dakwatuna.com – Jakarta. Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan agroindustri halal hingga Rp1 triliun. Namun sayangnya, agroindustri halal belum berkembang dengan baik di Indonesia.
“Potensi bisnis halal agroindustri mencapai Rp1 triliun dalam setahun, itu penelitian kami. Bukan hanya makanan, tapi juga label,” kata pakar teknologi pertanian Institut Pertanian Bogor E Gumbira kepada Media Indonesia, Jumat (23/3).
Gumbira yang melakukan penelitian pada teknologi pertanian di ASEAN pada tahun 2011 ini melihat bisnis halal menjadi salah satu yang menarik perhatian negara lain. Pasalnya, konsumen memandang dengan adanya label halal maka ada jaminan produk yang dikeluarkan berasal dari proses yang bersih karena dikerjakan bagian dari ibadah.
“Di Eropa dan AS yang muslimnya sedikit tapi konsumsi bisnis halalnya meningkat, padahal harga produk halal 30 persen lebih mahal ketimbang produk biasa. Mereka berpandangan semua yang berlabel atau produk halal itu dikerjakan dengan sangat baik dan bersih, karena halal itu jadi ibadah kalau membuatnya main-main, dosanya akan banyak,” lanjut Gumbira.
Karena adanya keinginan produk yang berlabel halal itulah yang membuat negara yang non mayoritas muslim mengembangkannya, diantaranya Filipina dan Thailand. Dua negara di ASEAN ini menurut Gumbira sedang mengembangkan industri halal untuk menarik perhatian para turis dan penikmat produk halal.
Berbanding terbalik dengan di Indonesia, Gumbira mengkhawatirkan konsumen Indonesia yang memiliki ketertarikan terhadap produk halal tidak terfasilitasi. “Kita itu tertinggi di ASEAN untuk halal, tapi kita sebagai konsumen, sehingga devisa pun lari keluar misalnya Malaysia, Thailand, dan Filipina. Padahal standar halal kita tertinggi, penguasaan syariah kita juga tinggi, sayang agro industri halal tidaklah banyak, jadi kita masih belum memanfaatkan potensi itu,” terang Gumbira. (Fid/OL-9/MICOM)
Redaktur: Ardne
Beri Nilai: