Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Dia Bukan Temanku, Tapi Dia Saudariku

Dia Bukan Temanku, Tapi Dia Saudariku

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (Kawanimut)

dakwatuna.com – Pertemanan adalah satu hubungan sosial yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia sehebat apapun dia, tak akan bisa hidup sendiri. Kita membutuhkan rasa cinta, kasih sayang, dan bantuan dari orang di sekitar kita. Untuk membuat hidup ini jauh lebih indah, jauh lebih bermakna. Namun, sejauh mana kita mengartikan sebuah pertemanan? Apakah pertemanan itu hanya sekedar simbolik atau kita telah benar-benar memahami dan mengamalkan apa makna pertemanan yang sesungguhnya. Pertemanan adalah hal yang sedikit berbeda dengan persaudaraan. Pertemanan adalah hal yang cukup dan tidak mendetil. Cukup tahu nama, dan profil general .Selanjutnya terserah kita mau menyelami kepribadiannya atau tidak. Bukan merupakan kewajiban untuk kita mengenalnya, dan memahaminya lebih jauh.

Ada yang bilang, seorang teman itu akan datang ketika dia lagi butuh lalu meminta bantuan kita. Seorang saudari tidak. Seorang saudari itu memiliki kewajiban dan hak atas saudarinya. Perbedaan yang cukup jauh dapat disatukan atas nama persaudaraan. Persaudaraan yang dilandaskan atas cinta. Persaudaraan atas nama cinta karena ALLAH. Bahkan saudara atas nama nasab dapat dikalahkan dengan persaudaraan karena ALLAH. Karena betapa mulianya jika kita membangun sebuah persaudaraan atas nama kecintaan kita pada ALLAH SWT.

“Teman-teman akrab pada hari itu (hari kiamat) sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Az Zukhruf: 67)

Orang-orang yang saling mencintai karena ALLAH akan mendapat naungan di yaumul akhir nanti. Karena semasa hidupnya mereka menjaga cinta atas namaNYA tidaklah mudah, membutuhkan pengorbanan dan kesabaran.

Suatu ketika kita bertemu saudari saat pertama kali. Ada rasa yang menyusup di jiwa. Ada keteduhan di dalam wajahnya, ada senyum yang mengesankan, ada salam yang membangkitkan. Meski pertama kali melihat, pertama kali berjumpa. Namun semuanya terasa begitu dekat begitu akrab. Yah, itulah makna seorang saudari di jalan ini. Saudari yang rasanya sulit untuk dilepaskan. Sulit untuk mengatakan salam perpisahan. Dan berharap suatu hari bertemu dalam ikatan istimewa yang saling menguatkan.

Begitu pula keberadaan kita di jalan ini tak pernah lepas atas peran seorang saudari. Seorang saudari yang senantiasa mengulurkan bantuan. Tanpa perlu bertanya “Perlukah kau aku bantu”? Namun, seorang saudari yang selalu sigap memberikan bantuan tanpa bertanya terlebih dahulu. Seorang saudari yang tak kenal lelah mengingatkan saudarinya dalam kebenaran. Seorang saudari yang selalu memberikan senyuman terbaiknya untuk kita. Seorang saudari yang selalu meringankan beban saudarinya. Seorang saudari yang bisa menjadi penghibur di kala sedih, pembangkit di kala terpuruk, penyejuk di kala gersang. Begitu banyak kata yang sulit untuk melukiskan mu. Begitu hebat sosoknya diriku di mataku.

Menyadari bahwasanya perjuangan ini penuh dengan rintangan. Tak sedikit yang tidak menyukai kita. Tak sedikit dari mereka yang berusaha untuk meregangkan ikatan kita. Tak sedikit acara-acara yang kita buat sedikit peminatnya, tak sedikit dari mereka yang mencerca kita. Tak sedikit dari mereka yang mengadu-domba kita satu sama lain. Itu semua adalah bumbu. Bumbu untuk membuat perjuangan kita semakin terasa lezat. Semakin terasa nikmat. Tanpa adanya bumbu perjuangan akan terasa hambar. Mungkin apa yang kita alami saat ini belum ada apa-apanya dibanding dengan perjuangan yang dialami oleh tauladan kita, Rasulullah SAW dan para sahabat. Jadikanlah perjuangan mereka sebagai sumber semangat untuk kita berjuang.

Tak hanya gangguan dari luar, gangguan dari dalam pun kami dapati. Memahami karakter saudari perjuangan tidaklah mudah. Terkadang ego mengalahkan segalanya. Terkadang kita ingin selalu dimengerti oleh orang lain. Terkadang kita selalu menyalahkan kinerja saudari kita dalam sebuah acara, terkadang kita selalu mengharap diberi bukannya malah memberi. Terkadang kita tidak mau menerima kekurangan dan kelebihan yang dimiliki saudari kita.

Padahal sebuah persaudaraan yang kita bangun, harus siap atas segalanya dari kita. Siap untuk memberikan hati, jiwa, raga dan harta kita untuk saudari kita. Saling memahami dalam diam. Saling menegur di kala yang lain menyimpang. Saling mengulurkan bantuan. Saling menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki yang lain. “Jangan paksakan sepatumu, dipakai oleh orang lain”. Niscaya tidak akan muat, begitulah persaudaraan .kita tidak bisa memaksa untuk merubah seorang saudari bertindak dan bersikap sesuai dengan keinginan kita. Yang dibutuhkan adalah sebuah pemahaman. Bukankah berbagai macam karakter mereka, membuat hidup kita lebih berwarna? Coba lihat sahabat rasul yang memiliki karakter dan kelebihannya masing-masing. Abu bakar yang lembut membenarkan. Begitu teguhnya dalam membenarkan segala ajaran yang dibawa Rasulullah. Sosok nya yang kecil, kurus, bahkan sarungnya sering mengulur kebawah. Umar yang begitu tegas dan jujur. Tegas dalam melawan segala bentuk kemungkaran yang terjadi saat zaman Rasulullah. Jujur pada ALLAH, jujur pada Rasulullah, jujur pada dirinya sendiri. Selalu berterus terang. Tak peduli orang lain mengatakan apapun tentangnya. Sosoknya yang begitu tinggi, besar, bahkan suatu hari saat Umar bersin untuk mengecek shaf shalat, empat makmumnya jatuh terjengkang. Utsman yang begitu pemalu. Sosok yang begitu tampan karena keturunan saudagar kaya dan Ali yang begitu sabar dalam menjalani hidup. Meski segalanya kurang namun tiada hentinya untuk bersyukur. Mereka pun memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Perbedaan itulah yang membuat semuanya semakin beragam. Perbedaanlah yang membuat semuanya semakin berwarna. Perbedaan karakter itulah yang dibingkai dalam satu kata kemuliaan dalam Islam.

“Sulitnya mencari saudari di dunia?”Karena yang kau cari adalah saudari yang bisa memberi bukan untuk diberi”.
“Jagalah saudari mu, terimalah ia apa adanya. Karena persaudaraan bukan mencari kesempurnaan. Namun mencari pengorbanan atas nama cinta karena ALLAH SWT. Bimbinglah ia, jadikan ia sumber inspirasi untuk terus berlomba -lomba dalam kebaikan.

Karena dia bukan temanmu, namun dia saudarimu…

“Malam telah berlalu,
Namun aku tak bisa memejamkan mata…
Teringat wajah mereka para penghuni Syurga”

(Salim A Fillah)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (21 votes, average: 9.24 out of 5)
Loading...

Tentang

a long life learner, staff humas KAMMI MADANI, Aktivis Forum Remaja Masjid Jakarta Islamic Centre (FORMAS JIC). � �

Lihat Juga

[Video] Dua Bersaudara Palestina Ini Dipertemukan Setelah 70 Tahun Terpisah

Figure
Organization