Elegi Manusia Debu

Ilustrasi (Reuters)

dakwatuna.com

Beranjak bangkit telah terik
Memacu alas di atas aspal
Roda-roda berputar melangkahi waktu
Sekelebat senyum tersangkut di pintu

Darah-darah yang berdesir
Keringat-keringat yang menjadi bulir
Debu-debu yang bergilir
Di manakah kau takdir?

Paras kota kian muram
Rupiah tertanam hutan beton menjulang
Celah kayu berderit
Penghuni gubuk tua menjerit

Senyum tulus dari sudut pegunungan
Tawa riang dari hijau persawahan
Melebur, kau adalah kau
Aku hanyalah aku

Ini mungkin indah, abadi sejenak
Ada yang terusik dan berbisik
Jenuh dengan ini, lalu kembali
Semoga tak berbayang
Sekejap berpijak, lalu hengkang

Konten ini telah dimodifikasi pada 01/02/12 | 17:10 17:10

Ya ALLAH, hidupkanlah aku sebagai orang yang tawadhu', wafatkanlah aku sebagai orang yang tawadhu' dan kumpulkan aku dalam kelompok orang-orang yang tawadhu'
Disqus Comments Loading...