Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Nifaq, Watch Out !

Nifaq, Watch Out !

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Sebagai umat Islam, tentu sudah selayaknya mengenal Kitab Sucinya. Salah satu surat di dalamnya yang insya Allah semua umat Islam mengenalnya adalah surat Al-Baqarah. Karena memang surat ini terletak di bagian awal dari Al-Quran, yaitu setelah surat Al-Fatihah. Sehingga kalaupun ada dari umat Islam yang jarang membaca Al-Quran, paling tidak sudah pernah membaca surat Al-Baqarah.

Sedikit bertadabbur ayat-ayat pertama dari surat ini. Yaitu ayat 1 – 20. Ternyata, ayat 1 sampai ayat 20 ini adalah pembukaan secara global. Dimana isinya adalah tentang pembagian golongan manusia menjadi 3 golongan. Demikianlah pendapat Ibnu Abbas.

1. Mukmin. Dijelaskan pada ayat 1-5

“Alif laam miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”

2. Kafir. Dijelaskan pada ayat 6-7

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah Telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka. dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.”

3. Munafik. Dijelaskan pada ayat 8-20

“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan“. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”. Mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”. Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.”

Adapun ayat-ayat selanjutnya dalam surat Al-Baqarah ini adalah menjelaskan dan merinci tentang 3 golongan manusia tersebut. Dan jika kita perhatikan pembagian di atas, ayat yang menjelaskan tentang golongan munafik jauh lebih banyak dibandingkan ayat yang menjelaskan tentang golongan kafir. Apa ibrohnya? Kurang lebih bisa dikatakan seperti ini; “engkau wahai orang yang beriman, engkau memiliki musuh yang besar, engkau memerlukan nafas yang panjang, musuh itu adalah orang-orang munafik”.

Kita bisa melihat bagaimana Allah swt saat menjelaskan orang-orang kafir “sesungguhnya orang-orang yang kafir…”, sangat terang-terangan. Tapi kita lihat bagaimana Allah swt saat menjelaskan orang-orang munafik “dan di antara manusia ada…”, mereka nyelip-nyelip, tidak terang-terangan. Maka diperlukan kehati-hatian, dibutuhkan ‘tenaga lebih ekstra’ untuk mengenali orang yang munafik. Dan segala puji bagi Allah, karena Allah dan rasul-Nya telah memberikan jurus agar kita mengenalinya dan agar kita sendiri tidak mendapatkan gelar tersebut. Kita bisa mengenalinya dengan beberapa ciri;

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, maka Allah membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa`: 142)

“Empat hal bila ada pada seseorang maka dia adalah seorang munafiq tulen, dan barangsiapa yang terdapat pada dirinya satu sifat dari empat hal tersebut maka pada dirinya terdapat sifat nifaq hingga dia meninggalkannya. Yaitu, jika diberi amanat dia khianat, jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika berseteru dia berbuat kefajiran”. (HR. Al-Bukhari no. 89 dan Muslim no. 58)

“Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat Isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR. Al-Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651)

Saudaraku… bertanyalah pada diri sendiri dan jawablah dalam hati. Pernahkah diri ini berdusta? Pernahkah diri ini berkhianat?, Pernahkah diri ini mengingkari janji? Pernahkah diri ini berbuat kefajiran? Pernahkah diri ini merasa berat untuk shalat Isya dan subuh? Sudah banyak kah diri ini menyebut Allah?

***

Maka, tidak layak seorang hamba Allah merasa aman dari sifat ciri-ciri orang munafik. Sampai seorang Umar bin Khattab pun merasa sangat takut. Sehingga suatu saat beliau bertanya kepada Hudzaifah bin Yaman; apakah dirinya termasuk dalam golongan orang-orang munafik yang disebut Rasulullah saw? Karena Hudzaifah bin Yaman adalah salah seorang sahabat yang menjadi intelnya Rasulullah saw. Satu-satunya sahabat yang diberitahu oleh Rasulullah saw siapa-siapa orang yang munafik pada saat itu. Lalu, pantaskah kita yang hidup di zaman ini merasa aman?

Ya Allah, hilangkanlah sifat-sifat nifaq yang ada pada diri kami, dan jauhkanlah kami dari gelar munafiq, aamiin.

Wallahu a’lam.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (6 votes, average: 9.83 out of 5)
Loading...

Tentang

Alumni Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam, Solo. Mahasiswa Ma�had �Aly An-Nu�aimy, Jakarta.

Lihat Juga

Saya Istri yang Selingkuh: Apa yang Harus Saya Lakukan untuk Tobat?

Figure
Organization