Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ketika yang Tersayang Telah Pergi

Ketika yang Tersayang Telah Pergi

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Alunan lagu So Soon-nya Maher Zain petang ini telah membuatku menempatkan diri pada posisi ketika ditinggal pergi oleh orang-orang terdekat. Terbayang lagi kala satu persatu orang-orang tersayang menghadap Ilahi Rabbi. Saudaraku, pernahkah terpikir apabila seorang yang sangat kita sayangi pergi meninggalkan kita menghadap Yang Maha Memiliki? Seseorang itu bisa jadi kakek/nenek, paman/bibi, ayah/Ibu, kakak/adik, suami/Istri, anak maupun kerabat yang lain. Bagaimana kita menghadapinya, apa yang akan terjadi jika hidup tanpanya, dan bagaimana memikul tanggung jawab yang semula dibagi bersama dengan dia dan banyak lagi pertanyaan singgah dalam pikiran.

Namun ketika hal ini benar-benar terjadi yaitu saat orang yang kita sayangi benar-benar meninggalkan kita, sungguh tidak ada yang lebih penting kita lakukan kecuali bersabar, ikhlas dan ridha atas ketetapan-Nya. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya sabar itu ada pada benturan pertama.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Ibnu Majah, At-Tirmidzi, dan An-Nasa’i). Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, Yang dimaksud dengan sabar menurut sabda nabi “sesungguhnya sabar itu ada pada benturan pertama” yaitu ketabahan hati pada saat musibah pertama kali. Memang benar saudaraku, kata sabar ini sangat mudah diucapkan tetapi tidak mudah dalam pelaksanaannya. Walaupun kita tahu bahwa kita harus ikhlas menerima kepergian orang tersayang, namun kadang hati seperti tidak tertaklukkan. Rasa sedih, rasa kehilangan kadang teramat sukar dihilangkan. Namun, rasa sedih dan rasa kehilangan ini sangat manusiawi, bukankah Rasulullah SAW pun sedih ketika kehilangan orang-orang yang tersayang.

Ada baiknya kita mencoba memahami makna musibah supaya kita dapat menyambutnya seperti yang ALLAH SWT kehendaki. Kita perlu tanamkan dalam diri bahwa selain kita hidup untuk beribadah seperti tercantum dalam Al Qur’an Surat Adz-Dzariyat, 56, kita juga perlu siap untuk diuji seperti firman-Nya dalam Al Qur’an Surat Al Mulk, 2, “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Teringat nasihat Dr. ‘Aidh Abdullah Al Qarni dalam bukunya Wal ‘Asr mengenai beberapa perkara penting yang perlu kita pahami supaya dapat menjalani ujian atau musibah dengan jalan yang diridhai-Nya. Di dunia ini, perubahan, pergantian, perpindahan keadaan merupakan sunnatullah. Allah menetapkan dua hal yang berlawanan. Jika sesuatu telah mencapai batasnya, maka ia akan berbalik pada hal yang berlawanan dengannya. Jadi kesulitan dalam hidup ini tidak berlangsung terus-menerus namun berubah menjadi kelapangan dan kemudahan.

Selanjutnya Dr. ‘Aidh Abdullah Al Qarni juga mengingatkan jika bukan karena penderitaan, niscaya kenikmatan tidak dapat dirasakan. Di samping itu kita juga perlu berbahagia karena dari hari ke hari yang dilalui ketika menjalani ujian atau musibah berarti telah melepaskan sebagian ujian yang menjadi tanggung jawabnya dan mendekati jalan keluar, ia menuju kepada kemudahan. Selain itu, Allah SWT memiliki hak mutlak menentukan apa yang terjadi pada hamba-Nya, Setiap yang ditentukan Allah itu adalah kebaikan walaupun terlihat buruk.

Lebih lanjut beliau mengatakan jika seorang hamba menemui musibah yang sangat berat terasa sehingga menimbulkan keadaan pasrah semata pada Allah, maka ketauhidannya ini mendekatkannya pada pertolongan Allah. Hasrat yang kuat untuk mendekat kepada Allah SWT ini disertai doa, maka Allah memberi karunia-Nya. QS An-Naml, 62, “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada Ilah (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).”

Hidup kita di dunia ini sungguh singkat, suatu saat nanti dunia ini akan kita tinggalkan. Siapa yang pergi lebih dulu dan siapa yang sesudahnya memang tidak ada hamba Allah yang tahu. Jadi apabila nanti yang tersayang pergi lebih dahulu, semoga kita telah mampu berpikir, bersikap dan menjalani kehidupan ketika ujian datang dan sesudahnya seperti yang dikehendaki-Nya. Semoga kita juga dapat bersikap sabar sejak benturan pertama. Saat itu berlimpah pahala dan kemuliaan dari Allah sebagai karunia-Nya karena musibah merupakan penyaringan, ujian, pengajaran, penyucian, pengampunan.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (9 votes, average: 9.33 out of 5)
Loading...

Lihat Juga

Gaza Eksekusi Mati 3 Orang Mata-Mata Israel

Figure
Organization