Topic
Home / Pemuda / Puisi dan Syair / Nestapa Dunia

Nestapa Dunia

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (myfootballfacts.com)

dakwatuna.com

Pernah kala matahari menyala terang aku berdiri
Menggandeng tangan seorang wanita berkerudung nan cantik
Keringat mengucur tanda teriknya hari
Ku dapatkan usapan lembut tisu di dahiku darinya

Berdua berjalan di sebuah pusat kebudayaan-sebagaimana dahulu dikenal
Bagai berjalan di gurun Sahara
Memasuki jalan-jalan becek mencari tujuan
Tapi ku terheran-heran

Selalu ingin bertanya namun ku ragu
Karena melihat Ibu letih tertatih
Tak bicara hanya melangkah
Kadang berhenti di sebuah tempat lalu berjalan lagi

Tak kunjung bertemu apa yang kucari
Padahal Ibu telah bertemu apa yang dinanti
Di mana? Tak terlihat itu
Yang ada hanya mobil, motor, berantakan menyesaki

Katanya pusat kebudayaan yang kubaca dari buku
Katanya akan kutemukan beragam ilmu yang ku lihat dalam majalah
Musnah, hilang, tak berbekas
Kini bukan itu yang kulihat

Aku hanya melihat sebuah tempat
Ketika orang di sana asik bertukar uang dan berjualan
Ketika mobil dan motor berhenti
Di sepanjang jalan

Pasar bukan seperti ini kataku
Mungkin kutemukan nanti kala rakyat tak hanya mengejar materi
Kala Pak Menteri pun belanja di sini
Kapankah itu?

Mesti diwujudkan kelak
Entah oleh tanganku atau tangan siapa pun itu
Ibu hanya tersenyum melihatku
Seakan ia mendukungku dan merasakan perasaanku

Tak berhenti terik matahari
Berbalikku dari gurun ini ke rumah
Naik becak bersama lebih terasa
Dibanding mobil mewah

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Wakil Ketua KAMMI Daerah Bogor

Lihat Juga

Pemimpin Chechnya Tagih Janji Mo Salah Kembali Kunjungi Grozny

Figure
Organization