tidak dimaknai  semata  dengan  pakaian  baru dan kue  makanan berlimpah,  iedul  fitri fokus pada  harapan  mendapatkan ampunan/maghfirahNya, sehingga kembali  kepada fitrah.

3. Terbebas dari api neraka

Harapan besar lainnya ketika memasuki   Ramadhan, adalah bisa terbebas dari api neraka.  Jika kita merenungkan firman Allah di dalam surat al A’raf ayat 179, yang maknanya sebagai berikut:

“Dan sungguh akan kami isi neraka jahannam, banyak dari kalangan jin dan manusia…”, bisa diambil pelajaran bahwa secara potensi banyak manusia yang akan masuk ke neraka jahannam.

Maka menjadi demikian penting harapan kita untuk terhindar dari api neraka.  Sedemikian pentingnya harapan ini, bahkan untuk urusan makan pun, rasul menghubungkannya dengan harapan dihindarkan dari api neraka.  Perhatikanlah doa yang kita baca saat mau makan:

“Ya Allah berkahilah apa yang Engkau rizqikan kepada kami, dan jauhkanlah kami dari api neraka.”

Sepintas tidak terlihat hubungan makan dan neraka, tapi sesungguhnya hubungan keduanya sangat erat. Bukankah Rasul yang mulia telah menyampaikan kepada kita bahwa daging yang tumbuh dari makanan yang haram, tempat yang pas adalah di neraka.

Ramadhan   dan makanan pun memiliki hubungan yang erat. Bukanlah di bulan Ramadhan, ibadah shaum yang diperintahkan, salah satunya adalah dengan pengendalian diri dalam urusan makanan.   Menahan untuk tidak makan dan minum dan hal-hal lain yang membatalkan shaum, sejak imsak sampai datang waktu berbuka saat Maghrib.  Secara riil menahan makan minum, tapi sejatinya adalah menahan dan pengendalian nafsu yang ada dalam diri.

Di sini kita belajar, bahwa “fasilitas untuk terhindar dari api neraka” akan didapatkan bagi siapa saja yang mampu mengendalikan hawa nafsunya.  Nafsunya hanya mau   tunduk pada apa yang diperintahkan oleh Allah swt. Tidak membiarkannya menjadi liar dan   tumpah.  Hal ini akan muncul pada pribadi yang landasan imannya kokoh.  Sikap lahir secara sadar, terkontrol oleh iman. Bukan karena tidak “bernafsu”. Nafsunya tetap ada pada dirinya, tapi fungsi pengendalian imannya begitu kuat.

Inilah yang menjadikan manusia-manusia beriman yang muttaqin, bisa lebih tinggi nilainya daripada malaikat.  Sebaliknya manusia yang tidak mampu mengendalikan nafsunya,   nilainya akan bisa meluncur jauh, bahkan lebih hina dari binatang.

“Mereka memiliki hati, tapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah. Dan mereka memiliki mata, tapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah. Dan mereka memiliki telinga, tapi tidak dipergunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah. Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.” (QS. Al A’raf: 179).

Semoga harapan-harapan bisa kita raih dengan sesungguhnya.

Wallahu a’lam bishawab

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...
Konsultan Ketahanan Keluarga RKI (Rumah Keluarga Indonesia). Tenaga Ahli Fraksi Bidang Kesra, Mitra Komisi viii, ix, x. Ibu dari 7 putra-putri penghapal Alquran. Lulusan S1 Jurusan Teknologi Pertanian IPB, dan S2 di Universitas Ibnu Khaldun Bogor.

Lihat Juga

Keikhlasan Dalan Kerja Dakwah

Figure
Organization