Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Rahasia Rezeki

Rahasia Rezeki

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (examiner.com)

dakwatuna.com – Jika belum rezeki, jangankan baru dihidangkan, nasi yang sudah di tangan pun belum tentu dapat dimakan dan ditelan. Kesadaran ini kembali aku dapatkan dari kisah Ihsan, Firman, Iqbal dan Irwan.

Tidak aneh dan tidak pula ada yang heran bila tahun ini Ihsan akan mendapatkan promosi jabatan. Ia salah satu dari beberapa karyawan unggulan. Hampir semua karyawan tahu dan mengakui prestasi Ihsan.

Tapi belakangan, ketika agenda promosi tinggal menghitung hari, sebuah kabar tersiar, mengejutkan seluruh karyawan, tak terkecuali Ihsan. Tahun ini, dengan beberapa pertimbangan, pihak manajemen perusahaan mengeluarkan satu kebijakan, tidak ada promosi jabatan. Promosi jabatan ini akan ditunda hingga setahun ke depan.

Jika beberapa karyawan protes dengan keputusan manajemen, Ihsan justru tidak terlalu kaget dengan kabar ini. Ia telah mempersiapkan separuh hatinya untuk kemungkinan yang kini benar-benar terjadi.

“Ini sudah menjadi keputusan final manajemen perusahaan, karenanya kita harus menerimanya. Dan insya Allah, aku ikhlas. Kalau tidak kusiapkan separuh hatiku untuk kemungkinan ini, mungkin aku akan sangat kecewa. Jujur, separuh hatiku memang mengharapkan, tapi separuh lainnya telah kusiapkan untuk sebaliknya. Kita harus realistis. Boleh jadi aku termasuk salah satu karyawan yang dinominasikan mendapatkan promosi, tapi tentu saja bukan satu-satunya. Apalagi ternyata aku bukan tidak terpilih, tapi memang tidak ada promosi jabatan tahun ini.” Ihsan mencoba menenangkan kegundahan rekan-rekan dekatnya.

“Apa rencanamu selanjutnya?” salah satu rekan bertanya.

“Rencana?” Ihsan balik bertanya. “Tidak ada rencana baru kecuali bekerja sebagaimana biasa. Meski tak ada promosi, aku kan tetap bekerja di sini, dan tentu saja masih mendapatkan gaji. Iya, tho?” jawab Firman tertawa ringan.

Lain Ihsan lain lagi si Firman. Firman memang tidak termasuk karyawan unggulan. Namanya tidak tercantum di daftar pengajuan promosi karyawan. Tapi atasannya menilai Firman layak untuk dipertahankan. Jumlah penjualan yang tidak mencapai target memaksa manajemen perusahaan melakukan pengurangan karyawan. Dan secara nilai, Firman berada di posisi yang aman. Karenanya, atasan Firman menyuruhnya membuat tools box khusus untuk menyimpan peralatan kerja miliknya.

Butuh waktu satu minggu untuk Firman membuat tools box nya sendiri. Jika tugas utamanya selesai ia kerjakan, Firman kembali menyelesaikan proyek tools boxnya. Dan ia melakukannya dengan semangat. Tapi jangankan tahun depan, apa yang terjadi esok hari pun tak ada manusia yang bisa memastikan. Begitu pun Firman. Tak disangka sebelumnya, di keputusan final manajemen nama Firman justru muncul di antara karyawan yang tidak bisa dipertahankan.

“Semestinya hari ini Firman mulai menggunakan tools box nya,” ucap atasan Firman prihatin. Ia telah mencoba bernegosiasi ulang, tapi keputusan manajemen tetap tak bisa dirubah atau dibatalkan.

Setahun lalu, satu pelajaran juga kudapatkan dari Lukman. Prestasi kerjanya tak lagi diragukan. 90% promosi jabatan sudah mengarah kepadanya. Bahkan Iqbal ditunjuk sebagai salah satu anggota tim yang mempersiapkan beberapa karyawan yang akan mendapatkan promosi jabatan. Tapi manusia hanya bisa berencana dan berusaha, sedang hasil akhirnya Allah lah yang berkuasa menentukannya. Di hari-hari terakhir menjelang promosi, satu kabar sangat mengejutkan beredar dari mulut ke mulut. Dengan alasan yang tak dijelaskan, pihak manajemen membatalkan promosi Iqbal dan tetap memberikan promosi kepada beberapa karyawan lainnya.

Masih ada satu lagi, beberapa minggu yang lalu, satu kejadian juga menggugah kesadaranku. Menjelang batas akhir penyerahan SPT tahun 2011 yaitu tanggal 31 Maret 2012, pihak manajemen membagikan bukti pemotongan PPh pasal 21 untuk diserahkan ke kantor pajak terdekat baik secara perorangan maupun kolektif, tapi yang jelas pihak manajemen tidak memfasilitasi penyerahan SPT ini secara kolektif. Dengan berbagai pertimbangan, beberapa karyawan termasuk aku akhirnya meminta bantuan Irwan untuk menyerahkan SPT ke kantor pajak secara kolektif, dengan kesepakatan akan memberikan sejumlah uang sebagai pengganti ongkos dan sekedar uang lelah tentunya.

SPT sudah dikumpulkan, termasuk sejumlah uang yang telah disepakati. Tapi tanpa tahu apa sebab pastinya, pihak manajemen menarik kembali bukti pemotongan PPh pasal 21 yang sudah dibagikan, termasuk milik kami yang sudah dibawa Irwan. Merasa belum melakukan apa-apa, Irwan mengembalikan uang yang telah masuk ke dompetnya. “Belum rezeki saya,” ucapnya sambil tertawa.

Demikianlah, seringkali kenyataan berbeda dari apa yang kita rencanakan, harapkan. Tak jarang kita meyakini bahwa keberuntungan, rezeki akan menjadi milik kita, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Begitulah Allah menetapkan, dengan satu tujuan, yang tentu saja adalah ketetapan yang terbaik untuk hamba Nya.

Kalau memang rezeki kita, walau di seberang lautan, selalu ada jalan, ada alasan. Entah kita yang akan menjemputnya, atau justru dia yang akan mendatangi kita. Begitu pun sebaliknya seperti yang disebutkan di awal tulisan, jangankan baru dihidangkan, yang sudah di tangan saja belum tentu dimakan dan ditelan.

Kita, manusia, hanya wajib berdoa dan berusaha, tapi tidak wajib menentukan hasilnya. Setelah meluruskan niat, berikhtiar dengan sungguh-sungguh dan dibarengi dengan doa yang tiada putus, serahkanlah hasil akhirnya pada Allah swt. Apapun hasil akhirnya, kita harus ikhlas menerimanya, karena keputusan Allah adalah yang terbaik untuk kita.

Nama-nama dalam tulisan ini bukan nama sebenarnya.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (17 votes, average: 8.94 out of 5)
Loading...

Tentang

Seorang pembaca yang sedang belajar menulis.

Lihat Juga

Menyibak Rahasia Kesuksesan Ala Hadits Nabi tentang Pentingnya Ilmu, Ulama, dan Adab

Figure
Organization