Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Meskipun Berbeda, Tetapi…

Meskipun Berbeda, Tetapi…

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Kebersamaan kami selama ini bukanlah dalam waktu yang sebentar, kurang lebih selama delapan semester ini kami ditakdirkan berada dalam satu fakultas dan satu kelas. Meskipun berada dalam perbedaan aktivitas. Dalam detik-detik terakhir inilah kami mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Ukhuwah yang terasa lebih hangat dan terkesan tidak dibuat-buat. Persaudaraan yang terasa erat dan begitu melekat. Hati yang seolah terikat dan itu tak mudah didapat. Apalagi kalau sudah kumpul makan donat dan coklat, makin terasa nikmat (Ini nih yang lebay).

Aku sudah tidak ingat lagi bagaimana awal ceritanya ketika kami memulai persahabatan ini. Mengalir begitu saja tanpa rekayasa dan rencana, tanpa akad dan tekad, tanpa ungkap dan harap.

“Aku sayang kamu, kamu baik banget sama

aku”

Kalimat seperti itu yang sering dia katakan kepadaku. Aku hanya membalas dengan seulas senyuman dan sedikit canda.

“Aku bersikap baik itu kepada semua orang, bukan hanya sama kamu aja. Kamu itu orang yang ke-sekian yang bilang seperti itu”

Dia kembali tersenyum dan memukul ringan tubuhku.

Ketika melakukan perjalanan bersama dengannya, kami selalu berusaha menggunakan waktu agar lebih bermanfaat. Terkadang bertukar pendapat meski tak ditemukan kata sepakat. Tak jarang kami pun sering berbagi cerita meski membahas sesuatu yang sederhana, bagi kami yang terpenting bisa diambil hikmahnya. Selain itu kami juga saling memberi informasi meski tak diawali kata permisi.

Dari beberapa pembicaraan yang kami lakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dilakukan secara berdua ataupun dengan yang lainnya, kami saling menyadari bahwa sebenarnya kami “berbeda”. Seperti pendapat salah seorang teman yang mengatakan bahwa kami berbeda fikrah karena kami memiliki pergerakan yang berbeda dalam dakwah.

Meskipun kami menyadari tentang perbedaan tersebut tetapi hal itu tidak membuat kami harus saling membenci, mencaci, menghujat, mengumpat, menghina, mencela, apalagi bila sampai bermusuhan (na’udzubillah).

Rasanya tak pantas bila harus mengkambinghitamkan perbedaan. Mengapa harus menyalahkan perbedaan yang ada selama itu adalah hal yang wajar? Sepertinya tak masuk akal sekali bila kita masih mempermasalahkan perbedaan yang bersifat toleran sedangkan di luar sana masih banyak sekali permasalahan yang harus segera diselesaikan, sedangkan di dekat kita masih banyak saudara-saudara yang harus diperhatikan, sedangkan di sekitar kita masih banyak orang yang kelaparan, sedangkan di samping kita ada anak-anak yang mengharapkan bantuan, sedangkan di sekeliling kita ada bencana yang tak berkesudahan, dan sedangkan-sedangkan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Janganlah terlalu mempermasalahkan perbedaan yang bersifat furu’iyah, toh itu tidak berakibat fatal. Perbedaan itu sudah ada sejak zaman dahulu hingga nanti. Yang terpenting adalah bukan menyoroti perbedaan yang ada tetapi bagaimana menyikapi perbedaan tersebut. Mempersiapkan mental dan ilmu yang cukup untuk menghadapi hal itu. Biasanya orang yang berilmu akan lebih bijaksana dalam menyikapi berbagai macam masalah termasuk di dalamnya adalah tentang cara menyikapi perbedaan.

Tunjukkan dan buktikanlah dalam bersikap. Jangan hanya mengaku berilmu dan berpendidikan tinggi sedangkan pada realitanya tidak bisa menyikapi perbedaan yang ada dengan baik. Tidak perlu saling menyalahkan, memvonis, dan menuduh kepada orang lain sedangkan bisa jadi kitalah yang salah.

Bila keadaan umat Muslim seperti itu (kurang bijak menyikapi perbedaan) maka tak bisa diragukan lagi bila kita memiliki masa depan yang suram (na’udzubillah). Maka memanglah benar bila ada hadits yang mengatakan bahwa, “Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya) bagaikan satu bangunan, satu sama lain saling menguatkan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Biarkanlah perbedaan yang ada akan menambah hal yang lainnya semakin sempurna. Bukankah yang menjadikan pelangi indah itu karena perbedaan warnanya? Maka seperti itulah seharusnya perbedaan yang ada di sekitar kita membuat setiap orang yang menyikapinya menjadi lebih dewasa. Ketika seseorang semakin dewasa maka akan semakin indahlah persatuan di antara kita.

Terkadang sempat terlintas dalam hati untuk mengungkapkan sebuah doa sederhana. Selama kita masih berada dalam agama Islam, selama kita masih menjadikan Allah sebagai satu-satunya Rabb yang pantas disembah, selama Al Qurán dan sunnah yang menjadi pedoman kita. Maka seperti apapun perbedaan yang kami miliki, tetapkanlah kami semua dalam ukhuwah yang erat dan kuat agar tidak mudah terpikat pada ujian yang sesaat. Satukanlah kami dalam ikatan persaudaraan yang indah dan tak kan pernah punah meski rintangan datang dari berbagai arah. Jadikanlah kami sebagai orang-orang yang taat dan bermanfaat bagi umat. Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin. Allahualam…

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (4 votes, average: 8.75 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswi, tinggal di Jakarta.

Lihat Juga

[Video] Dua Bersaudara Palestina Ini Dipertemukan Setelah 70 Tahun Terpisah

Figure
Organization