Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Bara Disangka Permata

Bara Disangka Permata

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Antara bara dan permata, keduanya jelas jauh berbeda, baik harga maupun keindahannya. Tapi bagi mereka – yang silau oleh kemilau dunia – bara atau permata terlihat sama. Bahkan karena nafsunya, bara neraka disangka permata. Astaghfirullah!

Jangan jajan sembarangan! Teliti sebelum membeli!

Ini bukan provokasi, tapi sebuah peringatan. Dan muncul bukan tanpa alasan. Seringnya pemberitaan di televisi tentang berbagai tindak kecurangan para pedagang / pengusaha – khususnya (bahan) makanan – membuat kita harus benar-benar teliti, hati-hati dan waspada. Peringatan untuk tidak jajan sembarang makanan, teliti sebelum membeli bukan saja ditujukan kepada mereka yang masih anak-anak, tapi juga kepada kita, orang dewasa.

Terlepas dari benar tidaknya seluruh pemberitaan kecurangan para pengusaha/pedagang, khususnya (bahan) makanan, kita harus tetap waspada. Dengan kasat mata, banyak fakta menunjukkan ciri dan bukti kecurangan yang mereka lakukan.

Berita mengenai pengusaha atau pedagang yang menggunakan zat berbahaya pada produk olahan (formalin, borax sebagai pengawet, pewarna tekstil untuk makanan), menambahkan bahan yang tidak layak sekaligus tidak aman (lilin, plastik sebagai campuran minyak goreng) hingga menjual (bahan) makanan yang tidak layak konsumsi bahkan tergolong najis dan haram (daging rekondisi, ayam tiren) sungguh membuat kita miris dan prihatin.

Apa yang terlintas di benak mereka saat melakukan tindakan jahat ini? Keuntungan? Omong kosong! Kalaupun banyak rupiah mereka dapatkan, tapi hilangnya berkah tak mereka rasakan.

Saudaraku, pernahkah terlintas di benak kalian sebelum melakukan, bahwa penggunaan bahan dan penambahan zat yang dilakukan tanpa ilmu dan pengetahuan yang memadai bisa sangat membahayakan orang lain yang mengkonsumsinya? Mengapa kalian tega menipu, mencelakakan orang lain? Mengapa hanya rupiah yang kau utamakan, sementara berkah kau abaikan?

Sadarlah saudaraku, bahwa meski terlihat indah di mata, harta yang kau tumpuk dari hasil perniagaan curangmu sesungguhnya adalah bara api neraka yang telah syetan samarkan hingga terlihat seindah permata. Ingatlah bahwa meski yang kau telan lezat terasa, sesungguhnya yang masuk dalam perutmu adalah bara api neraka. Na’udzubillah!

Kesulitan di bidang ekonomi bukan hanya kalian yang merasakan, banyak orang lain yang juga mengalami, bahkan tak sedikit yang lebih sulit dari yang kalian temui. Tapi tidak semua lantas menghalalkan segala cara demi mengatasi kesulitan ekonominya. Bagaimanapun, keberkahan rezeki harus lebih diutamakan. Karenanya, segala kecurangan baik menyangkut jumlah, takaran maupun penggunaan bahan harus segera dihentikan.

Mari berniaga dengan cara-cara yang Allah ridhai. Jangan tambahkan racun di makanan yang kau jajakan. Jangan campur adukkan yang halal dengan yang haram. Jangan hanya mengejar rupiah, tapi raihlah barokah agar selamat dunia hingga akhirat. Insya Allah.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (7 votes, average: 9.71 out of 5)
Loading...

Tentang

Seorang pembaca yang sedang belajar menulis.

Lihat Juga

Bendungan Ma’rib dan Kaum Anshar

Figure
Organization