Topic
Home / Berita / Silaturahim / Presentasi ‘Being a Muslim Woman in Japan’ untuk Non Muslim

Presentasi ‘Being a Muslim Woman in Japan’ untuk Non Muslim

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
(ist)

dakwatuna.com – Tokyo. Seperti gayung bersambut, Birgit Zorb Serizawa, seorang wanita asal Jerman yang mengelola Book Ideas, sebuah perpustakaan yang dikelolanya untuk meminjamkan koleksi buku-buku pribadinya, menawarkan kami untuk membuat presentasi dengan judul ‘Being a Muslim Woman in Japan‘. Tentu saja kami sambut dengan senang hati, berharap pesan Islam dapat tersampaikan dan mampu meluruskan kesalahpahaman barat tentang hak dan kebebasan wanita dalam Islam.

Presentasi yang berlangsung di hari Minggu awal Juli 2012 itu dihadiri oleh beberapa anggota aktif gereja di Tokyo dan juga masyarakat Jepang yang penasaran dengan kehidupan muslimah di Jepang.

Dengan hadirnya Ustadzah Yetti Dalimi sebagai pembicara yang menangani sesi tanya jawab, situasi menjadi sejuk dan santai.

Acara di buka dengan prolog yang sengaja dibawakan dengan mengangkat topik dari sudut pandang muslimah yang bersuamikan mualaf Jepang dan berstatus ibu rumah tangga dengan segudang aktivitas sosial dan keagamaan di luar.

Dengan memaparkan kondisi para istri yang terlena dengan profil ibu rumah tangga sebelum mengenal apa itu peran muslimah, dan kondisi setelah para istri mempelajari nilai Islam serta mengetahui peran wanita sesungguhnya sebagai seorang muslimah. Yang kemudian mengubah dunia para istri menjadi colorful world karena setiap hari adalah tantangan yang memotivasi para muslimah untuk menggali potensi-potensi diri dan belajar agar dapat menjalankan peran sebagai seorang muslimah secara maksimal. Peran sebagai seorang anak, ibu, istri dan makhluk sosial.

Karena semasa Rasulullah SAW dan para Sahabat, peran muslimah sangat besar dalam masyarakat. Istri-istri, dan putri-putri Nabi SAW serta para Sahabat adalah wanita-wanita yang cerdas, teman diskusi, berilmu, kritis, banyak bertanya pada Nabi , pemberi masukan dan ide-ide, penguat , pekerja keras, penyokong suami serta berperan sangat aktif dalam masyarakat. Tapi mereka melakukannya dengan seimbang tanpa meninggalkan fitrah, mereka sebagai wanita.

Dengan menempatkan wanita-wanita mulia tersebut sebagai contoh, kami, muslimah yang berada di Jepang pun aktif menggali potensi masing-masing sehingga terealisasi acara-acara seminar, camp Islami, piknik keluarga Islam, belajar bersama, sukarelawan ke tempat bencana alam, kelas pengenalan budaya dan lain-lain yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi eksistensi kami sebagai muslimah di Jepang sekaligus bagian dari penjagaan aqidah dan tauhid keluarga kami.

Saat sesi tanya jawab, begitu banyak pertanyaan mengalir dari peserta seperti tentang shalat, mereka terperangah ketika mendengar bahwa kita tak kesulitan mengenali waktu shalat walau tidak dekat masjid karena adzan sudah di download di hand phone lengkap dengan kompasnya dan shalat bisa dilakukan dimana saja dan dalam keadaan apapun agar kita selalu berhubungan dengan Sang Pencipta.

Mereka juga mendapatkan pemahaman baru tentang jilbab dan muslimah bahwa kami memakai jilbab adalah karena kebebasan kami untuk memilih. Pertanyaan-pertanyaan juga seputar terorisme, perlakuan terhadap muslim di Jepang, apa itu yang membedakan pendidikan anak di sekolah dan pendidikan Islam, tentang bagaimana anak-anak muslim dengan prinsip nilai Islam mereka yang begitu kuat berbaur di sekolahnya, seperti saat pelajaran berenang atau saat makan hidangan di pesta teman. Tentang sejauh mana kemandirian para suami Indonesia jika ditinggal mati istrinya, tentang hubungan para muslimah dengan suami Jepangnya, tentang tantangan mualaf muslimah Jepang, kewajiban shalat lima waktu dan lain-lain.

Presentasi ini diharapkan dapat meluruskan pemahaman mereka tentang hak dan posisi muslimah dalam Islam, bahwa muslimah adalah ,makhluk yang bebas, merdeka, tanpa paksaan siapa pun, tegar, kuat dan cerdas dengan segudang potensi yang terus digali untuk kepentingan agama, keluarga dan masyarakat tanpa meninggalkan fitrah sebagai wanita dan hamba Allah. Dan juga untuk meluruskan pandangan yang salah terhadap Islam. Karena Islam adalah agama yang menjunjung kasih sayang dan perdamaian. Islam disebarkan dengan cinta, bukan dengan penjajahan.

Di akhir sesi kami lemparkan satu kuis pada peserta, untuk menyebutkan 2 wanita mulia dalam Islam selain Khadijah RA dan Fatimah RA yang juga terdapat dalam Bibel.

Ternyata seorang peserta wanita dari Inggris hanya bisa menjawab satu, yaitu Maryam ibu Nabi Isa AS Walaupun begitu, hadiah yang berupa buku karangan Tariq Ramadhan itupun jatuh ke tangan beliau, anggota aktif gereja di Tokyo.

Setelah ditutup, acara pun diteruskan dengan bincang-bincang santai dan hangat tentang hal-hal ringan seperti makanan, perjalanan wisata, dan lain-lain. Beberapa peserta wanita Jepang yang selama ini ternyata ingin tahu bagaimana rasanya menjadi seorang muslimah di negara mereka, menyatakan cukup puas dengan sharing kami.

Alhamdulillah, di hari berikutnya kami menerima email dari teman kami Birgit Zorb Serizawa, yang mengatakan bahwa presentasi kami kemarin tentang ‘Menjadi Seorang Muslimah di Jepang’ sangat menarik dan merupakan presentasi dengan durasi terpanjang di perpustakaan Book Ideas karena banyaknya pertanyaan yang mengalir tanpa henti.

Semoga dengan acara ini, terbuka gerbang dakwah yang lebih lebar yang bukan hanya sebatas pada masyarakat Jepang, tapi juga masyarakat asing yang berdomisili di Jepang. Karena adalah kewajiban kita untuk menerangkan Islam kepada mereka.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 9.80 out of 5)
Loading...
Seorang Muslimah Indonesia yang menikah dengan warga negara Jepang mualaf dan menetap di Tokyo. Senang sharing tentang perjuangan para muslimah yang sedang berjuang menegakkan syariat Islam dalam keluarga campuran Indonesia-Jepangnya. Dan senang mengamati keadaan sosial, terutama benturan-benturan yang kadang harmonis ataupun bertentangan antar budaya lokal dengan nilai Islam yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan generasi Islam Jepang.

Lihat Juga

Bukan Mau tapi Siap, Inilah 4 Hal yang Wajib Dilakukan Muslimah Sebelum Menikah

Figure
Organization