Topic
Home / Pemuda / Essay / Kera-Kera Keladi

Kera-Kera Keladi

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (ist)

dakwatuna.com – Sssstttt… ada benang merah lagi yang kita temukan, dan juga kita bakal menemukan mutiara di dalam lumpur. Yuk, sebentar saja kita sempatkan berburu. Keep spirit…

Semasa kecil berulang kali kita mendengarkan cerita tragis si kera usil. Yang pada suatu hari ia berjalan-jalan di pinggiran hutan dekat dengan jalan setapak. Cuaca senang, sepertinya sedang berpihak padanya saat itu, ia menemukan sebuah perkebunan aren milik seorang petani. Berlanjut dengan ide cerdik, licik dan jahilnya muncul untuk memanen aren yang ada di kebun tersebut. Ember, pisau, tali dan segenap peralatan penyadapan sudah ada di pojok kebun, yang mana sering digunakan pak Tani untuk memanen air sadapan aren.

Siikkk Assiikkk… Ssiikk Asssiiikk.. Itulah yang memenuhi pikir dan perasaan si kera. Tak perlu bersusah payah menanam ataupun merawat namun pada akhirnya bisa merasakan hasil panenannya. Lancar, sampai ia menanti ember yang dibawanya itu penuh dengan air sadapan ia tunggu sembari  tidur-tiduran  di atas pohon. Tepat di depan posisi ember.  “Yuhu, pasti ember sudah penuh dan bisa kujual ke pasar, dan aku akan mendapatkan uang darinya”. Lagi-lagi pikiran cari untung sendiri masih melingkupi pikirannya.

Angan yang semakin panjang, ditemani angin yang mendayu lirih perlahan mengantarkannya pada tidur dan mimpi-mimpi indah. Hingga akhirnya “Brukkk” terulang suara serupa yang lebih ringin “bruk”, “Adduuuuuhhh, mimpi apa ini?” teriak si kera dengan lantangnya. Ya, ia terjatuh. Maka spontan pak Tani datang dan meringkus si kera. Singkat cerita, ia lantas diadili oleh pak Tani. Jengkel, bahagia, marah, syukur dan semuanya tertumpah jadi satu. Kera ini harus dihanguskan.. ckckckc. Tragis. Inilah akhir hidup dan perjalanan si kera. Kandaslah cita-citanya untuk menjadi kaya dengan berjualan air sadapan aren, dan hilanglah sudah mimpi-mimpi besarnya.

Kesimpulan singkatnya, karena si kera melamun sampai ia tertidur, ia lalai dan semakin lengah oleh terpaan angin lirih yang mendayu sepoi-sepoi. Terjatuh dan jatuh pula mimpi-mimpinya, karena kera masih menganut paham “mimpi di siang bolong”. Tidak syah, halal dan realistis. Poor you ^^

Ini mungkin mutiaranya..

Memang, tidaklah tepat kalau kita menjadikan kera sebagai acuan. Karena dulu pun ketika mbah kakung (jawa: kakek) Charles Darwin mengemukakan bahwa kita adalah keturunan kera, berduyun-duyun pada tidak terima, sampai dengan hadirnya sanggahan dari Ust.Harun Yahya membantu menguatkan pijak sanggahan tersebut. Serentak kita tidak menyepakatinya. Namun bukankah Allah menciptakan segala sesuatu itu tidak untuk disia-siakan? Pasti semua berhikmah, berpetuah dan akan ada pelajaran kalau kita mau terbuka dan mencoba memahaminya. Okey? Siap dan semangat? Lanjutkan!

Celetukan yang akan digumamkan orang ketika mendengar atai membaca kisah di atas adalah, “harusnya kera tersebut tidak mencuri, tapi ijin pada yang punya kebun dan jangan mengharap atas apa yang bukan menjadi hak miliknya serta tidak sewajarnya ia panjang angan-angan dan kemudian terlena atas keadaan.

Amati-Tiru-Modifikasi. Konsep ATM masih diberlakukan di sini.

Karena baik, maka pilihlah

“Mereka menanyakan kepadamu; apakah yang dihalalkan bagi mereka? ‘katakanlah: “dihalalkan bagimu yang baik-baik” (QS. Al Maidah: 4)

“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik….” (QS.Al Maidah: 5)

Tanamkanlah, bahwasanya memang hanya yang halal saja yang boleh. Hanya yang baik saja yang halal. Maka, ayo, terapkanlah pola mendengar dan kemudian taat. Jika berharap kebiakan (termasuk di dalamnya adalah kesuksesan dan kebahagiaan) maka gunakan jalan yang baik sesuai yang diaturkan untuk kita. Apalagi kalau bukan al Qur’an dan as Sunnah?

Berangan-angan dan punya mimpi, itu adalah hak dari semua orang. Dengan punya mimpi, maka diharapkan akan ada ikhtiar yang digunakan untuk meriaihnya, mimpi-mimpi akan menjadi motivasi tersendiri dalam bergerak. Hanya saja dalam ranah angan dan mimpi, kita akan menjumpai beberapa tipe manusia.

1. Tipe pesimis

Di mana manusia yang mimpinya lebih kecil daripada kesempatan yang ada. Ia tak mau menanggung banyak resiko atas kegagalan dan kekecewaan.

2. Tipe realis

Di mana manusia yang menyetarakan antara kesempatan dan impian. Ia lebih memilih tinggal dalam nuansa yang flat (datar)

3. Tipe idealis

Jika kesempatan itu ada 10, maka dia akan membuat 15 mimpi atau bahkan lebih. Di mana 10 mimpi ia penuhi dengan kesempatan, namun dia juga akan mengikhtiarkan untuk menemukan 5 kesempatan baru guna mengejar 5 targetan mimpi tertinggalnya. Ia akan berusaha untuk mencari peluang, ia akan bekerja keras melewati tantangan. Karena idealisme yang mengantarkan orang semacam ini pada kerja keras dan kerja cerdas.

Pilihan tipe mana yang hendak digunakan dan perlu diingatkan bahwasanya setiap tipe juga akan memiliki resiko tersendiri, kelebihan dan kekurangan masing-masing. Intinya “seimbangkan anganmu dengan ikhtiarmu”.

Dan bersiap siagalah…

Ibnu Abbas RA berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “awal dari perkara ini adalah nubuwah dan rahmat, kemudian khilafah dan rahmat. Setelah itu akan muncul raja dan rahmat, lalu penguasa dan rahmat, kemudian mereka saling melukai sebagaimana keledai saling melukai. Oleh karena itu, hendaklah kalian berjihad. Dan sesungguhnya, jihad paling utama adalah ar ribath (besiap-siaga). Ribath kalian yang paling utama adalah di ‘asqalaan”.

Dan masih ingatkan kita, sebagaimana dalam surat cinta yang selalu kita baca “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran: 200)

Tidak pernah ada nasehat atau pesan “jangan hati-hati ya, nanti kamu jatuh saja ya di jalan!” atau pesan-pesan senada yang lainnya. Yang ada justru pastilah pesan bagaimana kita terus melangkah dengan penuh kehati-hatian, penuh kewaspadaan dan tersu bersiap siaga. Dengan siap siaga akan menghadirkan penjagaan yang ketat, dengan siap siaga suatu kelalaian dan kelenaan tidak akan dengan mudah menghampiri terlebih menyapa, kapanpun dan di manapun tetaplah bersiap siaga….

Pilih jalan yang baik, terus pertajam mimpi dan kuatkan ikhtiar serta bersiap siagalah. Jangan sebatas mengharap layaknya kera dalam cerita. Jika si kera sudah jatuh karena kesalahannya, maka sungguh tak layak jika kita hanya mendengar lantas mengulang kesalahan tersebut. Maka, ikhwah, ayo bangkitlah karena kita bukanlah kera. Kita bukan kera-kera keladi itu.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 8.00 out of 5)
Loading...
Alumni Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung. Pekerja Sosial (Pemerhati Anak Jalanan)

Lihat Juga

Sebuah Nasihat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Figure
Organization