Topic
Home / Berita / Opini / Muda-Mudi Islam & Valentine’s Day (VD)

Muda-Mudi Islam & Valentine’s Day (VD)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (maimaru2011)

dakwatuna.com – Seiring dengan maraknya ragam gaya hidup Barat yang masuk ke dunia Islam. Sebagai salah satu dampak dari globalisasi dunia. Menyebabkan banyak remaja muslim di belahan dunia tak mampu berkutik dibuatnya. Gaya hidup Barat yang tidak lepas dari glamour serta konsumtif sebagai cerminan modernitas tersebut, mampu mengguncang peradaban Islam. Terutama para remaja muda-mudi. Salah satu dari budaya Barat yang merasuki remaja muslim hingga dijadikan trendsetter tersebut ialah sebuah perayaan yang jatuh pada tanggal empat belas februari, yang populer dengan sebutan nama “valentine’s day” atau “hari kasih sayang”.

Valentine’s day dimaknai dengan kasih sayang atau hari dimana pasangan kekasih muda-mudi Barat yang sedang jatuh cinta mengungkapkan rasa kasih sayang mereka kepada pasangan masing-masing yang diekspresikan dengan saling bertukar kado, coklat, dan bunga mawar, atau yang lebih populer dengan bertukar kartu valentine berbentuk hati (love) yang dihiasi dengan sebuah gambar Copidu (si bayi kecil bersayap dengan busur lengkap dengan anak panah di tangan).

Sebagai sebuah perayaan, valentine’s day yang Jika kita mau menilik lebih jauh tentang asal muasal dari perayaan ini, maka kita akan menemukan berbagai versi di dalamnya yang dapat membuktikan bahwa perayaan valentine’s day memiliki latar belakang yang tidak jelas sama sekali. Bahkan bisa dikatakan hanya berasal dari sebuah mitos belaka dengan merujuk sebuah nama martir (Islam=syuhada) yang bernama valentinus atau santo valentinus yang hari matinya kebetulan bertepatan pada tanggal empat belas februari yang kemudian oleh Paus Gelasius I dijadikan hari perayaan bagi kaum nasrani. (Silakan adakan riset dengan prof. Google)

Namun tabiat muda-mudi yang selalu latah akan kebudayaan Barat (kaum nasrani) yang jauh dari syariat Islam, Valentine’s Day selalu menjadi momen tersendiri bagi mereka setiap tahun-Nya. Dari sekedar mengucapkan selamat hari valentine sampai ikut langsung melakoni hal serupa dengan mereka kaum kafir tersebut.

Hal ini karena sebahagian remaja atau muda-mudi muslim telah menganggap yang satu ini sebagai trend masa kini, yang jika tidak ikut merayakannya bisa dianggap kuno, ketinggalan zaman, atau kampungan (wong ndeso). Sebahagian mereka ada yang hanya ikut-ikutan tanpa mengetahui story behind perayaan tersebut. Namun tidak sedikit pula sebahagian mereka sebenarnya mengetahui kalau Valentine’s Day adalah budaya non muslim tapi karena alasan gengsi (jika tidak ikut merayakan) mereka tidak mau tahu.

Islam sangat melarang umatnya dari sikap tasyabuh (menyerupai budaya atau gaya hidup non muslim) baik dari segi ucapan, tingkah laku, atau cara bermode. Firman Allah dalam surah Al-Isra’:“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Al-isra’:36)

Kemudian dalam surah Al-An’am:”Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan. (QS. Al-An’am: 116)

Serta sabda Nabi SAW:” Barang siapa meniru suatu kaum, dia termasuk kelompok mereka,” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Sangat jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan atau ritual kaum nasrani, jika kita ikut Merayakannya berarti kita telah meniru-niru mereka.

Selain tasyabuh, dalam perayaan Valentine’s Day jika kita saksikan sekarang ini adalah cara pengekspresian cinta kasih yang dibaluti dengan Fenomena pacaran, zina, mabuk-mabukan, serta foya-foya yang intinya terlalu mengedepankan nafsu syahwat semata. Cara mengekspresikan cinta kasih inilah yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam jika kita memandang perayaan ini melalui perspektif Islam.                                 

Sungguh merupakan sebuah kekurangcerdasan jika kita sebagai generasi Islam ikut melestarikan budaya yang sama sekali tidak memiliki ikatan historis, emosional, dan religius sedikit pun dengan ajaran Islam. Keikutsertaan kita dalam perayaan yang identik dengan hura-hura dan maksiat ini merupakan refleksi sebuah kekalahan dalam peperangan mempertahankan identitas jati diri kita sebagai pemeluk Islam.

Sebagai generasi muda muslim, selain kita dituntut melek teknologi dan ilmu pengetahuan akibat buntut kemajuan zaman, kita juga dituntut mampu memfilterisasi diri serta lingkungan atau budaya kita dari integritas budaya asing. Jangan mudah terbawa deras arus modernisasi yang cenderung menyesatkan. Jangan sampai kita sebagai umat Islam hanya bagai buih di lautan, banyak namun mudah terombang-ambing, banyak namun tak memiliki arti.

Hal semestinya yang harus kita lakukan di zaman serba kompleks ini wahai saudaraku adalah kembali merapatkan jiwa dan kesadaran kita masing-masing ke dasar ajaran agama kita, kembali ke ajaran Islam yang sesungguhnya, mendekatkan diri kepada Allah, serta membekali diri ini dengan tembok pengetahuan agama yang mumpuni, tanpa mengabaikan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai generasi Islam, kita harus berusaha sekuat yang kita mampu untuk mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan kita di masyarakat, dalam muamalah sehari-hari. Agar ruh ajaran Islam tak terkontaminasi oleh budaya-budaya asing yang terbukti hanya menimbulkan keresahan dalam masyarakat muslim.

Semoga kita semua diberikan kemampuan untuk meninggikan kalimat Allah di medan perjuangan yang semakin hari semakin kompleks ini sesuai dengan background kita masing-masing. Amin yaa robbal ‘alamin.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (16 votes, average: 8.63 out of 5)
Loading...
Mahasiswa S1 Tahun Akhir Jurusan Studi Islam (Spesialisasi Fiqh-Ushul) Universitas Hassan Tsani, Mohammedia, Casablanca, Maroko.

Lihat Juga

Erdogan Kecam Keras Standar Ganda Barat soal Persenjataan

Figure
Organization