Topic
Home / Pemuda / Pengetahuan / Dimensi Medis Shalat

Dimensi Medis Shalat

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Setiap ibadah punya multi manfaat. Mereka sarana utama menyampaikan manusia ke tingkat kehambaan, derajat yang paling mulia disandang. Di lain sisi, mereka punya fungsi lain yang kadang tidak terbaca, seperti: fungsi sosial dan medis. Olehnya itu, shalat pun mengantongi peran yang sama.

Dimensi medis shalat telah menjadi lahan ilmiah produktif bagi mereka yang ingin mengais hikmah-hikmah penetapan sebuah syariat. Akan tetapi, shalat sendiri tidak menyuguhkan dunia medisnya jika ia tidak ditegakkan dengan khusyuk. Dia kata sandi untuk membuka sejuta misteri medis ibadah ini. Maka dari itu, penulis meyakini bahwa goresan pena terhadap tema ini harus diawali dari khusyuk karena ia sendiri punya fungsi kedokteran.

Sebelum terlalu jauh menyentuh titik ini, saya mengajak pemerhati tema-tema syariat untuk melihat pesan-pesan Nabi Saw dan metode khusyuk yang dipaparkan ulama dalam hal ini:

Rasul Saw bersabda:

(إِنَّ اللهَ لاَ يَسْتَجِيْبُ دُعَاءَ مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ).

“Allah SWT tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”[[1]]

Dan sabdanya:

(خَشَعَ لَكَ سَمْعِيْ، وَبَصَرِيْ، وَمُخِّيْ، وَعَظْمِيْ، وَعَصَبِى).

“Khusyuk untuk-Mu pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku, dan asabatku (syaraf).”[[2]]

Berangkat dari kedua teks ini dan sadar keurgensian khusyuk, para ulama serta merta meletakkan metodenya.

Syekh Zainuddîn Ali al-Âmilî (wafat 965 H) berkata:

“Ingatlah! Anda sedang berdiri di hadapan Allah SWT. Dia melihat apa yang ada di lubuk jiwamu, Ia lebih dekat kepadamu dari urat lehermu sendiri.

Bujurkan hati, tundukkan kepala, dan ciptakan nuansa khusyuk, hina, dan rendah diri, serta tanggalkan kesombonganmu.

Bukankah Anda  sedang berdiri di depan Allah SWT, raja yang memegang kekuasaan para raja dunia? Bukankah Anda sedang melakukan dialog maknawi dengan-Nya? Jika Anda menunjukkan penghormatan kepada salah seorang raja dunia, kenapa Anda tidak menunjukkan penghormatan yang lebih terhadap-Nya?

Berdialoglah dengan dirimu dengan penuh kehinaan: “wahai diriku! Engkau mengaku mengetahui Allah tetapi memuliakan seorang hamba lebih dari memuliakan-Nya. Sungguh lancang Engkau! Apakah Engkau takut kepada mereka dan tidak takut kepada-Nya, padahal, Dia yang pantas untuk lebih ditakuti.”

Ketahuilah! Khusyuk lahir dari upaya membangkitkan makna-makna tersebut dalam hati. Olehnya itu, boleh jadi tubuh terasa gemetar dan lidah menjadi berat. Itu wajar saja karena khusyuk melahirkan ketakutan, harapan, dan malu terhadap Allah SWT. Inilah yang wajib diperhatikan.”[[3]]

Al-Imâm al-Akbar Syekh Abdul Halîm Mahmûd tidak ketinggalan memaparkan kata mutiara dalam hal ini, beliau berkata:

”Telah pasti shalat ibadah yang paling efektif mendekatkan hamba kepada Allah SWT. Dia mi’raj orang-orang beriman. [[4]]

Olehnya itu, mereka wajib melaksanakannya dengan penuh khusyuk. Dia neraca pahala shalat. Semakin tinggi khusyuk dan tingkat penghayatan terhadap makna-makna shalat, semakin tinggi pula pahalanya.

Bukan hal yang berlebihan, jika mereka diajak membaca Surah an-Nâs tiga kali sebelum memulai shalat, kemudian membaca:

وَقُل رَّبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ﴿٩٧﴾وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن يَحْضُرُونِ﴿٩٨﴾

(QS. Al-Mukminuun: 97-98)

Selain itu, mereka dianjurkan meditasi dan latihan konsentrasi selama lima menit tiap hari. Jika mereka berhasil melakukan ini maka mereka pun mampu membujurkan konsentrasi di waktu shalat dengan taufik Allah SWT. Khususnya, jika mereka berusaha menghayati bacaan dan gerakan shalat sejak berdiri sampai memberi salam. Tentunya, yang demikian itu membantu mereka memalingkan pikiran dari segala urusan dunia ke satu titik, yaitu shalat.

Yang diketahui bersama, sesungguhnya yang memerhatikan sesuatu pikirannya akan mengarah kepadanya sehingga ia tidak dapat lagi berpaling ke yang lain meski ia berusaha mengalihkannya. Seandainya shalat menjadi pusat perhatian manusia, maka ia menjadi sumber kebahagiaan dan rasa lega yang tidak terkira.”[[5]]

Hematnya, shalat yang ditegakkan dengan penuh khusyuk mendatangkan rasa lega terhadap hati dan raga. Maka dari itu, bukanlah hal yang berlebihan jika ia terhitung sebagai kunci dunia medis shalat. Hal ini dipesankan Nabi Saw dalam sabda-Nya:

(يَا بِلاَلُ، أَرِحْنَا بِالصَّلاَةِ)

“Wahai Bilal! Segeralah legakan perasaan kami dengan shalat!”[[6]]

Jika Anda berkata: “tolong buktikan sejauh mana khusyuk di waktu shalat memberikan fungsi medis dalam kehidupan dengan dalil-dalil ilmiah?”

Kepada Anda dunia medis membeberkan laporannya sebagaimana berikut:

“Para Ahli medis melaporkan bahwa shalat yang ditegakkan dengan gerakan-gerakan sempurna, bacaan dan tasbih yang dihayati dapat membangkitkan frekuensi gelombang Alpha (9 Hz-13 Hz, satuan tenaga yang dihasilkan antara 30-50 Mikrovolt, dan kecepatannya 60 millimeter perdetik) dan Teta (4 Hz-8 Hz, frekuensi gelombang ini cukup rendah, tetapi satuan tenaga yang dihasilkan cukup tinggi, yaitu 50 Mikrovolt). Gelombang-gelombang otak ini dapat menenamkan pikiran, mengoptimalkan kemampuan belajar, meningkatkan daya ingat, mengurangi depresi, meningkatkan kreativitas dan imajinasi, dan menguatkan sistem imun (kekebalan tubuh). Tentunya, pikiran dan jiwa yang sehat menuntun seseorang menjauhi segala bentuk kemungkaran. Bukankah firman Allah SWT telah menyuarakan makna tersebut beberapa abad sebelumnya?

Mari kita lihat laporan Doron dan David sebagai bukti terhadap itu, keduanya berkata: “gelombang Alpha (Alpha Wave) di otak dicapai dengan relaksasi (relaxation), meditasi (meditation), dan shalat. Akan tetapi, frekuensi gelombang ini sangat baik dalam kondisi shalat. Bahkan, khusyuk di waktu shalat dapat melahirkan frekuensi gelombang yang lebih tinggi lagi, yaitu Teta (Theta Wave). Gelombang ini memberikan daya kreasi dan kemampuan belajar lebih tinggi dari apa yang dapat diberikan oleh gelombang Alpha.””[[7]]

Sebelum melirik ke fungsi medis lain, saya mengajak pemerhati rahasia-rahasia shalat untuk menelaah hasil laporan di bawah ini yang memberikan penguatan empiris terhadap apa yang telah dijelaskan di atas:

“Shalat secara umum ibadah efektif yang melatih diri mencapai tingkat konsentrasi dan telaah maksimum. Sesungguhnya derajat ibadah yang paling tinggi adalah ibadah yang ditegakkan secara khusyuk dan sempurna.

Gerakan-gerakan shalat yang teratur dan penghayatan terhadap makna-makna yang diisyaratkan mampu menekan depresi. Kemampuan medis shalat seperti ini dibuktikan dengan memerhatikan perubahan-perubahan fisik yang lahir dari setiap gerakan dengan alat Biofeedback. Khususnya, bacaan Qur’an dengan tartil. Ia dapat mengatur frekuensi pernafasan lewat hembusan dan tarikan nafas yang teratur sesuai dengan huruf-huruf yang keluar dari tempat-tempat penyebutan huruf (Makhârijul Hurûf). Di lain sisi, Perubahan bentuk-bentuk tubuh dari berdiri ke ruku’, kemudian sujud, sebab dari berkurangnya hormon Adrenalin [[8]].”[[9]]

Kini, saya yakin Anda telah siap untuk mengetahui lebih jauh fungsi medis lain di gerakan-gerakan shalat. Mari kita lihat secara saksama fungsi shalat terhadap tulang rawan:

“Lemah tulang diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain: tulang rawan kekurangan cairan Sinovial (cairan pelumas pada kapsula sendi) [[10]] dan molekul-molekul protein (enzim).

Shalat mampu menjaga proses pergantian cairan Sinovial dalam tulang rawan. Poros tulang rawan mendistribusikan tekanan dengan frekuensi teratur yang lahir dari gerakan-gerakan shalat setelah tekanan tersebut diterima sebelumnya oleh serabut-serabut otot (fibril).

Mekanisme seperti ini terjadi dari perubahan bentuk-bentuk tubuh dari berdiri ke ruku’, kemudian tegak berdiri kembali, dari sujud kemudian duduk di antara dua sujud, dan dari sujud kedua kemudian berdiri tegak lurus kembali. Proses ini memberikan tekanan dari luar terhadap tulang rawan sehingga cairan Sinovial keluar masuk ke tulang tersebut. Tentunya, ini memberikan keseimbangan tersendiri terhadap pergerakan tulang dan menambah kekuatan persendian tulang punggung.

Di lain sisi, tulang rawan senantiasa meremaja dan mampu menerima tekanan apapun yang dihasilkan oleh pekerjaan tertentu meski di usia lanjut. Yang membuktikan ini, para jompo di barat. Mereka harus menopang diri dengan kursi roda karena punggung mereka telah bongkok. Beda halnya di negara Islam, fenomena ini jarang dijumpai, meskipun terlihat, tetapi minim. Sebabnya karena mereka menegakkan shalat.”[[11]]

Sekali lagi, fungsi medis ini tidak dicapai secara optimal kecuali dengan khusyuk. Gerakan-gerakan shalat yang dikerjakan secara cepat dan tergesa-gesa justru melahirkan efek samping terhadap tubuh. Akan tetapi, khusyuk memberikan kesempatan kepada organ-organ tubuh melakukan fungsi medisnya dengan terorganisir dan secara maksimal.

Mari kita lihat manfaat shalat terhadap paru-paru berikut ini!

“Di saat sujud darah mengalir cukup deras ke tempat yang tidak dibasahi darah dalam paru-paru. Selanjutnya, di saat ruku’ dan sujud darah terpompa ke seluruh sisi di kedua paru-paru dan terjadi sirkulasi pembuangan gas beracun dengan oksigen. Sesungguhnya telah jelas di dunia kedokteran bahwa kanker mudah menjangkiti paru-paru di saat sirkulasi oksigen berkurang. Olehnya itu, meletakkan kedua tangan secara berjauhan di saat sujud memudahkan pelebaran dada dan keluar masuknya nafas secara teratur yang dapat membantu menghirup dan menyaring volume udara yang cukup, sehingga tubuh memiliki volume oksigen yang memadai.”[[12]]

Sebelum penulis mengajak para pemerhati dunia medis Islam memberikan kesimpulan, mereka diajak melihat satu laporan lagi demi memperkuat keurgensian shalat dan khusyuk. Isi laporan tersebut seperti ini:

“Saya, Dr. salwa Muhammad Rusydi, melihat bahwa kinerja hati bertambah baik setiap kali rakaat shalat bertambah. Beliau meneliti dua kelompok yang sedang menegakkan shalat. Setiap kelompok terdiri dari 30 orang yang berumur sekitar 60 tahun. Kelompok pertama melaksanakan shalat Tarawih (8 rakaat) setelah mengerjakan shalat Isya dan kelompok kedua meninggalkan shalat Tarawih setelah sembahyang Isya. Hasilnya, kinerja hati kelompok pertama berjalan secara normal dan baik dibanding dengan kelompok kedua. Tentunya, ini membuktikan bahwa shalat secara umum punya peran positif dalam mengoptimalkan kinerja hati.”[[13]]

Di penghujung tulisan singkat ini, saya mengajak pemerhati rahasia-rahasia shalat menyuarakan kesimpulan di bawah ini:

“Anda ingin Mi’raj tiap hari, ingin dekat dengan Allah SWT, ingin larut terkesima dalam sentuhan-sentuhan ketuhanan dan kehidupan, Anda ingin semua itu, maka tegakkanlah shalat! Anda ingin merasakan manfaat medis shalat dalam kehidupan sehari-hari, tegakkanlah dia dengan khusyuk! Shalat yang tergesa-gesa tidak akan membuahkan hasil apa-apa, kecuali capek dan lelah. Ciptakan dalam diri rasa butuh, cinta, dan rindu menegakkan shalat. Bukankah Rasul Saw, panutan umat, telah memberikan keteladanan dalam hal ini? Mari meneladani shalat beliau dengan penuh penghayatan dan khusyuk!”


Catatan Kaki:

[[1]] Syekh al-Iraqi menjustifikasi hadits ini sebagai hadits Dhaif (lemah), beliau berkata: “hadits ini diriwayatkan oleh imam at-Tirmîdzi dan dijustifikasi sebagai hadits Gharib (periwayatan tunggal yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja di lapisan periwayatan manapun ia didapatkan dari pelbagai lapisan periwayatan yang ada (Thabaqât ar-Riwâyah). Kemudian, Imam Hakim sendiri melihat sanad periwayatan tunggal ini cukup baik, periwayatan yang datang dari Shâlih bin Basyîr al-Muriyyi, salah seorang ahli zuhud di Bashrah. Akan tetapi, saya melihat perawi ini lemah periwayatannya.” [Abu al-Fadl al-Irâqi Abdurrahîm bin al-Husain, al-Mugni an Hamli al-Asfâr fi Takhrîj Mâ fil Ihyâi Min al-Akhbâr, ditahkik oleh Asyraf Abdul Maqsud, Maktabah Dar Tabariyyah, Riyadh, cet. 1, 1995, no. hadits: 1008, vol. 1, hlm. 262]

Meskipun hadits ini lemah, tetapi maknanya baik dan benar. Orang yang berdoa wajib membujurkan hatinya kepada Allah SWT dan yakin doanya diterima. Justifikasi makna seperti ini dikeluarkan oleh Syekh Syuaib al-Arnaûth di saat mengomentari salah satu hadits yang sanadnya lemah di Musnad Imam Ahmad. Hadits tersebut serupa maknanya dengan hadits ini. [Lihat: Musnad Imam Ahmad yang dikomentari oleh Syuaib al-Arnaûth dan yang lain, Muassasah ar-Risâlah, Beirut, cet. 1, 1997, hadits. No: 6655, vol. 11, hlm. 235].

[[2]] Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Ali bin Abi Thâlib. [Shahîh Imam Muslim, Kitab Shalâtil Musâfirîn wa Qasrihâ, bab ad-Duâ fi Shalâtil Lail wa Qiyâmih, no. hadits: 1848, hlm. 361]

[[3]] Lihat: Zainuddîn Ali al-Âmilî, Asrâr as-Shalâh, ditahkik oleh Ustadz Muhammad Ali Qâsim, ad-Dar al-Islâmiyyah, Beirut, cet. 1989, hlm. 113-115]

[[4]] Artinya, orang-orang beriman diberikan kesempatan untuk melakukan dialog maknawi dengan Allah SWT sebagaimana Rasul Saw berdialog secara langsung dengan-Nya di saat Mi’raj. Di sini, shalat seperti Buraq (kendaraan Nabi Saw di waktu Mi’raj) yang mengantarkan mereka melebihi kecepatan cahaya untuk hadir di hadapan Allah SWT dan merasakan kehadiran tersebut secara maknawi. [Lihat: Bediuzzaman Said Nursi, Kalimât Shagîrah fil Aqîdah wal Ibâdah, diarabkan oleh Ihsân Qâsim as-Shâlihi, Sözler Publications, Cairo, cet. 4, 2008, hlm. 82-86].

[[5]] Lihat: al-Imâm al-Akbar Syekh Abdul Halîm Mahmûd, as-Shalâh Asrâr wa Ahkâm, Maktabah al-Ĩmân, Cairo, hlm. 30-31]     

[[6]] bagi Syekh Syuaib al-Arnaûth semua perawi pada sanad hadits ini telah dilegitimasi sebagai perawi-perawi yang tepercaya, meskipun yang meriwayatkannya langsung dari Nabi Saw datang dengan nama-nama yang berbeda sesuai dengan periwayatan yang ada. Di sini beliau berkata: “Perawi-perawi hadits ini tepercaya, tetapi perawi yang menjadi tempat Sâlim bin Abi al-Ja’d mengambil hadits darinya disebutkan dengan nama-nama yang berbeda, kadang ia meriwayatkannya dari seorang lelaki yang masuk Islam dari Nabi Saw, kadang juga ia meriwayatkannya dari Abdullah bin Muhammad al-Hanafiyah, dari kerabat istrinya di kaum Anshar dari Nabi Saw, dan terkadang pula di periwayatan lain ia meriwayatkannya dari Muhammad bin al-Hanafiyah dari Nabi Saw dengan periwayatan Mursal (periwayatan yang menjatuhkan sahabat di sanad dan langsung mengembalikan hadits itu ke salah seorang tabiin). [Lihat: Imam Ahmad bin Hanbal, Op.Cit, no. hadits: 23088, vol. 38, hlm. 178-179]

[[7]] Lihat: Amîr Muhammad Shâlih, Phsyioiogical pray in the discourage on obscenity and evil, فِسِيُوْلُوْجِيَّةُ الصَّلاَةِ فِي النَّهْيِ عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ, majalah al-I’jâz al-Ilmi fi al-Qur’an wa as-Sunnah, edisi 37, Ramadhan 1431 H, hlm. 26-29

[[8]]  Hormon Adrenalin hormon yang dihasilkan oleh anak ginjal. Fungsinya adalah mengubah glikogen menjadi glukose. Bila di dalam darah kekurangan glukose, glikogen yang ada di dalam hati diubah menjadi glukose. [Hadiat dan kawan-kawan, Kamus Sains, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 3].

[[9]] Lihat: Muhammad Yusuf Khalîl, al-Ilâj an-Nafsi bi as-Shalât, muktamar pertama seputar kemukjizatan medis dalam Al-Qur’an dan Sunnah, Cairo, 1985, [dinukil dari: Atiyyah Fathi al-Baqari, al-I’jaz al-Ilmi fil Hadits an-Nabawiyyi as-Syarîf: (عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ), Muktamar internasional kedelapan seputar kemukjizatan ilmiah dalam Al-Qur’an dan Hadits, hlm. 88]

[[10]] Lihat: http://id.wikipedia.org/wiki/Sendi

[[11]] Lihat: Zuhair Qarâmi, al-Istisyfâu bi as-Shalât, Majalah al-Ijâz al-Ilmi fil Qur’an wa as-Sunnah, cet. 1, 1417 H, hlm. 145-146

[[12]] Lihat: Abdu as-Syakûr, as-Shalât Tahfadzu ar-Riah min al-Amrâd, tulisan ini disampaikan di muktamar international ketujuh seputar kemukjizatan ilmiah di Al-Qur’an dan Sunnah, 1426 H, Dubai, hlm. 33-36

[[13]] Lihat: Salwa Muhammad Rusydi, Ta’tsîru as-Shalât ala Raf’I al-Kafâah al-Wadzîfiyyah lil Qalb lada al-Musinnîn fawq 60 Sanah, tulisan ini disampaikan di Muktamar Pertama tentang Kemukjizatan Medis dalam Al-Qur’an dan Sunnah, 1985, Cairo, [dinukil dari:  Atiyyah Fathi al-Baqari, Op. Cit, hlm. 86].

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (19 votes, average: 9.74 out of 5)
Loading...
Pensyarah antar-bangsa (Dosen) Fakulti Pengajian Alqur'an dan Sunnah, universiti Sains Islam Malaysia (USIM). Degree, Master, Phd: Universiti Al-Azhar, Cairo. Egypt

Lihat Juga

Kiat Menghafal Quran

Figure
Organization