Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Warna-Warni Persahabatan

Warna-Warni Persahabatan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

“Seorang sahabat bertanya pada Rasulullah SAW, Siapakah sahabat paling baik bagi kami? Nabi SAW menjawab, “seseorang yang apabila kamu memandangnya, akan teringat kepada Allah SWT, apabila kamu mendengar ucapannya akan bertambah pengetahuanmu tentang Islam dan apabila kamu melihat kelakuannya, kamu teringat kepada hari akhirat”

Ilustrasi (iluvislam)

dakwatuna.com – Pernah mendapatkan teman seperti yang dicirikan Rasulullah di atas?

Pernah mendambakan bertemu dengannya?

Pernah mendambakan jadi orang yang memiliki ciri-ciri tersebut?

Pernah merindukan saat-saat bersamanya menemani suka duka perjalanan hari?

Kapan terakhir kamu bertemu dengannya?

Seberapa penting kehadiran sahabat yang baik dalam kehidupan mu?

Siapapun kita, pasti memiliki sahabat. Karena kita diciptakan memang untuk saling mengenal satu dengan lainnya. Kita tak akan mampu menjalani hari tanpa kehadiran sahabat. Sekali lagi siapapun Anda pasti membutuhkan kehadiran sahabat.

Sahabat yang baik merupakan dambaan setiap orang. Bukan hanya kita hari ini, tapi juga dambaan orang-orang shalih dahulu. Subhanallah, begitu super pentingnya kehadiran teman yang baik  dalam kehidupan,sampai-sampai imam Syafi’I berkata,” “Andai bukan karena bangun diwaktu sahur,dan berteman dengan orang-orang baik,niscaya aku tidak mau memilih tinggal di dunia ini?

Apalah arti kehidupan di dunia ini, tanpa kehadiran seorang sahabat yang senantiasa menjadi penyemangat hari-hari. Penghibur duka, penawar kesedihan, obat hati yang sunyi. Sahabat yang ketika melihatnya membuat semangat yang melemah, menguat kembali. Hati yang keras membatu, menjadi selunak spon. Hidup yang hambar menjadi penuh harapan. Inisiatif yang menggulita, menjadi terang bercahaya.

Namun, tak selamanya sahabat kita sesuai harapan. Seperti kehidupan manusia yang selalu diliputi kekurangan dan kelebihan. Begitu pula yang terjadi dalam membangun jalinan persahabatan. Selalu berwarna dan berdinamika. Hari ini berwarna merah, mungkin besok telah berubah menjadi hijau, dan lusanya malah menjadi kuning atau campuran/paduan dari semua warna tersebut.

Hari ini berteman akur, besok malah ngawur ngidul. Hari ini buat kita tersenyum ceria, besok bisa jadi membuat manyun duka.Hari ini pemberi semangat,besok malah bikin masalah semakin berat.Hari ini memberikan  manfaat besok malah hadirkan mudharat.Hari ini memberikan taujih besok malah kata-katanya bikin keki.Hari ini buat tertawa,besok malah bikin nestapa.

Itulah warna-warni dalam persahabatan yang buat perjalanannya terasa mengasyikkan, selalu dinanti dan dikenang.

Sebuah kebaikan dalam persahabatan, tidak muncul dengan hanya menunggu dan berharap agar dilakukan oleh pihak lain. Kebaikan akan terwujud dengan sikap saling berupaya melakukan kebaikan itu.

Rasulullah pernah bersabda tentang perumpamaan dua orang saudara seperti dua tangan yang satu sama lain saling menyucikan. Artinya ada timbal balik dalam kesenangan dan kesulitan serta dalam berbagai suasana. Timbal balik itu artinya mengharuskan adanya sikap inisiatif untuk memulai sesuatu yang baik sehingga semakin lama akan terwujud suasana timbal balik itu. Inisiatif memulai sesuatu yang baik bisa dilakukan dari hal yang sederhana seperti saling mengunjungi.

Alkisah, ada seorang lelaki yang pergi cukup jauh. Lelaki itu pergi untuk sebuah tujuan yang sepintas terlihat sederhana. Di tengah jalan malaikat menemuinya, dan bertanya kepadanya tentang mengapa dia melakukan perjalanan yang teramat jauh?

“Aku akan pergi menemui sahabatku di kampung ini,” jawab lelaki itu ketika malaikat bertanya ke mana ia akan pergi?

“Adakah karena engkau berutang budi dengan kebaikannya?”

“Tidak, aku ingin mengunjunginya, sebab aku mencintainya karena Allah semata.”

Malaikat itupun menyampaikan kabar gembira, “Ketahuilah sesungguhnya Allah mencintai engkau sebagaimana engkau mencintai sahabat engkau karena Allah.”

Coba perhatikan cerita di atas. Sepintas terlihat sederhana, bahkan bisa dikatakan sangat sederhana. Begitu kalau kita liat sisi dzahirnya. Tapi tidak dengan kacamata batin kita. Cerita ini mengajarkan nilai keutamaan yang sangat besar. Adakah yang lebih berharga dari mendapatkan cinta Allah? Alangkah indahnya. Adakah yang lebih indah dan terhormat dari mendapatkan kabar cinta Allah yang dikirimkan langsung melalui malaikat?

Subhanallah, tinta emas yang dituliskan oleh generasi terdahulu adalah inspirasi yang juga bisa dilakukan oleh generasi selanjutnya, dan nilai keutamaannya juga berlaku sama. Sungguh sederhana yang dilakukan lelaki dalam cerita di atas, dan kita pun sangat-sangat bisa melakukannya, bahkan dengan cara yang lebih baik.

Bertemanlah dengan sahabat yang baik. Niscaya akan kau temui kedamaian dalam hidupmu. Bertemanlah dengan sahabat yang akan membuatmu semakin semangat beramal, semakin ingat akhirat dan kata-katanya membuatmu senantiasa mendapatkan pencerahan.

Pupuklah selalu benih-benih persahabatan yang telah kau tanam. Sirami dengan air kesucian hatimu.Siangi gulma-gulma yang membuat benih persahabatanmu lambat tumbuh.Nikmati selalu kebersamaan dengannya.Karena tak selamanya dia selalu berada disisimu.

Sebelum dia pergi tanamlah selalu pohon-pohon kebaikan bersamanya dan petiklah buah-buah kemanfaatannya. Sebelum dia kembali ke pemiliknya. Sebelum dia mencukupkan waktunya menemani harimu.

 

Selamat jalan orang-orang yang telah menanamkan benih-benih persahabatan bersamaku, meskipun tak semuanya bisa kupetik buahnya. Semoga kita kembali bertemu di negeri abadi dengan amal terbaik kita.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (27 votes, average: 9.59 out of 5)
Loading...
Staf di Bappeda Kabupaten Ketapang. Alumni FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak.

Lihat Juga

Berbakti Pada Bunda tak Mengenal Waktu

Figure
Organization