Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Pejuang Dakwah Juga Manusia Biasa

Pejuang Dakwah Juga Manusia Biasa

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (donialsiraj.wordpress.com)

dakwatuna.com – Manusia diciptakan oleh Allah swt sebagai makhluk yang lemah dan berasal dari air yang sangat hina. Olehnya itu, apa yang mesti dibanggakan pada diri kita. Akan tetapi, kebanyakan manusia kadang lupa untuk apa diciptakan, dari mana dan ke mana arah tujuan hidupnya.

Beragam suku, budaya dan bangsa untuk menghiasi kehidupan ini agar kiranya kita saling kenal mengenal satu sama lain. Untuk mendukung keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, antar manusia itu sendiri, serta hubungan dengan alam sekitarnya, maka diturunkanlah agama. Dan agama yang paling benar di sisi pencipta langit dan bumi adalah Islam. “Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam” (QS. Ali Imran: 19)

Pertama-tama yang menjadi pegangan hidup ini adalah mendakwahi diri sendiri dimana ucapan harus bersinergi dengan pengaplikasian dalam perbuatan yang real. Dengan begitu Islam pun akan jadi mudah, bukannya semakin memberatkan dan memilah-milah ajarannya. Dalam artian berislam secara kaffah (menyeluruh).

Tantangan dakwah sesungguhnya yang sangat terasa adalah menyampaikan kebenaran kepada keluarga saya sendiri. Mengingat paham adat-istiadat yang sangat mengental dan turun temurun. Paham animisme inilah yang susah untuk dihilangkan dengan serta merta alias tidak semudah membalikkan telapak tangan. Campur aduk antara paham nenek moyang dengan Islam itu sendiri semakin membutuhkan pengorbanan yang luar biasa mulai dari harta, jiwa dan raga.

Kesabaran dan kesiapan mental untuk dicaci maki dan diacuhkan oleh keluarga menjadi taruhan ketika saya mengambil jalan kebenaran di bawah naungan Islam. Akan tetapi, contoh dan teladan seperti yang telah rasul contohkan serta kesesuaian antara perkataan dengan perbuatan membuat dakwah Islam mudah saja diterima oleh anggota keluarga lain, meski membutuhkan pengorbanan yang luar biasa. Butuh memang proses yang sangat panjang untuk mengenalkan Islam kepada mereka.

Setelah menghadapi berbagai rintangan di lingkungan keluarga, maka hadangan dakwah sesungguhnya berasal dari teman sejawat dan masyarakat sekitar.

Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai petunjuk untuk menyelamatkan dan membimbing manusia kepada jalan yang benar. Rasulullah beserta para sahabatnya telah memperjuangkan dinul Islam dengan harta, jiwa dan raganya. Dan setelah beliau wafat, maka tongkat estafet penyebaran Islam dilanjutkan oleh para pengikutnya yang betul-betul berislam secara benar tidak terkecuali manusia modern seperti sekarang ini. Maka Allah swt pun telah memberikan setetes harapan di pundak pejuang dakwah untuk menyebarkan agama Islam kepada mereka yang belum mengenal kebenaran yang hakiki.

Dinul Islam diturunkan kepada manusia bukan untuk memberatkan, akan tetapi demi memudahkan manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat kelak. Olehnya itu, Islam harus disampaikan dengan lemah lembut agar manusia bisa menerimanya. Prinsip seperti inilah yang bersarang dalam setiap relung perjuangan bahwa Islam harus disampaikan secara lemah lembut.

Dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 110 Allah swt berfirman, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”. Oleh sebab itu, seseorang yang mengaku pejuang dakwah harus berinteraksi kepada masyarakat awam maupun yang mengaku terpelajar dengan penuh kemahalembutan dan tentunya perbuatannya harus sesuai dengan apa yang diucapkannya.

Setiap individu tentunya memiliki cara atau metode tersendiri maupun secara organisasi dalam menyampaikan dakwahnya agar bisa diterima dengan mudah. Pejuang dakwah juga manusia biasa. Mereka pun mengalami suka dan duka dalam menyebarkan agama ini. Kadangkala juga keletihan dan keputusasaan, namun hal tersebut menjadi batu loncatan untuk terus berjuang sampai akhir hayatnya. Karena keyakinan bahwa Allah swt  akan mengangkat derajatnya.

Aktivis dakwah dari zaman ke zaman tentunya mengalami permasalahan yang berbeda, akan tetapi konteks dakwah tidak mengalami perubahan yakni mencegah perbuatan keji dan mungkar serta menegakkan kebenaran di bumi Allah swt.

Perkembangan teknologi dan gadget mengharuskan pejuang dakwah tidak boleh gaptek karena akan menyebabkan penyebaran dakwah kurang lancar. Sebab tantangan akan semakin kompleks dari hari ke hari dan menuntut kita semakin kreatif dalam berdakwah.

Sebagai pejuang dakwah tentunya pernah mengalami pasang surut. Selain itu, berbagai godaan dan rintangan yang menghadangnya membuat sebagian pejuang berguguran, namun ada yang tetap bangkit dan terus maju ke medan laga. Karena mereka yakin bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara dan jalan memperjuangkan agama ini adalah jalan terbaik. Lain daripada itu, pejuang dakwah menghadapi berbagai problematika yang datangnya dari pejuang dakwah lainnya yang berbeda pendapat sehingga ‘cek-cok’ tidak bisa terhindarkan. Akan tetapi itulah seni dalam memantapkan visi dan misi pejuang dakwah.

Pejuang dakwah harus tetap harus selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan hadits nabi Muhammad saw jika terjadi perselisihan pendapat. Karena perbedaan pendapat merupakan rahmat apabila dicermati secara arif dan bijaksana. Oleh karena itu, pejuang dakwah tidak boleh jauh dari ulama, tetap istiqamah, dzikir dan doa, shalat tahajud, puasa sunnah maupun ibadah-ibadah lainnya agar rahmat dan kasih sayang Allah swt selalu bersamanya.

Menjadi pejuang dakwah seperti menapaki hutan. Akan ada banyak tantangan dan hadangan di dalamnya. Namun satu hal yang menggembirakan ketika akan menuai cahaya terang yang benderang jika mampu melewati hutan belantara dakwah. Diperlukan bekal dan persiapan yang matang demi mencapai ridha Allah swt. Wahai para pejuang, ‘barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka dapatlah dia. Hidup hanya sekali, maka berjuanglah dan manfaatkan hidupmu untuk agama Islam sebagai satu-satunya ajaran penyelamat dunia akhirat.

Wallahu a’lam Bisshawab.

Tulisan ini hanya untuk menggugah nurani kita bahwa sesungguhnya para pejuang dakwah adalah manusia biasa yang akan menjadi luar biasa jika mampu menghargai setiap perbedaan. Perbedaan akan jadi rahmat jikalau dimaknai secara arif dan bijaksana. Selain itu, pejuang agama ini mampu berpegang teguh terhadap Al-Qur’an dan hadits nabi Rasulullah.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (4 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Penulis.

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization