dakwatuna.com Menuju Kesatuan Umat
dakwatuna.com – Hari kedua Konferensi Komite Internasional Global March to Jerusalem (27/2) berlangsung hangat. Setelah menyimak dan mendalami laporan berbagai negara peserta GMJ sepanjang hari kemarin, agenda hari kedua adalah menyentuh teknis penyelenggaraan GMJ oleh Panitia Pusat. Tema pembahasan antara lain masih membahas kemungkinan konvoi darat lintas benua Asia dan Afrika menuju titik pertemuan di Libanon atau Jordania.
Prof. Rami Zurayk, delegasi Libanon, mengungkapkan harapannya agar jumlah peserta asal Indonesia bisa menjadi contoh bagi negara lain. “Indonesia dan Malaysia sebagai negara mewakili populasi yang banyak jumlah penduduknya, harus menjadi contoh bagi negara lain dalam jumlah keterlibatannya pada GMJ,” harapnya. Delegasi Iran dan India juga mendukung ide ini dengan harapan peserta konvoi akan melewati Iran dan bertemu sejumlah tokoh dalam lima hari sebelum melanjutkan perjalanan. Delegasi Malaysia, Norazmi Talib.
Menurutnya, banyak persoalan yang mempersulit pelaksanaan konvoi darat lintas benua, bila dilakukan oleh Malaysia, sebagaimana Indonesia. “Tempat kita terlalu jauh untuk sampai ke titik temu di negara sekitar Jerusalem. Selain itu biaya juga akan semakin besar dan aspek keamanan yang masih tidak jelas,” kata Norazmi. Ia memberi solusi, bila pihaknya akan mengerahkan peserta GMJ lebih dari 50 orang, hingga mungkin ratusan orang dengan melibatkan para mahasiswa maupun warga Malaysia yang ada di Jordania dalam aksi 30 Maret.
Norazmi juga menambahkan, yang terpenting dalam aksi ini bukan hanya memperbanyak jumlah tapi bagaimana spirit pembebasan Jerusalem ini tumbuh di seluruh dunia dan tidak hanya pada hari H.
Seperti diberitakan sebelumnya, Delegasi Indonesia, Ahmad Zainuddin, menyebutkan situasi dan kondisi yang sulit untuk memenuhi aspek keamanan dan pembiayaan yang harus menjadi tanggung jawab peserta. (LNA-Jordania/knrp)
Redaktur: Ardne
Beri Nilai:
(No Ratings Yet)
Loading...Tentang Tim dakwatuna
