Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Revolusi dan Da’i

Revolusi dan Da’i

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”(QS. Al-Baqarah: 214)

Pernahkah terpikirkan akan keberadaan kita hari ini. Akan perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Setidaknya hanya sedikit dari kita yang menyadari akan kehadirannya di tengah-tengah komunitas yang jauh berbeda dari masa lalu yang pernah dia miliki. Setidaknya yang sedikit ini lah yang masih tersenyum dan menikmati indahnya hari ini, karena apa yang dirasakannya saat ini adalah wujud dari mimpi yang pernah dia impikan dulu.

Turun ke jalan-jalan, meneriakkan kalimat thoyyibah bahkan kalimat cacian dan kosa kata kebosanan yang dirangkai menjadi sebuah kalimat kebencian yang ditujukan kepada penguasa yang telah lama menindas, telah lama merampok, telah lama tertawa di atas penderitaan mereka dan merasa memiliki negeri yang dia duduki.

Bangkai yang tersimpan rapat telah lama tercium busuknya, bahkan keharuman kasturi kebaikan tak tercium lagi oleh busuknya bangkai yang tersimpan di peti kediktatoran itu. Darah-darah penghuni surga akan selalu tercium wangi dan akan selalu tersimpan di dalam memori dan sanubari. Itulah darah sekelompok hamba yang senantiasa berjuang untuk meruntuhkan tembok tirani kediktatoran itu, walaupun penyiksaan dan bahkan kematian lebih sering mereka rasakan, namun mereka mempunyai keyakinan bahwa perjuangan mereka akan selalu hidup dan kebathilan akan berhembus dari bumi ini.

Puncak kebosanan dan kebencian itu kita sebut revolusi, perjuangan rakyat untuk meruntuhkan tembok kediktatoran yang telah puluhan tahun menancapkan kukunya tanpa ada merasa berdosa dan tidak menghiraukan alam yang sudah bosan dan murka.

Sama sekali tidak pernah terpikir oleh pikiran sehat dan hal ini mustahil, tapi tidak ada kata mustahil di dalam kamus seorang pejuang, oh iya dan sah-sah saja bahwa usaha yang kita lakukan terbatas, tapi kekuatan doa dan tawakal masih tersimpan di dalam hati para jundi, langit, bumi dan seisinya menjadi saksi kekuatan yang maha di atas segalanya.

Siapa yang mengira bahwa Ben Ali dilengserkan dari Istananya? Husni “Goir” Mubarak diturun paksa oleh rakyatnya? Dan Moamar Khadafi di tembak mati para oposisi dan merebut pemerintahan Libya. Dan saat ini kita akan menyaksikan bersama bahwa skenario apa yang telah Allah tetapkan untuk sebuah drama yang tak berperikemanusiaan yang terjadi di Suriah? Akankah ada happy ending bagi Bashar Al-assad? Ataukah akan sama endingnya dengan aktor utama si Khadafi yang akhirnya tertembak mati? Kita tunggu saja endingnya kawan!!

Tak ada yang abadi, setidaknya kalimat ini pernah kita dengarkan dan bahkan telah kita yakini bersama akan kebenarannya. Memang tak ada yang abadi dan yang bernyawa akan mati. Karena semuanya hanya titipan Ilahi. Revolusi adalah hukum alam yang pasti terjadi.

Setelah revolusi bahkan ada perubahan-perubahan dan hal-hal yang baru akan ditemui, setidaknya kebebasan akan merata, baik itu kebebasan berpendapat maupun kebebasan berekspresi, kebebasan berarti keluar dari kungkungan dan ruang lingkup kecil yang telah lama bergentayangan yang menakuti kehidupan manusia. Setidaknya perubahan inilah yang akan dilakukan oleh manusia, keluar dari pikiran sempit dan licik dan membuka pikiran dengan berwawasan luas untuk kebaikan di kemudian hari.

Bahkan siapa menyangka bahwa kelompok yang selama ini dianggap “Radikal” oleh penguasa karena mereka berjuang untuk menegakkan keadilan dan menciptakan kesejahteraan bagi umat. Kelompok yang kerap mendapatkan siksaan, penangkapan bahkan pembunuhan, tapi nyatanya sekarang kelompok inilah yang ada di hati rakyat dengan kemenangan mereka di dalam pemilihan umum langsung oleh rakyat. Di tangan mereka diharapkan kemajuan negara berlandaskan asas keislaman. Ini tidak mustahil.

Setidaknya keyakinan dan kesabaran yang membuat mereka bertahan. Sudah menjadi fitrah bagi manusia di bumi ini sebagai pengemban dakwah, mengeluarkan manusia dari kezhaliman dan mengajak kepada cahaya kebenaran. Dan ini tugas yang tidak mudah, tidak semanis yang dibayangkan dan tak seindah dalam kenangan. Ini tugas mulia dan hanya mampu diemban oleh manusia-manusia super pilihan dari langit.

Sudah menjadi hukum alam bahwa pemangku risalah kebenaran bahkan banyak yang membenci, mencaci dan bahkan banyak timbul fitnah-fitnah yang akan mematikan langkah dakwah, namun semuanya butuh kesabaran. Sekali lagi kuncinya adalah sabar, sabar dan sabar. Keyakinan dan kesabaran yang ekstra super menjadi kunci sukses pejuang kebenaran, setidaknya dua hal ini yang mengantarkan Ikhwanul muslimin tetap bertahan sampai detik ini bahkan kemenangan dakwah telah tampak jelas di depan mata.

“Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (Q.S. Ali Imran: 200)

Bagi seorang da’i hindari bermental cengeng, mengeluh keadaan dan berputus asa. Karena kemenangan dakwah mustahil berada di tangan para pecundang yang senantiasa mendramatisir keadaan. Seandainya Nabi Muhammad kecil berputus asa dan menyesali keadaannya saat itu, maka hari ini kita tidak akan mendengar namanya dan membaca sejarah perjuangannya.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214)

Ibrahim tak akan termasyhur seandainya dia takut dengan kobaran api namrud, Yusuf tak akan menjadi petinggi negeri seandainya dia putus asa berada di jeruji besi. Musa tak akan berjaya seandainya dia tidak bernyali untuk menyeberangi samudera. Dan para pejuang dakwah tak akan menjadi pemenang seandainya takut, minder dan tak bernyali disebabkan rintangan dan halangan.

Selain keyakinan dan kesabaran, kunci kemenangan bagi seorang muslim adalah ketetapan memegang agama (tsabbit aqdamana, Q.S. Al-Baqarah: 250) dan keistiqamahan (Tsumma staqaamu, Q.S. Al-Ahqaf: 13) dalam perjuangan dengan ikhlas sampai akhir kehidupan.

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. An Nashr 1-3)

Dakwah pastilah menang, dengan atau tanpa kita. Keterlibatan kita dalam mencapai kemenangan dakwah adalah pilihan. Silakan pilih hendak mau jadi penonton, pemain atau sekedar komentator dakwah. Semoga Allah menjadikan kita sebagai pelaku dari kemenangan dakwah itu. Waallahualam bishowab.

Tulisan pernah terbit di buletin Studi Informasi Alam Islami SINAI Mesir edisi April 2012

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (4 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...
Mahasiswa Universitas Al-azhar Cairo Mesir Fakultas Ushuludin-Hadits

Lihat Juga

Lagi, Pemerintah Saudi Dikabarkan Tangkap Syaikh Mohsen Al-Awaji

Figure
Organization