Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Allah Yang Maha Menggenggam Jiwa-Jiwa Kita

Allah Yang Maha Menggenggam Jiwa-Jiwa Kita

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (eyelash.ps)

dakwatuna.com – Allah yang Maha Menggenggam jiwa-jiwa kita, Allah yang Maha Melindungi kita. Segala puji hanya milik Allah yang setiap detik, menit, jam, segala yang terjadi dalam kehidupan manusia tidak keluar dan di luar dari kehendak Allah.

Keterbatasan manusia sebagai jiwa yang tidak berdaya bila tanpa kasih sayang Allah, bersifat keluh kesah lagi kikir, bersifat tergesa-gesa, pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata telah mengerdilkan pemahaman dari mengartikan bencana. Banyak di antara kita ketika ditimpa kemalangan maka langsung berpikir bahwa hal itu adalah bencana. Dalam bahasa Indonesia, kata ini bersinonim dengan musibah, berantonim dengan anugerah atau kebahagiaan. Namun, Allah berfirman dalam surat Al Hadid: 22 yang artinya “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. Wajar, bila saat ini banyak ditemui sosok manusia yang ‘kocar kacir’ mencari solusi ketika dihadapkan dengan ujian sebagai tanda kasih dari Allah

Tidak demikian bagi orang yang bertaqwa kepada Allah, yang ‘menyandarkan’ hidup dan matinya hanya untuk beribadah kepada Allah, memahami bahwa bencana atau musibah tidak sekadar sesuatu yang buruk yang menimpa manusia melainkan segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia, susah dan senangnya adalah terjadi dengan persetujuan Allah. Kebimbangan luar biasa ketika dalam alur kehidupannya tidak pernah menyertai Allah sebagai Rabb-nya, tidak pernah menyertai Allah sebagai Malik-nya. Orang beriman akan merasakan sama saja antara sedih atau senang yang menimpa dirinya, karena semua berlandaskan kasih sayang Allah. Itulah keyakinan total kepada Allah. Memahami bahwa segala yang terjadi pada dirinya adalah sebagai pembuktian kepada Allah, siapakah yang benar dan yang berdusta,  “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami Telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. al Ankabut: 2-3)

Ketika terjadi segala sesuatu pada diri kita, segeralah mengingat mengenali Allah. Surga dunia adalah ketika diri kita dan Allah sudah tidak ada sekat lagi.  Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al Baqarah: 186)

Semoga Allah senantiasa melindungi kita dengan hidayah-Nya, semoga Allah senantiasa menjaga kita dengan kasih sayang-Nya. Wahai Zat yang Maha Membolak balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada aturan ketaatan atas syariat-Mu. Aamiin.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (14 votes, average: 8.71 out of 5)
Loading...

Lihat Juga

Sebuah Nasihat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Figure
Organization