Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Tasnim dan Keindahan

Tasnim dan Keindahan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (shintarizal.blog.com)

dakwatuna.com – Kekuasaan itu dipergilirkan, begitu pula kemuliaan…

Siapa sangka dua kutub tamaddun sebesar Roma dan Persi bisa roboh di tangan pasukan semenanjung Arabia yang dulunya, jangankan bersatu, antar kabilah saja selalu bertikai dan mudah diadu…

Siapa sangka kemuliaan Abu Jahl roboh di perang Badr dan menggentarkan pasukannya…

Ya kekuasaan dan kemuliaan itu dipergilirkan, sahabat…

Kita memegang teguh janji, bahwa roda akan mendekat lagi, roda kemuliaan itu akan kembali, namun sudah sejauh apa upaya kita mengembalikannya?

Sahabat tau noda dan kemaksiatan, ia mudah dikenal. Karena kala kita melaksanakan sesuatu yang tidak disukai-Nya, jiwa kita berontak, ia galau, ia terluka dan kita menjadi gelisah. Jadi salah besar, kala kata orang bahwa ia tidak tau bahwa perbuatan itu salah. Karena ruh memiliki kemampuan identifikasi yang berujung kegelisahan pasca melakukan kemaksiatan.

Sahabat, nanti pada masa, kala tiada yang boleh meng-interupsi. Kala ada sebagian yang wajahnya ceria bukan kepalang, namun ada pula yang tertunduk lesu, wajahnya buram, suram, seperti tertutup debu,

وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ [٨٠:٤٠]

Dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu,

Kala itu, yang dulu menggunakan kuasa karena ALLAH swt mendapatkan keindahan amalnya, kala itu mereka yang menggunakan waktu sebagai perputaran hura-hura dan mabuk dunia, juga akan merasakan dampak dari perbuatannya. Tiada yang tersisa, tiada yang tertinggal, semua dihitung, detail dan cermat;

وَإِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْ [٨١:١٠]

Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka,

Akhirnya, kita hanya perlu memilih. Jangan salahkan takdir, jangan salahkan keadaan, karena ALLAH swt sejatinya telah memberikan kita persediaan di kedua sisinya, ini hanya masalah pilihan dan keteguhan. Selepasnya kita yang menentukan karena keduanya ibarat 2 sisi mata uang, ya baik dan buruk adalah opsi yang Rabb sampaikan.

Lalu pada akhirnya, berujung pada pemberian 2 kitab, lagi sahabat, kita yang memilih. Apakah kita ingin mendapatkan kitab Sijjin? Ataukah ‘Illiyyin? Lalu apakah kita ingin meminum air dari mata air Tasnim atau tinggal selamanya di tempat orang-orang yang meminta kebinasaan karena berat sekali azab di dalamnya. Mari kita merenung beberapa ayat berikut, semakin mendekati akhir dari juz 30, hati semakin bergetar, karena ilustrasi yang gamblang, kala Rabb menuntut kita memilih. Sebenarnya apakah kita ingin bersama-Nya nanti atau menjauh? lagi ini hanya masalah pilihan kan?

Al-Mutaffifin: 83,

كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ [٨٣:٧]

Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin.

وَمَا أَدْرَاكَ مَا سِجِّينٌ [٨٣:٨]

Tahukah kamu apakah sijjin itu?

كِتَابٌ مَّرْقُومٌ [٨٣:٩]

(Ialah) kitab yang bertulis.

وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ [٨٣:١٠]

Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan,

وَمَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّونَ [٨٣:١٩]

Tahukah kamu apakah ‘Illiyyin itu?

كِتَابٌ مَّرْقُومٌ [٨٣:٢٠]

(Yaitu) kitab yang bertulis,

يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ [٨٣:٢١]

yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah).

إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ [٨٣:٢٢]

Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga),

عَلَى الْأَرَائِكِ يَنظُرُونَ [٨٣:٢٣]

mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang.

تَعْرِفُ فِي وُجُوهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيمِ [٨٣:٢٤]

Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan.

يُسْقَوْنَ مِن رَّحِيقٍ مَّخْتُومٍ [٨٣:٢٥]

Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya),

خِتَامُهُ مِسْكٌ ۚ وَفِي ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ [٨٣:٢٦]

laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.

وَمِزَاجُهُ مِن تَسْنِيمٍ [٨٣:٢٧]

Dan campuran khamar murni itu adalah dari tasnim,

عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُونَ [٨٣:٢٨]

(yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah.

Sahabat, Aku berdoa agar kau memegang ‘Illiyyun nanti, begitu pula harapku agar aku mendapatkan yang sama.

Wallahua’lam.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (4 votes, average: 7.00 out of 5)
Loading...
Sekretaris Jenderal FORMMIT (Forum Mahasiswa Muslim Indonesia di Taiwan) 2011/12. NSYSU, Taiwan

Lihat Juga

Kajian Bulanan FOKMA Perak: Memaknai Seni dalam Islam

Figure
Organization